Dewasa ini yang kian perkembangan teknologi yang semakin di luar bayangan dan imajinasi, remaja menjadi salah satu kelompok yang paling aktif mengakses berbagai informasi media sosial, portal berita, hingga aplikasi berbasis teknologi dibanding generasi-generasi sebelumnya.
Kemudahan akses dan cepat ini memberikan peluang besar bagi remaja untuk belajar secara otodidak, mengembangkan knowledge, serta terhubung dengan dunia luar yang luas. Akan tetapi, kemajuan ini membawa pelbagai tantangan yang signifikan, terutama dalam membedakan validitas informasi.
Menjamurnya hoaks, misinformasi, serta konten manipulatif yang beredar luas membuat kesadaran dalam literasi digital menjadi salah satu skill primer yang dibutuhkan oleh para remaja. Tanpa kemampuan ini, remaja rentan terjebak dalam informasi palsu yang bisa saja merugikan dirinya, bahkan orang di sekitarnya.
Kemudahan dalam mengakses informasi digital sebenarnya membawa pelbagai manfaat positif bagi remaja. Dengan hanya beberapa klik, mereka dapat memperluas wawasan di pelbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga hobi.
Sumber-sumber seperti e-book, video tutorial, dan kursus daring memungkinkan mereka untuk belajar secara mandiri sesuai minat, bakat, dan kebutuhan.
Selain itu, di dunia digital juga membuka ruang untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang-orang dari berbagai latar dan budaya yang berbeda, memperkaya sudut pandang tentang dunia.
Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan secara cepat dan fleksibel ini merupakan salah satu keunggulan utama di era informasi digital, asal diimbangi dengan kemampuan untuk memilah dan memilih informasi.
Namun demikian, di balik kemudahan tersebut, remaja menghadapi pelbagai tantangan jua dalam membaca informasi digital. Arus informasi yang tak bisa dibendung, acap kali membuat para remaja ini kesulitan dalam membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah dan mana yang benar.
Keduanya tampak sama sehingga kerap membingungkan pembaca. Hoaks, misinformasi, dan konten yang tidak bermutu menyebar dengan cepat melalui media sosial, menciptakan ambiguitas bahkan beberapa mengakibatkan perpecahan di masyarakat.
Selain itu, algoritma dalam platform media sosial cenderung menghadirkan informasi yang sesuai dengan preferensi pengguna, sehingga terlahir efek “Bubble Filter” yang mempersempit perspektif pengguna terhadap dunia.
Tanpa kemampuan kritis untuk mengevaluasi kredibilitas informasi, remaja berisiko terjebak dalam lingkaran informasi yang tidak akurat, yang dapat mempengaruhi gaya pola pikir dan pengambilan keputusan mereka.
Literasi digital menjadi kunci utama untuk membantu remaja menghadapi tantangan dalam membaca informasi di era digital. Literasi mencakup kemampuan dalam memahami, menganalisis, memverifikasi kredibilitas atas suatu informasi atau bacaan.
Dalam sebuah contoh, seperti remaja perlu diajarkan untuk mengevaluasi kredibilitas sumber informasi dengan memeriksa siapa penulisnya, tujuan daripada tulisan yang dilahirkannya, serta rujukan sumber yang menjadi landasan tulisannya.
Baca Juga: Sadar Berbangsa dan Bernegara: Membangun Literasi Digital di Kalangan Generasi Muda
Selain itu, pemahaman tentang bisa dalam berita atau konten digital juga penting agar mereka tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang dilahirkan untuk menyesatkan. Dengan literasi digital yang cukup, remaja dapat menjadi konsumen bacaan yang cerdas dan kritis, mampu memilah dan memilih informasi untuk dikonsumsi.
Meningkatkan kesadaran membaca informasi digital di kalangan remaja memerlukan peranan aktif dari pelbagai pihak. Sekolah dan orang tua menjadi ujung tombak dari pihak yang bisa meningkatkan kesadaran akan literasi digital. Sekolah dapat mengintegrasikan literasi digital ke dalam kurikulum pembelajaran.
Keluarga memiliki peranan sebagai pendamping, dengan menjadi teladan dalam menyaring informasi yang dikonsumsi serta membangun diskusi kritis atau berdialektika akan sangat membantu dalam pembelajaran berpikir kritis bagi anak. Selain itu, platform digital sebagai penyedia utama informasi tersebut juga perlu berkontribusi.
Seperti penambahan label pada suatu informasi yang belum terverifikasi validitasnya. Kolaborasi dari pelbagai pihak ini dapat menjadi langkah yang strategis dalam mengupayakan generasi muda yang tidak hanya pandai menggunakan teknologi, akan tetapi bijaksana jua dalam memanfaatkannya.
Kesadaran membaca informasi digital sudah jelas akan membawa dampak positif yang signifikan bagi generasi muda. Dengan kemampuan memilah dan memilih informasi secara kritis, remaja dapat mengurangi risiko terpengaruh oleh informasi yang keliru.
Baca Juga: Literasi Digital pada Anak Usia Dini
Mereka juga dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dengan tidak menyebarkan informasi yang tidak valid. Selain itu, kesadaran ini membantu remaja memahami isu-isu global secara lebih mendalam, sehingga mereka dapat membangun opini yang berlandaskan pada data yang kuat.
Pada akhirnya, kemampuan ini tidak hanya memperkuat kepercayaan diri mereka dalam mengambil sebuah keputusan, tetapi juga menjadikan mereka generasi yang siap menghadapi era yang semakin kompleks.
Sebagai penutup, kesadaran membaca informasi digital bukanlah lagi sekadar pilihan, melainkan sudah menjadi kebutuhan primer bagi remaja di era teknologi ini.
Di tengah derasnya arus informasi, kemampuan untuk memilah, memilih, menganalisis, serta memverifikasi informasi menjadi kunci untuk menciptakan generasi yang kritis dan mendekati kebijaksanaan. Semua pihak perlu untuk saling membantu agar terciptanya harmonisasi pada hal ini.
Dengan saling membantunya pelbagai pihak, kita dapat mencapai ekosistem yang lebih sehat dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dunia dengan lebih percaya diri dan berintegritas.
Penulis:
Dzykry Agis Sarodi
Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News