Jangan Jadi Guru!

Jangan jadi guru jika Anda hanya memikirkan tentang gaji, tanpa memikirkan masa depan murid Anda. Jangan jadi guru jika Anda terus membatasi kreativitas siswa dalam mengeksplorasi potensi mereka masing-masing. Jangan jadi guru jika Anda tidak bisa memberikan contoh yang baik kepada murid Anda. Jadilah guru jika Anda siap untuk membangun generasi bangsa. Seperti pepatah jawa bahwa Guru berarti digugu dan ditiru.

Seorang guru harus memiliki sifat yang dapat dipercaya dan dapat ditiru dari segi kesehariannya, prestasi, dan sifatnya. Sehingga guru mampu menjadi inspirasi bagi muridnya. Guru adalah pekerjaan yang mulia. Bagaimana tidak? Nasib bangsa Indonesia ke depan ditentukan oleh kemampuan guru dalam mendidik muridnya. Sungguh, sebuah amanat besar yang dipegang oleh seorang guru demi nasib bangsa ini kedepannya.

Tak lama ini peringatan hari guru nasional telah ramai diperbincangkan. 25 November adalah hari dimana guru mendapat kejutan bahagia dari muridnya. Beragam acara peringatan hari guru telah disiapkan sebegitu meriah untuk menghargai jasa seorang pahlawan yang tanpa mengenal tanda jasa katanya. Tak hanya seorang murid, Google Doodle pun ikut merayakannya dengan menampilkan tema bola dunia dengan tombol play di tengah. Ketika tombol itu diklik, bola dunia akan berputar dengan memunculkan ikon-ikon pengetahuan seperti buku, alat musiK, alat olahraga, dll. Seperti inilah gambaran seorang guru. Seseorang yang bisa menjadi penggerak peradaban bangsa sehingga dunia pun berubah menjadi lebih baik.

Bacaan Lainnya
DONASI

Menjadi Guru Itu Berat
Yang berat itu bukan rindu, tapi menjadi guru. Bayangkan saja jika satu kelas di sekolah berisi 30-40 anak dikali dengan banyaknya kelas yang guru ajar setiap tahunnya. Belum lagi jika setiap tahunnya jumlah murid per angkatan semakin naik jumlahnya. Sungguh berat tugas yang dititipkan kepada guru. Tentu seorang guru tidak akan ingat berapa jumlah murid yang telah ia ajar selama menjadi seorang guru. Hanya murid yang mempunyai prestasi yang gemilang atau murid yang memiliki kenangan buruk dengan gurunya yang akan terus diingat. Hal tersebut wajar saja. Namun pernahkan kita mengingat-ingat jasa guru yang selama ini kita pernah terima? Sebuah hal yang mustahil jika kita bisa melanjutkan pendidikan sampai saat ini tanpa adanya seorang guru yang memberikan inspirasi bagi hidup kita.

Dari awal, penulis sudah mengatakan bahwa menjadi guru itu tidak mudah atau bisa dibilang berat. Mengapa demikian? Gaji yang diperoleh guru setiap bulannya tidak sebanding dengan jasa yang guru telah berikan kepada muridnya. Dilansir dari lampiran peraturan pemerintah Nomor 7 tahun 1997 tentang Peraturan Pegawai Negeri Sipil, gaji PNS tahun 2018 ini tidak ada perubahan semenjak tahun 2015 lalu. Di dalam PP 30/2015 tercatat gaji PNS dengan jabatan terendah atau golongan 1A dengan masa kerja 0 tahun yaitu sebesar Rp. 1.486.500. Sedangkan PNS dengan jabatan tertinggi atau golongan IVE dengan masa kerja 32 tahun sebesar Rp. 5.620.300.  Sungguh berat bukan? Tentu berat sekali bagi guru yang berorientasi tentang gaji, bukan kepada masa depan anak didiknya. Namun sebaliknya, hal itu akan tidak menjadi berat jika guru itu beriorientasi pada kualitas pembelajaran di kelas dan bisa membuat anak didiknya berprestasi. Percayalah, jika suatu saat anak didik Anda sukses, hal yang pertama dicari olehnya adalah guru yang pernah mengajarinya sewaktu masa sekolah. Tentu saja hal itu jauh lebih menyenangkan daripada gaji yang diperoleh guru setiap bulannya bukan?

Tantangan Guru Abad 21
Menjadi seorang guru bukan hanya sekedar menjelaskan di ruang kelas. Tetapi lebih dari itu. Guru harus menyesuaikan dengan lingkungan kondisi yang terjadi di zaman ini. Jika kita lihat saat ini, tantangan guru semakin hari semakin bertambah. Bagaimana tidak? Saat ini telah muncul banyak sekali website yang menyuguhkan materi pembelajaran bagi siswanya. Keberadaan internet di abad ini telah melahirkan banyak inovasi pembelajaran yang mudah diakses dan tentunya terjangkau bagi siswanya. Lalu bagaimana peran guru pada abad 21 ini?

Jika Anda berfikir bahwa guru tidak lagi dibutuhkan di abad ke 21 ini, Anda salah besar. Mengapa? Justru peran guru di abad ini sangatlah dibutuhkan dan banyak tantangannya. Jangan jadi guru jika tidak suka tantangan abad ke 21 ini. Seorang guru adalah seseorang yang tidak kenal lelah untuk terus belajar. Terutama mengenal teknologi yang bisa digunakan dalam proses mengajar di kelas. Menurut Komisi Internasional UNESCO, guru di abad ini harus kreatif, bekerja secara tekun dan harus meningkatkan kemampuannya. Sehingga tidak zaman lagi jika guru hanya bermodalkan ‘tahu’ saja.

Boleh saja jika guru memanfaatkan teknologi seperti memutarkan video pembelajaran di kelas. Namun, jangan sampai dengan adanya teknologi tersebut guru dengan sikap santai membiarkan muridnya untuk belajar mandiri. Murid bisa saja belajar dari video-video yang mudah didapatkan di internet secara mandiri. Namun apakah murid bisa mendapatkan proses berfikir kritis disana? Apakah murid bisa menyelesaikan permasalahan di masyarakat jika hanya disuapin oleh teori teori video pembelajaran dari Internet? Tentu tidak akan bisa. Tugas seorang gurulah yang mengantarkan mereka agar mereka bisa berfikir kritis dan bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar atas ilmu yang diperolehnya.

Nara Bagus Darmawan
Mahasiswa Jurusan Desain Komunikasi Visual Sampoerna University 

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI