Memiliki Candi Borobudur sebagai salah satu warisan budaya yang diakui UNESCO merupakan suatu kebanggaan sendiri sebagai warga Indonesia. Ditetapkan pada tahun 2019 sebagai world heritage site, candi yang terletak di Magelang ini memiliki keistimewaan sebagai monumen Budha terbesar dan pusat ziarah serta pemujaan Budha yang tak ternilai harganya.
Hingga saat ini Candi Borobudur masih eksis sebagai tempat wisata domestik maupun mancanegara. Tapi apakah kalian masih ingat bahwa Candi Borobudur merupakan tempat ibadah sekaligus simbol bagi umat Budha yang harus dijaga keberlangsungannya?
Sebagai upaya melestarikan kekayaan sejarah dan budaya sekaligus menyerap lapangan kerja, pada tanggal 4 Juni 2022 Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan mengumumkan kenaikan tarif Candi Borobudur sebesar Rp750.000,- untuk turis lokal, Rp1.443.000,- untuk turis mancanegara, dan Rp5.000,- untuk pelajar demi membatasi jumlah kunjungan ke candi, yaitu 1200 orang per hari.
Keterangan itu diperoleh dari Menko Luhut Binsar Pandjaitan saat memimpin rapat koordinasi antar kementerian/ lembaga di kompleks taman wisata Candi Borobudur.
Ia menyatakan, “Akan ditetapkan kuota bagi wisatawan yang bisa naik ke bangunan Candi Borobudur sejumlah 1200 orang per hari. Jumlah tersebut setara dengan 10-15% persen rata-rata per hari jumlah wisatawan ke Candi Borobudur sebelum masa pandemi.”
Rencana yang turut disepakati pemerintah itu menuai banyak pro dan kontra karena adanya kesalahpahaman dalam menerima informasi yang dapat ditemui di media sosial. Hal itu berdampak pada masyarakat Indonesia yang ingin mengunjungi Candi Borobudur.
Padahal, tiket masuk kawasan candi tetap dibanderol dengan harga Rp50.000,- per orang untuk orang dewasa dan Rp25.000,- per orang untuk anak-anak. Meskipun demikian ada banyak pihak yang tidak setuju dengan kenaikan harga naik ke Candi Borobudur.
Salah satunya para pedagang di kawasan Candi Borobudur yang khawatir akan menurunnya jumlah pengunjung. Nah, apa sih alasan dibalik kenaikan harga tiket naik ke Candi Borobudur?
Baca Juga: Satu Hari Mengelilingi Indonesia
Faktor utama kenaikan harga tiket ke candi adalah konservasi cagar budaya sebagai dampak dari kunjungan dalam jumlah banyak sebelum pandemi yang dapat mengakibatkan penurunan bangunan candi.
Selain itu aksi vandalisme dari para pengunjung candi yang jika kurang ditindak secara tegas dapat mengurangi keorisinalitasan candi. Nilai yang dimiliki Candi Borobudur akan menurun jika tidak segera diberlakukan kebijakan tegas dari pemerintah untuk mengambil tindakan konservasi.
Kebijakan itu juga dibuat berdasarkan rekomendasi UNESCO dan banyak pakar supaya Candi Borobudur dapat dikembangkan sebagai cagar budaya bertaraf internasional. Belum selesai pro dan kontra mengenai kenaikan harga tiket tanggal 14 Juni 2022, Presiden Joko Widodo memberi arahan untuk membatalkan kenaikan tiket.
Rencana pemerintah untuk melakukan konservasi Candi Borobudur merupakan langkah yang tepat, namun dalam mengeksekusi sebuah kebijakan masih setengah-setengah. Alih-alih mengeluarkan solusi dalam waktu dekat kebijakan menaikkan tiket dibatalkan.
Menanggapi dibatalkannya kenaikan tarif naik ke Candi Borobudur, apa solusi lain untuk menjaga keberlangsungan candi? Candi Borobudur tersusun atas batuan andesit berbentuk kotak dengan titik pusat berbentuk lingkaran dengan relief di dinding yang memiliki makna tertentu.
Baca Juga: World Religions
Banyak para pengunjung yang menjadikan Candi Borobudur sebagai objek berfoto, bahkan ada wisatawan yang tidak bertanggung jawab merusak hingga mencoreti batuan candi. Namun apakah para pengunjung benar-benar tahu sejarah Candi Borobudur?
Jika banyak yang tidak setuju akan kebijakan menaikkan tiket naik ke candi, bagaimana jika ada kebijakan melarang wisatawan naik Candi Borobudur? Dengan adanya larangan naik ke candi, tindakan konservasi bangunan candi akan lebih maksimal.
Sebagai gantinya di sekitar kawasan candi dibangun bangunan yang diisi miniatur Candi Borobudur atau virtual tour Candi Borobudur supaya banyak orang mengenal Candi Borobudur tanpa mengakibatkan kerusakan. Hanya orang berkepentingan yang bisa mengakses, sedangkan para pelajar bisa teredukasi melalui virtual tour dan miniatur candi tersebut.
Solusi selain melarang akses naik candi adalah pembuat kebijakan bisa menurunkan tarif naik candi secara bertahap supaya tidak cari untung secara instan yang dikhawatirkan tidak bisa menarik wisatawan dalam jangka panjang.
Supaya bisa mengendalikan jumlah pengunjung, pemberlakuan tiket online juga alternatif yang bagus. Pengunjung juga harus mematuhi aturan agar tidak merusak batuan candi dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar candi.
Baca Juga: Sosialisasi Latihan Dayung untuk Pengembangan Olahraga Rekreasi dalam Mendukung Program Desa Wisata
Mengingat usia Candi Borobudur dan penurunan tanah candi, upaya konservasi sangat dibutuhkan. Jika kenaikan tarif tiket naik ke candi dibatalkan, pembuat kebijakan harus bergerak cepat untuk menawarkan solusi lainnya.
Selain dinilai dari budayanya, tempat wisata Candi Borobudur juga menjadi penggerak ekonomi bagi warga lokal. Kebijakan yang dibuat haruslah matang, pemberian informasi sebaiknya lebih transparan dan jelas.
Upaya konservasi Candi Borobudur sudah menjadi objek pembahasan. Bagaimana dengan cagar budaya lainnya? Apakah kebijakan konservasi perlu diberlakukan untuk candi lain?
Penulis: Rizmay Ananda
Prodi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga
Editor: Ika Ayuni Lestari