Harga Emas di Indonesia Turun Ketika Permintaan Dunia Naik. Mengapa?

Harga Emas

Covid-19 dan kebijakan moneter perbankan: Kebijakan expansionary

Pandemi COVID-19 telah berdampak pada semua sektor termasuk sosial, lingkungan, dan terutama ekonomi. Pandemi Covid 19 telah membuat beberapa negara menerapkan kebijakan lockdown yang berdampak pada minimnya aktivitas ekonomi. Oleh karena itu, semua pemangku kepentingan berusaha untuk menyesuaikan kebijakannya dengan keadaan saat ini termasuk Bank Sentral melalui kebijakan moneter. Untuk menggairahkan perekonomian, Bank Sentral menerapkan kebijakan moneter ekspansif. Kebijakan moneter ekspansif bekerja dengan cara meningkatkan jumlah uang beredar melalui penurunan suku bunga, sehingga investasi meningkat, dan akhirnya meningkatkan output.

Komoditas yang Terkena Dampak Emas

Penurunan suku bunga berdampak pada perilaku perekonomian masyarakat termasuk investasi. Sampai saat ini, perbincangan tentang investasi emas terus meningkat dan harga emas melonjak saat pandemi. Pertanyaannya, apakah kebijakan moneter tentang penurunan suku bunga berperan dalam permintaan emas?

Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Harga Emas

Harga emas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama, adalah suku bunga. Negara-negara cenderung menurunkan suku bunganya untuk mendorong aktivitas pasar, di mana Federal Reserve Amerika Serikat ( Bank Sentral Amerika Serikat)  menurunkan suku bunga sebesar 150bp pada bulan Maret menjadi 0-0,25bp. Dengan demikian, suku bunga rendah membuat USD melemah. Hal ini menyebabkan terjadinya faktor kedua yaitu mata uang USD. Nilai mata uang Dolar Amerika Serikat memiliki efek terbalik pada harga emas. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa penurunan nilai USD menaikkan nilai mata uang lainnya. Hal ini akan meningkatkan pasar komoditas termasuk emas, yang juga meningkatkan harga emas.

Bacaan Lainnya

Grafik di atas menunjukkan penurunan nilai USD dan kenaikan harga emas. Misalnya pada 3 Agustus 2020, harga emas berada pada puncaknya yaitu 2061,50 sedangkan nilai USD turun di 118,04. Selain itu, investor percaya bahwa suku bunga yang lebih rendah akan membuat emas lebih tinggi karena berkurangnya persaingan dari investasi yang menghasilkan lebih tinggi. Sehingga, permintaan emas investor pada masa krisis ini sangat tinggi.

Ketiga, suku bunga rendah juga membuat perilaku investasi masyarakat bergeser. Mereka tidak ingin lagi menyimpan uangnya ke rekening tabungan karena bunganya yang rendah, tetapi mereka juga tidak ingin berinvestasi pada produk yang berisiko tinggi karena ketidakpastian yang tinggi. Sedangkan Emas dikenal sebagai instrumen safe haven, yaitu investasi yang diharapkan dapat mempertahankan atau meningkatkan nilainya selama periode volatilitas pasar.

Emas memiliki risiko rendah dalam berinvestasi selama pandemi ini. Resiko rendah ini menjadi daya tarik tersendiri ditambah cara sederhana untuk berkembang hanya dengan sistem jual beli. Ketika pandemi terjadi, yang juga dianggap sebagai peristiwa buruk, investor cenderung membeli emas sebagai asuransi yang meningkatkan permintaan ,sehingga meningkatkan harga emas. Fluktuasi harga emas selama pandemi ini juga disebabkan oleh pengembangan vaksin. Ketika berita vaksin pecah, ekspektasi pasar semakin membaik, ketidakpastian perlahan memudar, sehingga investor meninggalkan instrumen safe haven, dalam hal ini emas, dan beralih ke investasi yang lebih berimbal hasil lebih tinggi.

Keadaan di Indonesia

Saat wabah COVID-19 masuk ke Indonesia, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 100 bps secara kumulatif pada Februari, Maret, Juni, dan Juli 2020 menjadi 4 persen. Karena itu, permintaan emas ke pasar Indonesia juga terpengaruh. Konsumen emas di Indonesia terbagi  menjadi dua golongan, yaitu pemerintah dan ritel. Kedua tipe konsumen ini menanggapi pembelian emas secara berbeda. Cadangan emas pemerintah Indonesia meningkat pada saat covid, hal ini dibuktikan dengan posisi cadangan devisa mencapai level tertinggi dalam sejarah pada Juli 2020, yang dipengaruhi oleh cadangan emas Indonesia. Bank Indonesia mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2020 adalah sebesar US $ 135,1 miliar, meningkat dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2020 sebesar US $ 131,7 miliar. Cadangan emas Indonesia pun mencapai level tertinggi di bulan Juli 2020 sebesar 5000 USD bn.

Cadangan Emas Indonesia
Sumber: ceicdata.com

Namun, permintaan emas yang dibeli secara eceran di Indonesia semakin menurun. Berdasarkan laporan triwulanan PT ANTAM, volume penjualan emas mengalami penurunan dari tahun 2019 menjadi setengah tahun 2020. Dengan detail harga dari goldprice.org, berikut perubahan harga dan permintaan emas:

Dari tabel tersebut terlihat bahwa harga emas selalu naik bahkan sebelum wabah COVID-19 terjadi. Namun sebelum terjadinya pandemi (2019), permintaan emas di Indonesia meningkat meskipun harganya tinggi, namun pada saat pandemi (2020) permintaan emas eceran ternyata menurun. Ada dua faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut, yaitu menurunnya pendapatan masyarakat dan bergesernya minat dan harapan masyarakat terhadap investasi.

Merujuk pada katadata.co.id, hasil survei sosial demografi COVID-19 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa 70,53% responden pada kelompok berpenghasilan rendah (kurang dari Rp1,8 juta) merasakan dampak yang terbesar, yaitu dampak penurunan pendapatan. Kemudian, 30,34% responden pada kelompok berpenghasilan tinggi (lebih dari Rp 7,2 juta) juga mengaku mengalami penurunan penghasilan juga. Hal ini berdampak pada perubahan pola konsumsi dimana masyarakat cenderung membeli produk kesehatan, sembako, atau data internet dibanding berinvestasi.

Ainindita
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

Editor: Diana Intan Pratiwi

Baca Juga:
Pentingnya Pendidikan Karakter Menuju Indonesia Maju, Indonesia Emas
Siklus Krisis 10 Tahunan Indonesia, Apa yang Seharusnya Dilakukan?
Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Pergerakan Harga

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI