Hubungan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Menulis Teks Narasi

Menulis Teks Narasi

Suatu tulisan merupakan hasil dari proses menulis dengan proses berpikir yang memiliki tujuan tertentu sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan penulis. Tulisan juga merupakan hasil penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan (Minoza, 2009:234). Dengan kata lain, dari sebuah tulisan dapat menggambarkan bagaimana proses berpikir kritis seseorang dalam alur karangan yang dibuat atau saat menulis teks narasi.

Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, mahasiswa bahkan tenaga pendidik. Menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis, (Alpriyani, 2019:74).

Menurut Dalman (2018:5) kegiatan menulis merupakan kegiatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan mengaitkan beberapa kata, kalimat, dan paragraf secara logis agar dapat mudah dipahami.

Bacaan Lainnya
DONASI

Sementara itu, Susanto (2016:243) menjelaskan bahwa menulis merupakan keterampilan seseorang dalam kegiatan memilih, memilah, dan menyusun pesan, ide, atau gagasan ke dalam bahasa tulis. Tarigan (2013:22) menyatakan bahwa melalui menulis, seseorang dapat berpikir secara kritis. Hal ini dikarenakan seseorang dituntut memiliki penalaran yang baik, sehingga dihasilkan tulisan yang baik.

Berpikir Kritis dan Menulis Narasi

Dalam menyampaikan informasi kepada pembaca, suatu tulisan harus disajikan dengan tata bahasa yang benar, mudah dipahami, dan tulisan tersebut harus tersusun secara rapi sehingga sebelum menulis seseorang akan berpikir terlebih dahulu.

Dasar sebuah tulisan faktual adalah berpikir kritis dan logis, teks narasi merupakan salah satu dari tulisan faktual tersebut. Oleh karena itu, dalam menulis sebuah teks narasi diperlukan pemikiran yang kritis juga.

Berpikir kritis merupakan suatu kegiatan berpikir untuk memecahkan masalah mengenai suatu ide atau gagasan yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang dipaparkan (Susanto dalam Alpriyani, 2019:74). 

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara aktif, efektif dan logis, dapat berkembang, memiliki kepekaan terhadap sekitar, memberikan penilaian terhadap suatu hal dengan objektif. Seorang pemikir kritis selalu berusaha untuk hidup secara rasional dan empathically.

Baca Juga: Apa Itu Menulis Faktual pada Teks Berita?

Pemikir kritis menggunakan akal dan intelektual yang dimiliki untuk menganalisis, menilai, dan meningkatkan pemikiran terhadap setiap hal yang mereka temui. Mereka bekerja dengan tekun untuk mengembangkan kebajikan intelektual, integritas intelektual, kerendahan hati, kesopanan, empati, keadilan dan kepercayaan berdasarkan alasan (Sari, 2019:51).

Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan dan mengevaluasi (Angelo, 1995).

Sedangkan menurut Ennis dalam Siregar, berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus di percayai atau dilakukan.

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapat dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat, atau komunikasi.

Menurut Wright Place Consulting, berpikir kritis merupakan sebuah proses. Proses berpikir ini bermuara pada tujuan akhir yang membuat kesimpulan ataupun keputusan yang masuk akal tentang apa yang akan kita lakukan. Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis kritis adalah suatu proses berpikir yang menelaah lebih dalam mengenai suatu masalah atau hal dengan pertimbangan yang matang.

Paul & Elder (2006), mengatakan bahwa seorang pemikir kritis mampu menulis sesuatu yang substantif. Pemikir kritis memahami pentingnya menulis untuk belajar. Selain itu, pemikir kritis mampu secara jelas dan akurat mengemukakan dan mengevaluasi ide-ide mereka sendiri, maupun gagasan yang disampaikan orang lain.

Pemikir kritis menggunakan tulisan sebagai alat penting untuk mengungkapkan ide-ide secara mendalam dan permanen. Sejalan dengan pendapat tersebut, Forster menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengetahui apa yang mereka pikirkan, kecuali dengan menuliskan gagasan atau ide-ide yang dipikirkan (Hood, 2011).

Penulis berpengalaman tahu bahwa tindakan menulis adalah stimulus untuk berpikir. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki seseorang untuk mengembangkan kemampuan menulis.

Tarigan (2008) menyatakan bahwa keterampilan menulis sangat dibutuhkan, terutama dalam kehidupan modern ini. Hal ini karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan gagasan yang dimiliki untuk kepentingan khalayak umum. Hal ini juga didukung karena sebuah tulisan juga dapat menggambarkan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi saat itu.

Hartono (2002) mengatakan bahwa berkomunikasi dengan bahasa tulis merupakan bagian dalam pemenuhan kebutuhan primer dalam kebudayaan dan peradaban modern.  Salah satu keterampilan menulis dapat diwujudkan melalui tulisan narasi.

Baca Juga: Wattpad: Gerakan Literasi Sekolah Daring

Teks narasi adalah bacaan berupa karangan yang menceritakan atau menjelaskan suatu peristiwa secara detail berdasarkan urutan waktu. Dalam teks narasi, cerita atau karangan yang dibuat bisa berupa kejadian yang benar terjadi atau bisa juga hanya berupa imajinasi. Biasanya, teks narasi dibuat untuk menghibur pembacanya melalui cerita, baik cerita fiksi atau nonfiksi.

3 Jenis Teks Narasi

Adapun jenis dari teks narasi ada tiga, yaitu:  Ekspositoris, Artistik dan Sugestif.

1. Narasi Ekspositoris

Narasi Ekspositoris adalah jenis teks narasi yang dibuat secara informatif dan jelas. Sehingga, pembacanya dapat memahami dan mengerti teks narasi yang dibuat secara jelas. Biasanya, teks narasi ekspositoris menceritakan kehidupan seseorang dari awal ia hidup hingga kematiannya, atau yang sering kita kenal dengan biografi.

2. Narasi Artistik

Narasi Artistik adalah jenis teks narasi yang mengisahkan suatu karangan yang bersifat imajinatif (cerita fiksi). Contoh karangan atau bacaan yang termasuk ke dalam jenis teks narasi artistik adalah cerita pendek (cerpen), novel, cerita rakyat, dan lain sebagainya. Umumnya, jenis teks narasi artistik digunakan untuk memberikan hiburan kepada pembacanya dan memberikan pengalaman menarik dalam membaca.

3. Narasi Sugestif 

Narasi Sugestif memberikan bacaan atau sebuah cerita dengan tujuan tertentu. Tujuan dari teks narasi sugestif tersebut biasanya adalah memberikan sugesti kepada pembaca agar mempercayai suatu hal. Pembaca dibuat seolah-olah melihat dan mengetahui maksud dari bacaan yang diberikan (idSchool).

Berpikir Kritis Berbanding Lurus dengan Menulis Narasi

person holding pen with coffee on table

Berdasarkan beberapa paparan teori di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis memiliki keterkaitan dengan kemampuan menulis teks narasi seseorang.

Semakin tinggi kemampuan berpikir kritis seseorang, maka semakin mampu pula menulis narasi dengan baik, serta dapat mengambil keputusan terhadap permasalahan yang timbul, khususnya dalam menulis narasi. 

Baca Juga: Publisitas, Public Relations, dan Media Massa: Kunci Kebangkitan Bisnis di Masa Pandemi

Kemampuan berpikir kritis dapat membantu seseorang dalam menulis narasi. Hal ini dikarenakan dengan adanya kemampuan berpikir kritis, seseorang dituntut untuk memikirkan suatu ide yang akan dituangkan ke dalam bentuk tulisan sesuai dengan teori mengenai menulis narasi.

Oleh karena itu, dengan berpikir kritis seseorang mampu mengembangkan ide ke dalam sebuah tulisan, mampu menuliskan karangan narasi dengan alur yang sistematis, penokohan yang jelas, latar dan sudut pandang yang sesuai, keselarasan antara isi dengan topik maupun judul cerita, dan mampu menuliskan cerita dengan kalimat yang efektif, serta menulis cerita dengan ejaan yang benar.

Hal tersebut didukung oleh pendapat Anggraeni (2016) yang menyatakan bahwa seorang penulis dituntut untuk memiliki penalaran yang baik dan memikirkan terlebih dahulu apa yang hendak ditulisnya sehingga dapat menghasilkan tulisan yang baik.

Kemampuan berpikir kritis tidak akan tumbuh begitu saja, oleh karena itu sepatutnya dikembangkan sejak usia dini.

Pengembangan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan di berbagai lingkungan, baik di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan masyarakat, dengan demikian diharapkan kemampuan berpikir kritis akan dapat berkembang pada diri setiap orang.

Berdasarkan paparan di atas dapat diketahui bahwa pengembangan menulis narasi dapat dilakukan dan ditingkatkan melalui berpikir kritis yang melatih berpikir dengan cara merencanakan, kemudian memantau dan mengendalikan pikirannya.

Berpikir kritis juga harus dilakukan penulis dalam memahami masalah, menilai dengan berdasarkan analisis pada informasi dari berbagai sumber dan menarik kesimpulan dengan penalaran logis.

Kemampuan menulis yang tinggi memerlukan kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Hal ini karena seseorang yang ingin menulis, khususnya menulis teks narasi yang harus mampu membuat karangan yang menceritakan atau menjelaskan suatu peristiwa secara detail berdasarkan urutan waktu.

Kemampuan-kemampuan tersebut memiliki ciri-ciri kompetensi yang dimiliki oleh pemikir kritis. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi juga memiliki kemampuan menulis teks narasi yang tinggi.

Berdasarkan pembahasan dalam artikel ini, maka dapat diperoleh simpulan bahwa sebuah tulisan dapat menggambarkan bagaimana proses berpikir seseorang dalam alur tulisan yang dibuat. Untuk dapat membuat suatu tulisan yang baik dan benar, tentu saja kita harus mampu berpikir kritis terlebih dahulu, karena saat kita berpikir dengan kritis tentu hal tersebut dapat terlihat dari bagaimana kemampuan kita dalam menulis.

Jika kemampuan berpikir kritis dan motivasi berprestasi seseorang tinggi, dapat menyebabkan nilai keterampilan menulis narasinya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan motivasi yang rendah.

Seseorang yang telah memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi akan lebih mudah menuangkan gagasan-gagasan yang dimilikinya dalam bahasa tulis. Dengan demikian, seseorang akan lebih aktif dan produktif menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Nia Aprilia Br Ginting
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Medan

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI