Indonesia vs Musuh dalam Selimut

Tujuh puluh empat tahun (74 Tahun) rakyat Indonesia dalam usia menikmati kemerdekaan. Kemerdekaan yang dimaksudkan adalah merdeka melawan penjajahan dari bangsa-bangsa yang terus merampas kekayaan di bumi pertiwi dan ingin menduduki Indonesia 74 tahun silam. Negara dengan dasar Pancasila, bentuk kenegaraan yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Semboyan Bhinneka Tunngal ika yang bermakna, berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular serta diklaim NKRI Harga Mati, katanya.

Memasuki usia yang hampir satu abad ini, terus dijajah, bukan dijajah oleh negara lain seperti halnya 74 tahun silam. Namun, dijajah oleh bangsanya sendiri alias musuh dalam selimut dengan bentuk penjajahan yang berbeda pula baik itu rasisme, feodalisme dan masih banyak lagi bentuknya.

Menjajah atau melawan Indonesia sama saja dengan memberontak Pancasila. Karena Pancasila adalah dasar negara yang merupakan paradigma dan pandangan hidup bangsa Indonesia serta jati diri bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila mampu menguatkan dan mengikat kehidupan berbangsa dan bernegara dari Sabang sampai Merauke. Akan tetapi, dengan semangat empat lima ada oknum-oknum tertentu yang ingin memecah bela kesatuan yang telah dibangun dan telah dibaluti dengan ikatan NKRI. Mereka tidak menyadari akan perjuangan mempertahankan bangsa ini, perjuangan dengan titik darah dan keringat seakan bumi pertiwi tak mampu menahan tampungan darah dan keringat dari pejuang, para tokoh yang telah gugur dalam medan perang. Seakan orang bertanya-tanya apakah ini kutukan? terhadap penggalan kalimat yang disampaikan oleh sang Proklamator Bangsa ini bahwa “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”

Bacaan Lainnya

Pentingnya Nasionalisme
Nasionalisme, paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. Nasionalisme semesetinya dilakukan oleh kaum-kaum Nasionalis dengan memberikan pembekalan tentang nasionalisme terhadap generasi penerus bangsa ini. Namun tidak hanya itu saja kitapun turut menjaga dan mempertahan itu. Jikalau ini tidak dilakukan dipastikan Indonesia akan krisis Nasionalisme dengan demikian penjajahan dari dalam diri bangsa inipun terus dilakukan, dan pada akhirnya Indonesia akan bisa terpecah belah. Hanya saja Nasionalisme bukan tiruan Barat. Akan tetapi dengan adanya Nasionalisme Indonesia yang di konsepsi oleh Bung Karno dengan mengedepankan Nilai-nilai Kemanusiaan. (DBR djilid I)

Refleksi dan Terus jaga Pancasila
Akhirnya di usia yang ke 74 mari kita berhenti sejenak sambil merefleksikan diri, melihat kembali filosofi logo 74 tahun yakni bukan 7, bukan 4 bukan “aku” bukan “kamu” tetapi 74 dan kita “Persatuan”. Kita harus bijaksana dan seperti garis lurus yang mengarahkan ke kanan sebagai lambing pergerakan bergerak maju meraih cita-cita bangsa dan persatuan dengan terus menjaga Pancasila. Ya Pancasila, lima dasar yang mampu memegang kokoh Indonesia dari berjuta penduduk, pulau dan bahasa serta keanekaragaman lainnya dari dahulu dan bahkan nanti agar terus kuat dan tetap tegar menopang Indonesia menjadi tetap Indonesia karena Pancasila itu rumah kita semua.

Welem G. Maniyeni
Ketua BEM Untrib Kalabahi, 2018-2019

 

Editor : Aji Cahyono

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI