Masa remaja merupakan masa yang unik dan istimewa yang ditandai dengan perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi pada tahapan lain dalam siklus kehidupan.
Masa remaja dianggap sebagai periode yang tumpang tindih karena mencakup akhir masa kanak-kanak dan remaja awal.
Masa remaja merupakan awal penting yang menandai masa remaja. John W Santrock (2007:83) bahwa masa pubertas (remaja) adalah masa pematangan fisik yang cepat dan melibatkan perubahan hormonal dan fisik yang terjadi terutama pada masa awal pubertas.Â
Pubertas merupakan tahap perkembangan dimana pertumbuhan terjadi sangat pesat. Remaja dapat berpikir secara abstrak dan memecahkan masalah hipotetis.
Mohammad Ali dan Asrori (2009:10) Pada masa remaja mungkin saja anak muda dapat berpikir lebih abstrak dan menguji hipotesis.
Masa remaja merupakan salah satu masa kritis dalam kehidupan seseorang karena merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
Selama fase ini kaum muda mengalami banyak perubahan fisik, emosional dan sosial. Masa perubahan ini disebut juga masa remaja. Elida Prayitno (2006:19) Pertumbuhan yang sangat cepat merupakan ciri dari pertumbuhan remaja. (Juliana et al., 2014)
Pada masa pubertas, perubahan hormonal yang signifikan dapat memengaruhi suasana hati remaja. Mereka mungkin mengalami fluktuasi suasana hati yang tajam, iritabilitas, atau kecemasan yang berlebihan.
Penting bagi remaja untuk memahami bahwa perubahan ini normal, namun juga penting untuk belajar mengenali dan mengelola emosi dengan sehat. Mencari outlet ekspresi emosional yang positif seperti seni, olahraga, atau menulis jurnal dapat membantu meredakan stres.
Baca juga: Pengaruh Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja
Remaja pubertas juga sering mengalami tekanan sosial yang tinggi, baik dari teman sebaya, keluarga, atau media sosial.
Perasaan yang berlebihan untuk memenuhi standar yang tinggi dapat menyebabkan stres. Pada masa remaja tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain dan remaja perlu mengembangkan rasa percaya diri.
Pada masa remaja, mereka perlu mengenal apa itu kesehatan mental. Kesehatan mental yang baik adalah keadaan di mana pikiran dalam keadaan tenang dan damai yang memungkinkan untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang-orang di sekitar.
Orang yang sehat dapat menggunakan seluruh potensinya untuk menghadapi tantangan hidup dan membentuk hubungan yang positif dengan orang lain.
Di sisi lain, orang dengan masalah kesehatan mental mengalami gangguan suasana hati, berpikir, dan kontrol emosi, yang pada akhirnya dapat mengarah pada perilaku buruk. Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan sangat mengganggu aktivitas keseharian.
Masa remaja sudah bukan masa kanak-kanak yang dimana remaja harus meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kesehatan mental.
Sekolah berperan penting dalam memberikan pendidikan tentang kesehatan mental, termasuk mengenali tanda-tanda gangguan kejiwaan, memberikan keterampilan pengelolaan stres, memberikan cara untuk mengelola emosi dan mengajarkan strategi pemecahan masalah.
Pada masa remaja untuk menjaga kesehatan mental dengan cara gaya hidup yang sehat. Remaja perlu memperhatikan pola makan yang seimbang, tidur yang cukup, dan rutin berolahraga.
Olahraga dapat mengurangi stress dan meningkatkan imun tubuh, dimana remaja biasanya banyak sekali yang gaya hidup nya tidak sehat dan mudah stress.
Keluarga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental pada remaja pubertas. Keluarga harus bisa menciptakan lingkungan yang mendukung atau lingkungan yang positif agar mereka merasa nyaman dengan keluarga dan mereka mudah terbuka tentang dirinya.
Komunikasi yang terbuka dan empati dari orang tua atau anggota keluarga dapat membantu remaja merasa didengar dan didukung.
Orang tua juga perlu memberikan batasan dalam hal penggunaan media sosial dan membantu remaja memahami pengaruhnya terhadap kesehatan mental.
Penulis: Anindya Putri Ambariyanti
Mahasiswi Bimbingan dan Konseling, Universitas Muhammadyah Prof. Dr. Hamka
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Referensi:
Juliana, J., Ibrahim, I., & Sano, A. (2014). Konsep Diri Remaja pada Masa Pubertas dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 2(1), 1–7. https://doi.org/10.29210/111300