Kenali Gangguan Autisme Sejak Dini: Tanda-Tanda yang Mungkin Sering Diabaikan Orang Tua

Kenali Gangguan Autisme Sejak Dini: Tanda-Tanda yang Mungkin Sering Diabaikan Orang Tua
Kenali Gangguan Autisme Sejak Dini: Tanda-Tanda yang Mungkin Sering Diabaikan Orang Tua

Setiap anak tumbuh dengan cara yang berbeda. Tapi pernahkah ibu dan ayah memperhatikan anak mereka yang tampak asyik sendiri, jarang menatap mata saat diajak bicara, atau tidak merespons saat dipanggil? Banyak orang tua menganggap itu hal biasa, padahal bisa jadi itu adalah tanda awal dari autisme.

Autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang komunikasi, kognitif, perilaku, bahasa, dan interaksi sosia.

Anak-anak dengan autisme seringkali menghadapi berbagai tantangan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan pola perilaku.

Kondisi ini tidak hanya berdampak pada anak itu sendiri tetapi juga pada keluarga, lingkungan sosial, dan pendidikan.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Peran Lingkungan Sosial dalam Mendukung Anak Autis Menuju Kehidupan yang Lebih Mandiri

Anak dengan Gangguan Spektrum Autisme (GSA) umumnya mengalami kesulitan dalam keterampilan komunikasi dan interaksi sosial.

Beberapa ciri yang sering terlihat antara lain adalah menghindari kontak mata, tidak merespons saat dipanggil namanya pada usia 9 bulan, serta minimnya ekspresi wajah seperti senang, sedih, atau terkejut.

Anak juga mungkin tidak bermain permainan sederhana pada usia 12 bulan dan jarang menunjukkan minat sosial seperti melambaikan tangan atau berbagi minat dengan orang lain.

Pada usia 15 hingga 36 bulan, mereka cenderung tidak menunjuk, tidak meniru, tidak berpura-pura bermain, dan tidak memahami atau menyampaikan perasaan.

Baca juga: Kisah Inspiratif Aktivis Penyandang Disabilitas dalam Mengubah Stigma Negatif

Bahkan, hingga usia 60 bulan, anak dengan GSA mungkin belum bisa bermain secara bergiliran dengan teman.

Selain kesulitan dalam interaksi sosial, anak dengan GSA juga menunjukkan perilaku berulang dan minat yang terbatas. Misalnya, mereka senang menyusun benda dan bisa marah jika susunannya diubah.

Mereka juga sering mengulang kata atau frasa, bermain dengan cara yang sama, dan sangat fokus pada satu objek seperti roda.

Anak-anak ini cenderung mudah marah jika rutinitas sehari-hari terganggu, memiliki minat yang obsesif, serta menjalankan rutinitas tertentu secara kaku.

Gerakan berulang seperti mengepalkan tangan, mengayun tubuh, atau berputar-putar juga umum ditemukan. Selain itu, mereka dapat menunjukkan reaksi yang tidak biasa terhadap suara, bau, rasa, atau tampilan visual tertentu.

Anak dengan autisme punya cara unik dalam melihat dunia, dan itu bukan sesuatu yang salah. Yang terpenting adalah bagaimana kita sebagai orang tua, guru, atau orang sekitar bisa memahami dan mendampingi mereka.

Baca juga: Pengaruh Bullying pada Kesehatan Mental Anak Autis

Kalau kamu merasa ada hal yang berbeda dari perkembangan anak, jangan ragu untuk cari bantuan.

Konsultasi dengan psikolog atau dokter anak bisa jadi langkah awal yang besar untuk masa depan mereka. Ingat, deteksi dini itu kunci.

Sumber: Dewi, S., & Morawati, S. (2024). Gangguan Autis pada Anak. Scientific Journal, 3(6), 404-417.

Penulis: Melur B Cahya

Mahasiswi Psikologi, Universitas Malikussaleh

Editor: Anita Said
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses