Gelombang Panas Melanda, Apa Kabar Negara-Negara di Asia?

Gelombang Panas
Ilustrasi Cuaca Panas (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Beberapa bulan ini, cuaca panas yang tidak biasa menghantui daerah-daerah kawasan Asia. Suhu ekstrem ini membuat masyarakat harus waspada terhadap berbagai masalah yang mungkin dapat terjadi, seperti masalah kesehatan semacam dehidrasi, masalah pernapasan, gangguang mental, hingga heatstroke.

Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gelombang panas terjadi ketika udara panas terperangkap di atmosfer suatu wilayah dan menyebabkan anomali dinamika atmosfer, sehingga udara tidak mengalir dalam skala yang luas.

Hal inilah yang menyebabkan suhu udara meningkat dan cuaca panas di beberapa wilayah di kawasan Asia. Melansir dari laman The Guardian, negara-negara kawasan Asia Tenggara seperti Thailand dan Laos mencapai rekor suhu terpanas pada tahun 2023 ini.

Suhu melonjak hingga 45°C di Thailand pada 15 April lalu, sedangkan Laos mencapai suhu 42,7°C. Lonjakan suhu ini membuat pemerintah daerah setempat mengeluarkan peringatan suhu ekstrem agar penduduk dapat waspada.

Bacaan Lainnya

Gelombang panas yang juga menerjang India menewaskan 13 orang akibat terpapar suhu panas saat menghadiri sebuah acara pada 16 April 2023 lalu.

Berpindah ke negara lain, China mengalami kekeringan terburuk selama satu dekade melalui fenomena gelombang panas ini. Suhu lebih parah terjadi di Bangladesh dengan rekor suhu tertinggi mencapai 51,2°C pada 17 April 2023.

Di Indonesia sendiri, BMKG menjelaskan bahwa fenomena cuaca panas yang dirasakan di Indonesia saat ini bukanlah kategori dari gelombang panas baik jika ditinjau secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik suhu kejadian.

Indonesia merupakan daerah tropis sehingga tidak dikategorikan ke dalam negara terpapar gelombang panas karena tidak memenuhi kondisi-kondisi dari kawasan terdampak seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Tingkatan suhu yang dirasakan di Indonesia masih terbilang biasa serta dapat terjadi secara berulang di perioda yang sama setiap tahunnya serta tidak berlangsung lama.

Peristiwa Equinox atau gerak semu matahari yang saat ini tepat melintasi equator atau khatulistiwa menjadi penyebab cuaca panas yang terjadi di Indonesia. Kondisi cuaca di Indonesia masih terbilang basah dan lembab.

Hanya saja beberapa daerah di Indonesia memang sedang mengalami masa transisi atau pancaroba. Pada 18 April 2023 lalu, catatan suhu stasiun BMKG tertinggi dialami daerah Ciputat, Tangerang Selatan, Banten dengan suhu harian maksimum mencapai 37,2°C.

Masyarakat diminta tetap waspada dan mengantisipasi kondisi cuaca buruk yang dapat terjadi ke depannya dengan meningkatkan daya tahan tubuh serta menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan.

Fenomena gelombang panas dikaitkan dengan gerak semu matahari yang menyebabkan lonjakan suhu terparah di tahun 2023 terutama di wilayah sub-kontinen Asia Selatan, Indochina, serta Asia Timur.

Dominasi dari angin Monsun Australia juga menandakan bahwa Indonesia memang telah memasuki musim kemarau dengan ditandai oleh intensitas radiasi matahari saat kondisi cuaca cerah dan berkurangnya tutupan awan.

Kondisi-kondisi seperti ini menjadi pertanda buruk bagi kawasan belahan bumi Utara menjelang musim panas. Di mana, pergerakan pola peristiwa El Nino yang muncul, ditandai oleh hangatnya suhu laut di seluruh Pasifik yang berdampak ke cuaca di seluruh dunia.

Namun, ditahun 2023, peristiwa ini malah mendorong merkuri ke tingkatan yang lebih tinggi sebagaimana belum pernah terjadi di kawasan bumi belahan Selatan.

Gelombang panas Asia yang terjadi saat ini membuat pemerintah lebih waspada dengan kemungkinan terjadinya hal-hal buruk yang pernah terjadi sebelumnya seperti peristiwa kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap oleh cuaca ekstrem.

Pakar iklim menyatakan bahwa tren pemanasan global dan perubahan iklim menjadi kontribusi dari terjadinya fenomena gelombang panas Asia yang terjadi saat ini dengan peluang kejadian akan menjadi lebih sering di masa mendatang.

Melalui sebuah siaran pers, kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan proses terjadinya gelombang panas melalui dua kategori yang saling melengkapi yaitu berdasarkan karakteristik fenomena dan indikator statistik suhu kejadian.

Berdasarkan karakteristik fenomena, gelombang panas umumya terjadi di belahan bumi lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan bumi bagian Utara maupun Selatan, wilayah yang geografisnya memiliki atau berdekatan dengan massa daratan yang besar dan area yang luas, atau di wilayah kontinental atau sub-kontinental.

Pada umumnya, gelombang panas berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca pada sistem tekanan atmosfer tinggi pada suatu kawasan dengan area yang luas secara persisten yang terjadi dalam beberapa hari yang juga berkaitan dengan adanya aktivitas gelombang Rossby di atmosfer bagian troposfer atas.

Sistem dengan tekanan tinggi tersebut, menyebabkan pergerakan udara menekan udara permukaan atau subsidensi di atmosfer bagian atas.

Hal ini menyebabkan udara termampatkan sehingga suhu permukaan mengalami peningkatan akibat dari umpan balik positif antara atmosfer dan massa daratan di bawahnya.

Pusat dari tekanan tinggi dari atmosfer ini membuat aliran udara menjadi kesulitan untuk dapat mengalir masuk dari daerah lain ke area tersebut.

Jika sistem tekanan tinggi di area ini semakin lama terjadi sebagai hasil dari umpan balik positif antara daratan dan atmosfer, maka akan semakin meningkat suhu di area tersebut sehingga awan akan semakin sulit untuk tumbuh.

Jika meninjau dari indikator statistik suhu kejadian, fenomena gelombang panas dalam ilmu cuaca dan iklim oleh World Meteorological Organization (WMO), fenomena gelombang panas merupakan fenomena periode cuaca yang mengalami kenaikan suhu tidak biasa dan terjadi secara berkepanjangan selama lima hari berturut-turut atau lebih.

Selanjutnya, hasil catatan dari rata-rata suhu harian maksmimum melebihi ambang batas statistik yaitu mencapai 5°C atau lebih tinggi dari klimatologis suhu maksimum.

Namun, apabila suhu maksimum terjadi di atas suhu rata-rata dan berlangsung tidak lama, maka peristiwa tersebut tidak dikategorikan ke dalam peristiwa gelombang panas.

Penulis: Piksi Amanda Sari
Mahasiswa Fisika, Universitas Andalas

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

Apa itu Gelombang Panas yang Melanda Sejumlah Negara di Kawasan Asia?. (2023). Diakses pada 29 May 2023 dari https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/28/063000265/apa-itu-gelombang-panas-yang-melanda-sejumlah-negara-di-asia-

BMKG: Gelombang Panas Masih Berlangsung di Asia, Tapi Tidak Terjadi di Indonesia. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023 dari https://tekno.tempo.co/read/1719947/bmkg-gelombang-panas-masih-berlangsung-di-asia-tapi-tidak-terjadi-di-indonesia

Gelombang Panas: Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023 dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6593975/gelombang-panas-penyebab-dampak-dan-cara-menghadapinya

Apa Penyebab Gelombang Panas Asia 2023? Cek Penjelasannya. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023 dari https://news.detik.com/berita/d-6691092/apa-penyebab-gelombang-panas-asia-2023-cek-penjelasannya

Daftar Negara di Dunia Dilanda Gelombang Panas Ekstrem. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023 dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230427103209-113-942525/daftar-negara-di-dunia-dilanda-gelombang-panas-ekstrem/2

Panas Brutal Terus Hantui Asia, Dunia Harus Waspada!. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023 dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20230508191117-4-435571/panas-brutal-terus-hantui-asia-dunia-harus-waspada

Alert! Cuaca Panas Mendidih Serang Asia, Bagaimana Dengan RI?. (2023). Diakses pada 29 Mei 2023 dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20230423072035-4-431824/alert-cuaca-panas-mendidih-serang-asia-bagaimana-dengan-ri

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses