Kisah Kelam di Balik Nikmatnya Kuliner Yogyakarta: Air Tak Mengalir di Kaki Lima Yogyakarta Sebabkan Penyakit!

Kuliner
Ilustrasi Kaki Lima Yogyakarta.

Daerah Istimewa Yogyakarta, kota dengan pesona budaya yang selalu menjadi magnet pengunjungnya. Tak hanya dikenal karena candi-candinya yang megah, budaya yang unik dan alam yang indah, tetapi juga karena aneka kuliner kaki lima yang menggugah selera.

Dari gudeg, angkringan, sate klatak, sampai jajanan tradisional yang bikin ngiler, semuanya tersedia di kota pelajar ini.

Namun, di balik nikmatnya setiap gigitan kuliner pinggir jalan, pernah kepikiran nggak sih gimana kebersihan dan sanitasi pedagang kaki lima, khususnya di trotoar dan pusat keramaian?

Bacaan Lainnya

Terutama penggunaan air yang tidak mengalir untuk mencuci tangan dan peralatan makan. Mungkin masalah ini terlihat sepele, tetapi dampaknya bisa sangat berbahaya dan memicu berbagai penyakit.

Fakta dan Angka: Akibat Higiene dan Sanitasi yang Buruk di Yogyakarta

Penyebab keracunan makanan seringkali berasal dari makanan yang tercemar oleh bakteri, virus atau parasit. Kontaminasi ini bisa terjadi akibat higiene dan sanitasi yang buruk saat mempersiapkan makanan. Selain itu, penyimpanan makanan pada suhu yang tidak tepat juga dapat menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme berbahaya.

Di Yogyakarta, kasus penyakit akibat kurangnya higiene dan sanitasi masih cukup tinggi. Berdasarkan data distribusi penyakit potensial KLB (Kejadian Luar Biasa) tahun 2020 dan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, posisi pertama kejadian luar biasa di DIY selalu di tempati oleh keracunan makanan.

Pada tahun 2022, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus terbanyak dibandingkan penyakit lainnya. Jumlah kasus yang tercatat pada tahun 2022 adalah sebanyak 29.190 kasus di semua kelompok umur.

Pada bulan September 2024, diinformasikan oleh media online Jogja bahwa terdapat 2 kejadian luar biasa yang diduga disebabkan oleh keracunan makanan. Kejadian pertama melibatkan kurang lebih 160 anak SD yang mengalami gejala keracunan. Kedua, sebanyak 26 warga Padukuhan Trimulyo Wonosari tercatat diduga mengalami keracunan makanan dalam acara keagamaan.

Baca Juga: Mengenal Makanan Khas Yogyakarta: Gudeg sebagai Salah Satu Kuliner yang Melegenda

Mengapa Air Mengalir Sangat Penting?

Menurut WHO, penggunaan air yang terkontaminasi untuk persiapan makanan adalah salah satu penyebab utama penyakit bawaan makanan di negara berkembang. Air bersih dan air mengalir seringkali jadi barang mewah bagi pedagang kaki lima. Mungkin Anda berpikir, “Ah, ribet banget sih soal air besih?”.

Tapi coba bayangin deh kalau air yang dipakai buat nyuci piring, gelas dan alat makan lainnya nggak pernah diganti selama beberapa jam atau bahkan sepanjang hari di wadah atau ember yang sama.

Air yang digunakan untuk membersihkan noda berulang kali cenderung menampung berbagai jenis bakteri berbahaya seperti Escherichia coli (E. coli) dan Salmonella yang terus berkembang biak memperbanyak koloni dan siap untuk menyebar ke pelanggan.

Higiene Sanitasi: Kurangnya Pengetahuan, Kesehatan Terancam

Kesehatan pribadi pedagang harus diperhatikan selain kualitas air. Kebersihan yang buruk dapat menyebabkan penyakit. Banyak pedagang kaki lima tidak memperhatikan kebersihan pribadi mereka, seperti cuci tangan secara teratur.

Ini menjadi masalah besar karena tangan yang kotor dapat menjadi tempat bakteri dan virus menyebar ke makanan. Bakteri yang menempel dapat masuk ke makanan jika tangan belum dicuci. Hal tersebut merupakan resep utama keracunan makanan dan penyebab penyakit menular, mulai dari diare, tipes, sampai hepatitis A.

Langkah Nyata untuk Perubahan

Nah, sekarang gimana dong solusinya? Ini nih yang harus kita pikirin bareng-bareng. Pertama, pemerintah harus lebih perhatian dengan menyediakan fasilitas air bersih dan toilet umum yang layak buat para pedagang kaki lima.

Bukan cuma itu, edukasi tentang pentingnya sanitasi dan cara menjaga kebersihan perorangan perlu dilakukan secara berkesinambungan. Penelitian mengatakan bahwa pelatihan memainkan peran penting dalam meningkatkan pemahaman dan praktik penanganan makanan yang lebih baik.

Para pedagang juga bisa mulai dengan cara yang sederhana. Misalnya, rajin cuci tangan pakai air bersih yang mengalir, gunakan air yang aman buat mencuci bahan makanan dan peralatan serta selalu memastikan tempat berjualan tetap bersih.

Dan tentu, kita sebagai konsumen juga punya tanggung jawab. Pilihlah tempat makan yang terlihat bersih dan pedagang yang jelas-jelas menjaga kebersihannya.

Sekecil apapun, dukungan kita bisa jadi motivasi besar buat mereka. Wisatawan juga bisa membantu dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mendukung upaya-upaya kecil dari para pedagang dalam menjaga kebersihan.

Baca Juga: Meningkatkan Kepatuhan Pajak: Layanan PBB di BPKAD Kota Yogyakarta

Mengubah Jogja Menjadi Kota Kuliner yang Lebih Bersih dan Sehat

Sanitasi bukan hanya tentang kesehatan, tetapi juga tentang kenyamanan dan reputasi kota. Dengan sinergi antara pemerintah, pedagang dan masyarakat, Yogyakarta bisa tetap mempertahankan daya tarik kulinernya tanpa mengorbankan kebersihan dan kesehatan publik.

Jogja yang lebih bersih dan sehat adalah harapan kita bersama, sebuah mimpi yang bisa diwujudkan dengan langkah-langkah kecil namun pasti. Dan saat kita semua bersatu, kita tak hanya merayakan kenikmatan kuliner Jogja, tapi juga kebersihan dan kesehatannya.

Penulis:

Nahdia Retno Astrini
Mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat – FKKMK Universitas Gadjah Mada

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi: 

Addo-Tham, R., Appiah-Brempong, E., Vampere, H., Acquah-Gyan, E., & Akwasi, A. G. (2020). Knowledge on food safety and food-handling practices of street food vendors in Ejisu-Juaben Municipality of Ghana. Advances in Public Health, 2020, 1-7.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2020, 15 Desember). Gambaran KLB di DIY tahun 2020. Dinas Kesehatan Provinsi DIY. https://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/gambaran-klb-di-diy-tahun-2020

Kamboj, S., Gupta, N., Bandral, J. D., Gandotra, G., & Anjum, N. (2020). Food safety and hygiene: A review. International Journal of Chemical Studies, 8(2), 358-368.

Ula, F., Munir, M., & Faizah, H. (2021). Uji cemaran mikroba pada air yang digunakan untuk mencuci peralatan makan oleh pedagang kaki lima di sekitar UIN Sunan Ampel Surabaya. BIOTROPIC The Journal of Tropical Biology, 5(2), 101-115. http://jurnalsaintek.uinsby.ac.id/index.php/biotropic

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.