Inflasi dan Kenaikan Harga: Bagaimana Kita Bisa Bertahan?

Inflasi
Ilustrasi inflasi.

Definisi dari inflasi yakni suatu kondisi yang mengalami kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga itu tidak dapat dilihat dari satu atau dua barang saja yang mengalami kenaikan, kecuali bila kenaikan itu juga mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya.

Sedangkan kebalikan dari inflasi disebut deflasi. Deflasi adalah suatu kondisi di mana terjadi penurunan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu perekonomian selama periode waktu tertentu.

Pada tahun 2022, inflasi di Indonesia menglami peningkatan yang mengakibatkan kenaikan harga komoditas global, terutama energi dan pangan, yang dipicu oleh adanya gangguan rantai pasokan yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 dan konflik geopolitik seperti perang di Ukraina.

Dari website Bank Indonesia tercatat bahwa inflasi pada tahun tersebut menembus hingga angka 5.95% di bulan September. Peningkatan inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir.

Bacaan Lainnya

Faktor Penyebab Inflasi

Inflasi di Indonesia terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor yang saling terkait. Berikut ini adalah beberapa faktor utama yang dapat menyebabkan inflasi, di antaranya:

1. Permintaan agregat yang tinggi (Demand-Pull Inflation)

Peningkatan permintaan agregat terjadi di saat permintaan total untuk barang dan jasa dalam suatu perekonomian melebihi kapasitas produksi yang tersedia. Di saat permintaan mengalami peningkatan melebihi penawaran, maka harga barang dan jasa cenderung akan mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan produsen tidak dapat memenuhi permintaan yang mengalami peningkatan tanpa menaikkan harga.

Peningkatan permintaan agregat ini juga disebabkan oleh peningkatan konsumsi masyarakat, hal ini dikarenakan ketika masyarakat memiliki pendapatan yang lebih tinggi atau akses kredit yang lebih mudah, mereka cenderung meningkatkan konsumsi.

Kebijakan fiskal yang ekspansif juga dapat mempengaruhi, pemerintah meningkatkan pengeluaran atau menurunkan pajak, mendorong konsumsi dan investasi. Ekspansi kredit oleh perbankan, suku bunga rendah atau kebijakan kredit yang mudah meningkatkan pinjaman dan belanja konsumen.

2. Kenaikan biaya produksi (Cost-Push Inflation)

Cost-Push Inflation terjadi ketika biaya produksi mengalami peningkatan, kebijakan menaikkan harga barang karena naiknya biaya produksi. Misalnya karena kenaikan harga bahan baku atau upah tenaga kerja, yang kemudian menyebabkan kenaikan pada harga barang dan jasa.

Misalnya di saat harga bahan baku naik seperti saat harga minyak dunia yang meningkat dapat menyebabkan kenaikan biaya produksi untuk berbagai produk yang menggunakan minyak atau bahan bakar sebagai input.

Sedangkan di saat kenaikan upah tenaga kerja, jika serikat pekerja berhasil menegosiasikan kenaikan upah yang signifikan, perusahaan mungkin harus menaikkan harga produk mereka untuk menutupi biaya tambahan ini.

Ketika terjadi Cost-Push Inflation, konsumen menghadapi harga yang lebih tinggi tanpa adanya peningkatan pendapatan yang sepadan, sehingga daya beli mereka akan mengalami penurunan. Cost-push inflation dapat berkontribusi pada stagflasi, yaitu kondisi ekonomi yang ditandai oleh inflasi tinggi, pertumbuhan ekonomi yang stagnan, dan tingkat pengangguran yang tinggi.

3. Structural Inflation

Ini terjadi dikarenakan bertambahnya volume uang karena pergeseran struktur ekonomi, masalah struktural dalam perekonomian yang menyebabkan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.

Hal ini bukan hanya karena fluktuasi sementara dalam permintaan atau biaya, tetapi lebih disebabkan oleh faktor-faktor mendasar yang mempengaruhi bagaimana ekonomi berfungsi dalam jangka panjang.

4. Fluktuasi harga komoditas global

Faktor eksternal juga sangat penting. Inflasi domestik dapat dipengaruhi oleh fluktuasi harga komoditas global seperti minyak mentah dan bahan makanan pokok. Ini karena perekonomian Indonesia bergantung pada impor untuk beberapa kebutuhan pokok, yang membuatnya rentan terhadap perubahan harga di pasar internasional.

Baca Juga: Pengaruh Inflasi terhadap Perekonomian Indonesia

Dampak Inflasi bagi Masyarakat Indonesia

Dampak dari inflasi dirasakan oleh masyarakat dan perekonomian, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah dan sektor bisnis. Inflasi berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat. Ketika harga barang dan jasa naik, uang yang dimiliki masyarakat tidak lagi bisa membeli jumlah barang yang sama seperti sebelumnya.

Hal ini secara khusus memberatkan kelompok masyarakat berpenghasilan tetap dan rendah, karena mereka memiliki keterbatasan dalam menyesuaikan pendapatan dengan kenaikan harga.

Inflasi dapat memperburuk ketimpangan sosial, terutama jika kelompok berpenghasilan rendah dan menengah lebih terdampak daripada kelompok berpenghasilan tinggi.

Masyarakat miskin yang menghabiskan sebagian besar pendapatannya untuk kebutuhan dasar akan lebih merasakan dampak inflasi dibandingkan dengan masyarakat kaya yang memiliki lebih banyak aset dan investasi yang nilainya mungkin meningkat dengan inflasi.

Inflasi juga mempengaruhi sektor bisnis. Kenaikan biaya produksi akibat inflasi dapat mengurangi margin keuntungan perusahaan, yang mungkin akan meneruskan sebagian dari beban ini ke konsumen melalui kenaikan harga.

Perusahaan kecil dan menengah mungkin lebih sulit beradaptasi dengan kenaikan biaya ini, yang bisa mengancam kelangsungan usaha mereka. Inflasi dapat mempengaruhi arus kas perusahaan, terutama jika perusahaan memiliki piutang dalam mata uang yang mengalami depresiasi atau jika ada penundaan pembayaran dari pelanggan.

Namun, inflasi tidak selalu membawa dampak negatif. Dalam tingkat yang moderat, inflasi bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenaikan inflasi yang moderat dapat mendorong produsen untuk meningkatkan produksi dan investasi.

Produsen mungkin mempercepat kegiatan produksi mereka untuk mengantisipasi kenaikan harga di masa depan, yang pada gilirannya bisa menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenaikan inflasi bisa mendorong investasi dalam aset riil seperti properti, saham, dan komoditas.

Investor mencari aset yang dapat mempertahankan atau meningkatkan nilai selama inflasi tinggi. Ini bisa merangsang aktivitas investasi dan pertumbuhan sektor-sektor tersebut.

Inflasi yang moderat memberi bank sentral lebih banyak ruang untuk melakukan kebijakan moneter yang fleksibel. Dengan tingkat inflasi yang rendah atau negatif, bank sentral mungkin kesulitan untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut tanpa mencapai batas bawah nol.

Inflasi yang moderat memungkinkan suku bunga tetap positif, memberikan ruang bagi bank sentral untuk menyesuaikan kebijakan moneter guna menstabilkan perekonomian.

Baca Juga: Pengaruh Inflasi terhadap Harga Barang

Strategi untuk Menghadapi Peningkatan Inflasi

Menghadapi peningkatan inflasi memerlukan strategi yang efektif baik di tingkat individu maupun keluarga. Berikut adalah beberapa cara masyarakat Indonesia dapat bertahan dan mengatasi dampak inflasi:

1. Mengatur anggaran dengan lebih ketat

Dalam hal ini perlu dilakukan analisis pengeluaran, hal ini dapat membuat daftar semua pengeluaran bulanan dan kategorikan menjadi kebutuhan pokok (seperti makanan, transportasi, dan perumahan) dan kebutuhan non-esensial (hiburan, makan di luar, dan lain-lain). Memfokuskan pengeluaran pada kebutuhan pokok dan kurangi atau tunda pengeluaran yang tidak mendesak.

2. Meningkatkan pendapatan

Masyarakat dapat mencari sumber penghasilan tambahan misalnya seperti pekerjaan paruh waktu atau freelance dan juga dapat menjual barang yang tidak terpakai. Pertimbangkan untuk mencari pekerjaan paruh waktu atau freelance yang sesuai dengan keterampilan dan waktu yang dimiliki.

Masyarakat bisa mengikuti pelatihan atau kursus untuk meningkatkan keterampilan yang dapat membantu mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan lebih tinggi atau membuka peluang usaha.

3. Menabung dan berinvestasi dengan bijak

Usahakan untuk menabung sebagian dari pendapatan setiap bulan meskipun dalam jumlah kecil. Pilih produk tabungan dengan suku bunga yang kompetitif. Setelah gajian selalu sisihkan beberapa uang untuk dana darurat yang cukup untuk menutupi kebutuhan hidup selama beberapa bulan.

Masyarakat juga dapat mempertimbangkan investasi jangka panjang yang cenderung lebih stabil, seperti reksa dana, saham, atau emas.

4. Menghemat energi dan sumber daya

Masyarakat harus mulai mengurangi penggunaan listrik dan air dengan cara yang sederhana seperti mematikan lampu saat tidak digunakan dan memperbaiki keran yang bocor, menggunakan transportasi umum, bersepeda, atau berjalan kaki jika memungkinkan untuk menghemat biaya bahan bakar.

Masyarakat khususnya para ibu-ibu ketika memasak di rumah lebih hemat daripada makan di luar. Buat rencana menu mingguan dan belanja sesuai kebutuhan.

5. Memanfaatkan program bantuan dari pemerintah

Mencari informasi tentang program subsidi dan bantuan sosial yang disediakan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah. Daftarkan diri dalam program-program tersebut jika memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan dalam bentuk tunai atau kebutuhan pokok.

Menghadapi inflasi memerlukan ketahanan, perencanaan, dan pengelolaan keuangan yang cermat. Dengan menerapkan strategi-strategi di atas, masyarakat Indonesia dapat mengurangi dampak negatif inflasi, menjaga daya beli, dan memastikan kesejahteraan finansial mereka tetap terjaga.

Edukasi keuangan dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sumber daya menjadi kunci untuk bertahan dan berkembang di tengah kondisi ekonomi yang menantang.

Baca Juga: Inflasi Menaikkan Harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang Mempengaruhi Kondisi Ekonomi

Kebijakan Pemerintah

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah mengalami beberapa periode kenaikan harga barang yang signifikan, terutama pada barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan bahan bakar. Respons pemerintah terhadap situasi ini sangat beragam, mulai dari pemberian subsidi, operasi pasar, hingga kebijakan impor untuk menambah pasokan domestik.

Pemberian subsidi, hal ini bertujuan untuk menjaga daya beli masyarakat dengan cara menstabilkan harga barang-barang pokok.

Namun, subsidi yang tidak tepat sasaran bisa membebani anggaran negara dan tidak efektif dalam jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan sistem distribusi yang efisien dan transparan agar subsidi benar-benar diterima oleh masyarakat yang membutuhkan.

Operasi pasar adalah kebijakan lain yang sering digunakan. Pemerintah bekerja sama dengan produsen dan distributor untuk menambah pasokan barang di pasar, dengan harapan bisa menurunkan harga.

Meskipun efektif dalam jangka pendek, kebijakan ini membutuhkan koordinasi yang baik dan pengawasan ketat agar tidak terjadi penimbunan atau penyalahgunaan.

Kebijakan impor juga menjadi salah satu opsi untuk mengatasi kekurangan pasokan barang di dalam negeri. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada impor bisa merugikan produsen lokal dan mengurangi ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, kebijakan impor harus diimbangi dengan upaya peningkatan produksi dalam negeri.

Penulis: Nadia Aura Febrianti
Mahasiswa Program Studi Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses