Sebagian masyarakat di Situs Sangiran masih melestarikan kesenian tradisional. Minggu (13/11), Gebyar Sangiran telah diselenggarakan di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Bukura. Terlihat masyarakat sangat antusias melihat penampilan kesenian dari berbagai desa, salah satunya adalah Kesenian Rodat (Bulurejo).
Rodat adalah kesenian budaya daerah yang bernafaskan Islam. Awalnya, Rodat ini dibawa oleh nenek moyang yang beragama Islam di desa Bulurejo, Kecamatan Semin, Gunungkidul. Dulu, daerah tersebut masih memiliki sedikit penganut agama Islam.
Sesepuh desa Bulurejo menggunakan Kesenian Rodat ini sebagai media untuk menyebarkan ajaran Islam agar masyarakat berbondong-bondong masuk ke Islam. Akhirnya, setelah mereka masuk, didirikanlah Ikatan Seni Budaya Gunung Kidul (ISBIG).
“Karena waktu dulu, sesepuh kita, untuk agama di wilayah saya masih kurang. Untuk meraih supaya mereka masuk agama Islam, maka didirikanlah ISBIG. Sehingga mereka akan berbondong-bondong masuk, akhirnya berdirilah sampai sekarang,” ujar Rohmat Al-Anim selaku sesepuh Rodat Desa Bulurejo.
Kesenian Rodat dilakukan pada acara-acara tertentu dalam masyarakat. Pemain Kesenian Rodat awalnya hanya laki-laki, namun, tahun 2019 mulai ada perempuan yang ikut tergabung. Seni tradisi ini menggabungkan seni musik rebana, jidor (semacam beduk), dan gong dengan tarian yang disertai atraksi.
Banyak atraksi yang dilakukan, seperti memecahkan bata ke kepala, mengupas kelapa dengan gigi, memakan padi, dan masih banyak lainnya. Setiap gerakan, atraksi, dan lagunya memiliki makna tersendiri. Salah satunya adalah mengupas kelapa dengan gigi lalu dipecahkan ke kepala.
Atraksi tersebut memiliki makna mengupas hal-hal kotor dan yang tidak diinginkan. Setelah sudah bersih, akhirnya kita menyadari semua hal-hal kotor yang terkandung dalam nurani akan kita pecah, kemudian mengeluarkan air jernih untuk menyiram mereka agar menuju yang terbaik.
Sebagai aset budaya, Rodat menjadi salah satu kesenian warisan berharga yang harus dijaga agar tidak lenyap di tengah arus globalisasi. Gebyar Sangiran merupakan langkah yang baik untuk memperkenalkan Kesenian Rodat dan kesenian-kesenian lainnya ke masyarakat Indonesia bahkan internasional.
Penulis: Muhammad Irfan Maulana dan Fikri Alif Rabbani
Mahasiswa Film dan Televisi ISI Surakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News