Ikan Adalah Pertapa: “Ada Suatu Kenyataan yang Belum Tersingkap” Karya Ko Hyeong Ryeol

Buku
Ikan Adalah Pertapa: “Ada Suatu Kenyataan yang Belum Tersingkap” Karya Ko Hyeong Ryeol.

Sastra dan kehidupan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan. Sastra mengungkap kehidupan melalui syair dan diksi sebagai senjata, sedangkan kehidupan memberikan ilham kepada jiwa penulis melalui indranya.

Bagaimana sebuah karya dapat tercipta tidak terlepas dari pengaruh di sekitarnya seperti manusia dan lingkungan. Hubungan timbal balik inilah yang membentuk ekosistem indah penuh makna bernama proses kreatif sastra.

Ko Hyeong Ryeol adalah seorang penyair senior asal Korea yang sudah berkecimpung dalam dunia sastra sejak tahun 1979, melalui puisinya yang berjudul “Chuangtzu” di majalah sastra Hyudaemoonhak, ia debut untuk pertama kali.

Bacaan Lainnya
DONASI

Puisinya mengkritisi tentang kehidupan yang terjadi saat ini maupun di masa lampau khususnya di Korea. Seperti pada kumpulan puisi berjudul Perkebunan Semangka Puncak Daechong, Bunga Embun Beku, Buddha Salju, kumpulan puisi ekologi lingkungan alam Bagaimana Kabarnya Kota Seoul, Aku Tidak Berada di Candi Erdene Zuu, dan Pada Saat Merenung Hal-Hal yang Kuno.

Lahir setahun setelah Perang Korea (1950-1953), pada tanggal 8 November 1954, Ko Hyeong Ryeol melihat dunia untuk pertama kalinya di daerah pantai utara Kota Sokcho, Provinsi Gangwon Korea.

Perjalanan hidup yang tidak singkat membuat penyair Ko menyaksikan banyak momentum bersejarah bagi dunia maupun dirinya. Memaknai kehidupan dengan mengkritisi berbagai kejadian melalui puisi untuk menyingkap kenyataan yang belum terungkap adalah cara yang ia lakukan untuk memperkaya dunia kesusastraan sekaligus refleksi diri.

Sebagai masyarakat dunia yang melihat perkembangan negara lain hanya berdasarkan kemajuannya saja kita pasti sulit untuk mengetahui kejadian di sebaliknya. Dewasa ini Korea Selatan dikenal sebagai negara yang identik dengan budaya populernya seperti K-pop dan K-drama yang sudah malang melintang di televisi.

Dari mulai aransemen lagu yang menarik, gerakan tari yang eksentrik dan pertunjukan akting tokoh drama yang begitu apik membuat kita terlena seperti terkena fatamorgana.

Dengan judul Ikan Adalah Pertapa: “Ada Suatu Kenyataan yang Belum Tersingkap” tulisan ini sedikit menguak beberapa realitas mengenai kehidupan di Korea dari puisi yang dituliskan oleh penyair Ko dalam buku antologi puisi berjudul Ikan adalah Pertapa yang diterjemahkan oleh Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah.

Seperti judulnya “Ada Suatu Kenyataan yang Belum Tersingkap” yang dikutip dari puisi berjudul “Benih Bunga” karya Ko Hyeong Ryeol, kehidupan menyimpan begitu banyak misteri.

Bagaikan memecahkan sebuah kode teka-teki, Ko Hyeong Ryeol beranjak dari satu puisi ke puisi lain untuk menuntun pembaca mengetahui kehidupan di Korea dari berbagai sisi seperti sejarah, politik, sosial, dan kondisi alam.

Puisi-puisi tersebut terkumpul dalam satu buku antologi berjudul Ikan Adalah Pertapa yang berisi 4 bagian, perbabnya terdiri atas 15 puisi yang jika ditotal maka keseluruhan puisi dalam antologi Ikan adalah Pertapa berjumlah 60 puisi dengan tema beragam.

Antologi ini merupakan antologi puisi dwi bahasa (Indonesia-Korea) yang diambil dari dari buku penyair Ko berjudul Saat Merenungkan Hal-Hal yang Kuno.

Salah satu puisi yang dapat mewakilkan kondisi Korea saat ini adalah puisi berjudul “Benih Bunga”. Puisi ini berada di halaman 184 di bab IV dengan sub judul Ada Kenyataan Belum Terbongkar, setiap lariknya seolah mencerminkan bagaimana suatu proses mengalami permulaan dan akhiran tetapi kematian bukanlah akhir yang sesungguhnya, yang dituliskan seperti ini:

Ada suatu kenyataan yang belum tersingkap
Semua bunga mengira bahwa mereka sudah benar-benar mati.
Bunga tak tahu
benih bunga jatuh dari bunga ke tanah, lalu memekarkan bunga
lainnya

(“Benih Bunga”, Ryeol, hlm. 184)

Bagian benar-benar mati dapat diinterpretasikan seperti keadaan Korea setelah Korea Utara dan Korea Selatan berpisah, masing-masing negara mempunyai otoritasnya masing-masing dan keutuhan Korea sudah berakhir.

Namun, dalam frasa memekarkan bunga lainnya di sana dapat terlihat bahwa perpecahan tersebut bukanlah akhir justru menjadi awal baru untuk kedua negara berkembang dengan caranya masing-masing seperti Korea Selatan yang kita kenal saat ini hits dengan budaya populernya.

Dalam puisi selanjutnya dapat terlihat juga bagaimana keadaan politik di Korea yang tidak luput dari korupsi, bukan sekadar menggambarkan pengertian korupsi dalam dunia pemerintahan semata melainkan arti korupsi yang sesungguhnya. Berikut penggalan puisi “Di dalam Dunia Korupsi”:

Bukan musuh yang menyiksa kita
Penderitaan sendiri mulai mengorupsi penderitaan
Di dalam air, situasi politik membagi dua kota
yang terdiri dari sebuah batu
Korupsi menjadi busuk sambil memurnikan korupsi

(“Di dalam Dunia Korupsi”, Ryeol, hlm. 192-193)

Pada bagian Penderitaan sendiri mulai mengorupsi penderitaan, terasa miris ketika membacanya. Bagaimana sebuah penderitaan saja sudah menyakitkan lalu ditambah lagi mengorupsi penderitaan seolah satu penderitaan saja tidak cukup.

Itulah puisi-puisi yang sedikitnya menggambarkan bagaimana kondisi di Korea yang sebenarnya, interpretasi di atas hanyalah kesimpulan sederhana yang masih bisa digali lagi seperti yang diungkapkan Nenden Lilis Aisyah: “Puisi-puisi Ko ini sebenarnya bagai satu lampu yang memancarkan cahaya ke berbagai arah. Artinya, setiap satu puisi tidak selalu hanya memiliki satu maksud” (dalam Catatan Penutup Penerjemah: Tentang Dunia Perpuisian Penyair Ko Hyeong Ryeol).

Maka dari itu, untuk mengetahui apa saja kenyataan yang belum terungkap dari Korea yang tidak terlihat di permukaan, buku antologi puisi ini sangat direkomendasikan untuk dibaca.

Karena, telah dijembatani oleh  Kim Young Soo dan Nenden Lilis Aisyah dalam menerjemahkan antologi puisi ini ke dalam bahasa Indonesia yang tentu saja semakin mempermudah para pembaca memaknai puisi-puisi di dalamnya untuk melihat bagaimana keadaan Korea yang dituliskan oleh Ko Hyeong Ryeol.

Penulis: Khusnul Khotimah
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI Bandung

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI