Dalam beberapa tahun terakhir, terlihat jelas bahwa jumlah pemeluk Islam meningkat di Tiongkok, di mana banyak orang juga mengenakan jilbab sebagai tanda identitas agama Islam mereka.
Sejarah peradaban Islam di Tiongkok dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Tang (618-907 M). Periode ini ditandai dengan peningkatan jumlah pedagang Arab dan Persia yang singgah di pelabuhan Tiongkok selama 147 tahun sejak tahun 651 Masehi.
Hingga tahun 798 M, negara-negara Arab mengirimkan utusan ke Tiongkok tidak kurang dari 37 kali. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa mengenal atau setidaknya pernah berhubungan dengan umat Islam sejak abad ke-7 Masehi.
Posisi filsafat dalam masyarakat China amat istimewa. Tidak hanya diskursus, tetapi juga pandangan hidup yang implementatif. Teori melekat dalam praktik dan praktik menjadi manifestasi teori.
Keduanya tidak terpisahkan, layaknya model filsafat yang muncul di Barat (philosophy is not divorce from life). Lebih jauh moralitas filsuf tidak terpisahkan dari filsafat yang ia tempuh. Pandangannya tentang etika mendasari sikap dan pilihan etisnya (Koller 1985, 246).
Filsafat China juga secara mendasar, tidak ditujukan untuk sekadar menambah pengetahuan positif ataupun, melainkan meningkat taraf jiwa atau dengan kata lain ditujukan untuk mencapai nilai-nilai supermoral (Koller 1985, 245; Yu-lan 2015, 6).
Bahkan kedudukan filsafat dalam masyarakat China dapat disamakan dengan kedudukan agama dalam peradaban lainnya.
Dan mayoritas beragama Islam di China berbeda tempat yaitu salah satunya Masyarakat yang banyak agama Islam itu di Qinghai, Ningxia, Xinjiang.
Daerah ini banyak yang menganut agama Islam dan mayoritas berkerudung, tetapi jika di tempat lainnya seperti di Xiamen mayoritas masyarakat disana hanya sebagian yang beragama Islam dan hanya sebagian juga yang berkerudung.
Islam di China ini sudah berpencar di daerah manapun di negara china, tetapi tempat bangunan mereka beribadah, yaitu masjid, sangatlah jarang dan masih sedikit untuk mereka temui.
Jadi, jika mereka ingin sholat berjamaah harus menempuh jarak yang agak jauh dan berangkat lebih awal lagi supaya bisa melakukan shalat dengan jamaah.
Keadaan Muslimah di China Sekarang
Kehidupan sehari-hari masyarakat muslim China sepenuhnya adalah kebiasaan dan tata cara kehidupan masyarakat setempat, seperti halnya rambut panjang yang dikucir khas ala masyarakat China.
Tradisi ini sudah ada sejak zaman Dinasti Manchu dan mereka masih menggunakan sebagian besar kebiasaaan tersebut hingga masa kini.
Baca Juga:Â Islam di Inggris: Sejarah, Perkembangan dan Tantangan
Cara berpakain juga tidak jauh berbeda dengan masyarakat China non-muslim pada umumnya. Yang membedakan, umat Islam China akan menggunakan tambahan sorban ketika hendak pergi ke masjid.
Keadaan yang sebaliknya terjadi pada umat Islam Uyghur dari Sinkiang (Xinjiang) dan umat Islam Kazakh dari daerah barat laut China.
Mereka yang tinggal di daerah tersebut umumnya memiliki kebiasaan berpakaian yang berbeda dengan masyarakat China pada umumnya.
Di bagian barat laut, para wanita muslim menggunakan cadar atau penutup muka apabila mereka hendak melakukan aktifitas di luar rumah. Sementara itu, di beberapa daerah para wanita juga mengenakan sorban dan kaum laki-lakinya menggunakan tutup kepala yang berwarna putih dan lebar.
Di daerah Xinjiang, kaum muslim laki-laki menggunakan penutup kepala berukuran kecil yang berwarna-warni serta bersulam. Ada juga yang menggunakan sorban dari bahan katun berwarna putih dan kuning.
Jika dilihat kembali pada sejarah China, Muslim merupakan golongan yang ditakuti oleh pemerintah di China. Mereka dianggap golongan yang berani dan gigih menentang kerana mereka tidak suka ditindas dan juga golongan yang tidak dapat ditindas oleh suku-suku lain.
Menurut Broomhall, dari segi fisikal, orang Islam mempunyai kekuatan yang hebat dan berani. Kesan daripada sifat mereka yang sedemikian, pihak pemerintah sering melakukan berbagai cara untuk menyekat golongan ini.
Misalnya semasa pemerintahan Manchu semasa Dinasti Ching, berlaku lima pemberontakan besar dan berterusan selama 107 tahun, yaitu dari tahun 1782 hingga 1889. Muslim diburu dan ditindas karena sering menimbulkan pemberontakan dan mereka dianggap sebagai golongan yang menghuru-harakan negara.
Malangnya, apabila dilihat kepada kesan setiap kali berlakunya pemberontakan ini ialah melibatkan kematian orang Islam dengan jumlah yang agak besar.
Misalnya, pembunuhan beramai-ramai terhadap penduduk Islam di Xinjiang pada tahun 1952 telah mengorbankan 300.000 orang Islam. Pembunuhan ini dilakukan oleh Komunis Rusia dan juga gubernurnya yaitu Sheng, serta orang China. Pada tahun 1954, sebanyak 90.000 orang Islam pula telah dibunuh oleh komunis.
Kesimpulan
Berdasarkan teori model penyebaran dan tahapan masuknya Islam ke China, semua teori menunjukan bahwa Masuknya Islam ke China tidak melalui jalur peperangan (invasi) melainkan melalui jalur perdagangan dan perkawinan.
Corak penyebaran Islam yang seperti ini berpengaruh terhadap karakteristik umat Islam di China, yang lebih mudah menerima dan beradaptasi dengan budaya setempat (fleksibel).
Baca Juga:Â Teori Masuknya Islam di Timor Leste
Pada perkembangan selanjutnya, umat Islam mengalami tekanan yang luar biasa hebat pada masa kekaisaran Dinasti Manchu/Qing (1644-1912 M) dan ketika China dikuasai oleh kaum komunis pada akhir tahun 1940-an.
Hanya dalam kurun waktu 12 tahun, pemerintah tiran Manchu telah membunuh tidak kurang dari 2 juta umat Islam. Islam di China ini sudah berpencar di daerah manapun di negara china, tetapi tempat bangunan ibadah mereka, yaitu masjid, sangatlah jarang dan masih sedikit untuk mereka temui.
Oleh sebab itu, masyarakat Islam di China sudah banyak berkembang dan berpencar di daerah manapun. Jumlah wanita berkerudung di China pun sudah banyak ditemui, hanya saja tempat mereka beribadah dan kehidupan mereka yang harus menyesuaikan.
Referensi
WEKKE, Ismail Suardi; RUSDAN, Rusdan. Minoritas Muslim di China: Perkembangan, sejarah dan pendidikan. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, 2018, 10.1: 143-174.
AMIN, Khairul. DISKURSUS METAFISIKA DALAM TRADISI FILSAFAT BARAT, CHINA, DAN ISLAM: STUDI KOMPARATIF.
KASSIM, Faezah, et al. PERKEMBANGAN SUASANA POLITIK MUSLIM DI XINJIANG, CHINA. SATU TINJAUN UMUM DARI PERSPEKTIF SEJARAH PERADABAN. Journal of Al-Tamaddun, 2005, 1.1: 167-196.
Penulis: Adzky Ardelia Sanda Fitri
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadits, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News