KKN Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Kembangkan Minat Potensi Pelaku Seni Jaranan

Kembangkan Minat Seni Jaranan

Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya, Jum’at, 05/11/2021. memberi pelatihan kepada tim pelaku seni dengan melakukan beberapa sosialisasi, pengembangan pelatihan kreasi kesenian jaranan serta memberi pelatihan dengan pemanfaatan peran media sosial untuk mengembangkan kesenian jaranan yang ada di desa Minggirsari, Kabupaten Blitar.

Dalam pengabdian masyarakat ini selama 12 hari ini mahasiswa diminta untuk mengobservasi, mengabdi dalam masyarakat dan berupaya untuk mengembangkan suatu ekonomi kreatif, tidak hanya itu mahasiswa diminta mampu memahami dan mempelajari kultur budaya turun-temurun kesenian di Desa Minggirsari ini seperti kesenian jaranan. Kesenian jaranan yang ada di desa Minggirsari merupakan sebuah kesenian kultural yang turun temurun yang menjadi identitas dan kesenian khas di Desa Minggirsari, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

Berdasarkan dengan kegiatan Pengabdian masyarakat KKN tahun 2021 ini yaitu “Pelatihan Bagi Pelaku Seni Untuk Pengelolaan Kelompok Seni yang Lebih Profesional” di Desa Minggirsari, Blitar, maka rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh mahasiswa disesuaikan dengan tema tersebut. Sejarah kuda lumping jaranan menjadikan kesenian kuda lumping menjadi ciri khas kesenian desa Minggirsari, dan menjadikan seni yang profesional.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Mahasiswa KKN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Adakan Pembelajaran Bersama Penyambutan Sekolah Tatap Muka

Kesenian Gamelan (bentuk kenong) menjadikan ciri khas desa Minggirsari. kesenian keunikan seni kuda lumping di desa Minggirsari adalah Jaranan tril yang menjadikan perbedaan dari jaranan lainnya ialah tarian yang menjadi pembeda dan sentuhan kuda (agar kecil) dari yang lain sehingga gerakan lebih lincah dan menjadi suara yang berbeda (memiliki tril).

Mengapa memilih kesenian Jaranan kuda lumping, karena jiwanya masih terdapat budaya, secara turun temurun dari nenek moyang. kegiatan sudah terorganisir atau terkomunitas, jadi masih belum  mendapat tanggapan tidak menggunakan EO. Tergantung atas permintaan orang, Fokus kepada ke kesiapan daerah dan telah terdapat susunan organisasi seperti ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi sudah terorganisir.

Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya turut ambil peran dalam pengembangan kesenian jaranan kepada tim pelaku seni tersebut. Tujuannya adalah untuk meningkatkan profesionalitas pelaku seni dalam pemberdayaan kesenian jaranan di desa Minggirsari, Kabupaten Blitar. Selain itu juga mengambil peran lainnya seperti mengembangkan ekowisata di desa Minggirsari dan membantu pelayanan administratif masyarakat di desa, mengingat keadaan kondisi saat ini masih Pandemi Covid-19 meskipun masuk tahap transisi new normal Covid-19.

Baca Juga: Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Seni Jaranan di Desa Minggirsari

Kesenian Jaranan merupakan kesenian khas desa Blitar yang dimana berdiri sejak dahulu, akan tetapi di tahun 2019 akhir kesenian kuda lumping ini berdiri dengan nama “Putro Rukun Budoyo” dan sudah ada surat-surat pendirinya dengan diketuai oleh Bapak Katelan warga asli Desa Minggirsari. Nama “Putro Rukun Budoyo” ini memiliki makna yaitu “Generasi Penerus Bangsa”.

Dulu masyarakat Minggirsari berawal dari mengamen di jalan. Sebagai tokoh, Pak Katelan berinisiatif mendirikan jaranan dengan mengumpulkan uang hasil mengamennya untuk membeli peralatan untuk kuda lumping ini. Akan tetapi kesenian kuda lumping di Desa Minggirsari tidak melakukan kegiatan rutin dikarenakan menggantungkan pemasukan dari orderan atau tanggapan masyarakat.

Oleh karena itu ketika tidak ada order/tanggapan mereka tidak mendapatkan pemasukan. Apabila kesenian jaranan / kuda lumping ini akan dioptimalkan sebagai salah satu potensi penarik wisatawan maka pola pengelolaannya harus dirubah. Kelompok seni tidak hanya menunggu order / tanggapan tetapi harus mampu menciptakan kebutuhan bagi wisatawan untuk tertarik menikmati pagelaran yang dibuat.

Baca Juga: Matching Fund Untag Surabaya di Desa Minggirsari: Pemberdayaan Pelaku Seni Jaranan melalui Media Sosial

“Desa Minggirsari juga sangat terbantu dengan memanfaatkan pembinaan melalui potensi desa yang ada sesuai dengan tujuan desa sebagai pusat studi ekonomi kreatif dan pendidikan yang nantinya mampu mengembangkan dan meningkatkan Potensi SDM nya, baik itu dimasyarakatnya maupun dalam 23 program mitra yang ada di desa Minggirsari dan dapat juga sebagai daya tarik tersendiri bagi wisatawan pendatang baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing mancanegara”. Tutur kata kepala desa Minggirsari, Eko Hariadi.

Peran pemanfaatan media sosial juga penting untuk mengembangkan kreasi kesenian jaranan yang ada di Desa Minggirsari, dengan ini pemanfaatan media sosial kesenian Minggirsari diharapkan mampu memberi edukasi, informasi dan pengetahuan terkait profil desa dan kesenian Jaranan yang ada di desa Minggirsari, Blitar kepada seluruh masyarakat luas.

Dengan kegiatan program pengabdian masyarakat kuliah kerja nyata ini diharapkan dengan kontribusi mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) mampu membawa perubahan dan dampak positif serta mampu mengembangkan potensi desa dimasa transisi new normal pandemi covid-19 lebih baik.

#UntagSurabaya #KitaUntagSurabaya #UntukIndonesia #UntagSurabayaKeren #EcoCampus #Kampuskompeten

Teddy Sukoco
Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Dosen lapangan DPL Matching Fund: Drs. Widiyatmo Ekoputro, M.A & Eddy Wahyudi, S.H, M.Si.

Mitra: Sanggar Putro Rukun Budhoyo, Desa Minggirsari, kecamatan Kanigoro, Kab Blitar.

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI