Klik untuk Negeri: Peran Teknologi dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Bangsa

Klik untuk Negeri: Peran Teknologi dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Bangsa
Ilustrasi teknologi digital. (source: pixabay.com)

Di era digital saat ini, tiap ketukan jari di layar gawai membawa potensi—bisa menimbulkan sekadar hiburan, atau membentuk kecintaan dan loyalitas pada tanah air. Teknologi bukan lagi alat semata; ia menjadi medium strategis dalam membangun rasa cinta bangsa.

Lewat media sosial, aplikasi edukasi, dan platform digital, generasi muda kini bisa dijangkau, dibentuk kesadarannya, dan dibangkitkan nasionalismenya.

Artikel ini akan menjelaskan bagaimana teknologi—jika dipakai secara terstruktur dan etis—dapat menjadi jalan efektif memperkuat cinta tanah air, dengan dukungan data dari jurnal antara tahun 2020–2024.

1. Teknologi Memfasilitasi Patriotisme Digital

Menurut Pradipta dkk. (2024), 53,6 % mahasiswa Generasi Z menyatakan bangga atas identitas nasionalnya, dan 70 % menyetujui pentingnya menjaga budaya lokal lewat media sosial  . Hal ini menunjukkan bahwa teknologi tidak hanya menyalurkan konten global, tetapi juga berperan dalam menjangkau dan meningkatkan kesadaran nasionalisme melalui konten yang diproduksi dan disebarkan oleh generasi muda sendiri.

Bacaan Lainnya

Sementara Siga dkk. (2024) menegaskan bahwa semakin banyak konten bertema nasionalisme (Pancasila, persatuan, sejarah) yang dibagikan di platform digital, semakin tinggi pula kesadaran dan semangat kebangsaan di kalangan netizen muda. Ini memperlihatkan bahwa media sosial mampu menjadi medium pendidikan kebangsaan yang efektif dalam era digital.

Baca juga: Cinta Bangsa, Cinta Bahasa Indonesia

2. Literasi Digital sebagai Kunci Patriotisme Produktif

Menurut Akbar dkk. (2023), literasi digital—kemampuan memahami, menilai, dan menggunakan informasi secara kritis—sangat krusial dalam menjaga ketahanan nasional dari hoaks, propaganda asing, dan konten destruktif (). Dengan media literasi digital yang baik, pengguna tidak hanya memperoleh informasi, tetapi juga menghargai karya anak bangsa, mengkritisi wacana negatif, dan turut serta dalam membangun narasi positif tentang Indonesia.

Lebih jauh, penelitian Dyanggi dkk. (2022) menyebutkan bahwa rendahnya literasi digital dapat mengancam integritas nasional. Mereka menekankan bahwa digital literacy adalah benteng pertama dalam memperkuat bela negara di era siber.

3. Implementasi Teknologi dalam Pendidikan Kebangsaan

Implementasi teknologi dalam proses belajar adalah bagian strategis membangun patriotisme sejak dini. Arwin dkk. (2024) menyebut bahwa penggunaan animasi, video interaktif, dan simulasi 3D dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap nilai-nilai nasionalisme seperti keberagaman, sejarah perjuangan, dan persatuan  .

Kurasi materi digital yang kreatif dan relevan memungkinkan siswa untuk “mengalami” sejarah dan nilai kebangsaan secara imersif. Ini jauh lebih efektif dibanding metode kuliah konvensional yang bersifat statis dan teoritik.

Baca juga: Cinta Produk Dalam Negeri

4. Peran Aktif Komunitas dan Masyarakat Digital

Jurnal Dewi Kartika Sari (2021) mencatat bahwa selama pandemi, gerakan like “Warga Bantu Warga”, “Urun Daya Covid”, dan #BagiRata menunjukkan bentuk nyata patriotisme digital—solidaritas dan gotong royong di dunia siber. Ini menjadi bukti bahwa dengan platform digital, masyarakat bisa mengekspresikan cinta tanah air lewat aksi nyata—meski tanpa tatap muka.

Selain itu, komunitas kreator lokal yang aktif di YouTube, TikTok, maupun Instagram turut memperkaya narasi nasionalisme. Kreator seperti IDN Creator Economy (ICE) secara konsisten menghasilkan konten budaya lokal yang tetap relevan dan digemari generasi muda.

5. Tantangan dan Halangan yang Perlu Diatasi

Hoaks dan Polarisasi

Media digital adalah pedang bermata dua: kecepatan dan keterhubungan juga membawa potensi hoaks dan disinformasi. Thomas dkk. (2021) menunjukkan bahwa kampanye literasi digital dapat menurunkan tingkat kepercayaan terhadap berita palsu di Indonesia (). Namun, cakupan program masih terbatas dan belum merata.

Fragmentasi Identitas Digital

Tak jarang generasi muda lebih tertarik dengan budaya asing (K-pop, esports, fashion global) daripada budaya lokal. Jika tidak diminimalisir, fragmentasi digital ini berpotensi mengikis loyalitas dan keterikatan kebangsaan secara psikologis.

Kurikulum Pendidikan yang Belum Optimal

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan belum maksimal karena infrastruktur dan pelatihan guru masih terbatas, khususnya di daerah. Implementasi digital nasionalisme dalam sistem pendidikan masih perlu dibenahi agar menyentuh semua jenjang dengan metode yang efektif.

Baca juga: Mencintai Produk dalam Negeri, Membangun Ekonomi Bangsa

6. Rekomendasi Strategis

​Perluasan Program Literasi Digital Nasional

Pemerintah dan lembaga pendidikan harus memperluas skema digital literacy—kombinasi pembelajaran teknologi dan etika informasi—ke semua jenjang, terutama di daerah tertinggal.

Kurikulum Interaktif Berbasis Teknologi

Kurikulum sekolah harus mengintegrasikan modul digital yang berkaitan dengan sejarah nasional, budaya, dan kebhinekaan, menggunakan aplikasi interaktif, gamification, dan simulasi VR/AR.

Platform Kolaborasi Kreator dan Pemerintah

Pemerintah perlu memfasilitasi kolaborasi antara kreator konten dan lembaga budaya untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas konten nasionalis yang viral di kalangan generasi muda.

Dukungan Infrastruktur dan Pelatihan Guru

Pasokan internet cepat, perangkat digital, dan pelatihan kreatif untuk guru wajib dipenuhi agar penerapan teknologi di kelas efektif dan inklusif.

Pengembangan Komunitas Digital Patriotik

Komunitas lokal—seperti forum sejarah, pemuda digital, dan komunitas budaya—harus didukung dengan platform digital agar mereka dapat tumbuh menjadi agen perubahan.

Kesimpulan

“Klik untuk Negeri” bukan sekadar slogan—itu adalah panggilan untuk memanfaatkan teknologi dengan cara yang membangun kecintaan, kesadaran, dan aksi nyata bagi bangsa. Data jurnal dari Pradipta dkk. (2024), Siga dkk. (2024), Akbar dkk. (2023), Arwin dkk. (2024), dan Dyanggi dkk. (2022) memberi bukti empiris bahwa teknologi bisa menjadi medium efektif dalam membumikan nasionalisme.

Untuk mencapai potensi ini, kita butuh strategi terpadu: digital literacy, kurikulum digital berbasis nilai kebangsaan, dukungan pemerintah dan komunitas, serta peran kreator konten sebagai duta nilai-nilai nasional. Dengan begitu, setiap “klik” bukan hanya aktifitas digital—melainkan wujud cinta tanah air.

Penulis:
1. Aifa Putri Davina
2. Kirana Elvaretta
3. Henantridora Valda Rafanasya

Mahasiswa Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dosen Pengampu: Drs. Priyono, M.Si

 

Editor: Rahmat Al Kafi

Daftar Referensi

​1.​ Pradipta, M. A., Wafi, A., Marita, M., Luthfiah, R., Ikhsan, F., & Syafaat, P. R. (2024). Cinta Tanah Air pada Era Digital: Peran Generasi Z dalam Mempertahankan Identitas Nasional. Populer: Jurnal Penelitian Mahasiswa, 3(4), 109–118.

​2.​ Siga, W. D., Seva, K., Wijaya, C., & Sirait, A. (2024). Digital Humanities: Nurturing Nationalism Through Social Media. TEMALI: Jurnal Pembangunan Sosial.

​3. ​Akbar, R. S., Iskandar, T., Prasetyo, M. A., et al. (2023). Memperkuat Ketahanan Nasional: Aktualisasi Bela Negara Melalui Literasi Digital. Jurnal Pendidikan Online.

​4.​ Dyanggi, A. A. M. C., Islam, N., & Rian, R. (2022). Digital Literacy as an Effort to Build National Resilience in Defending the Country in the Digital Field. Journal of Digital Law and Policy, 1(3), 121–130.

​5. ​Arwin, Kenedi, A., Hamimah, & Zainil. (2024). Ethnosocial-Based Differentiated Digital Learning Model to Enhance Nationalistic Insight. Edu-2025.

​6. ​Thomas, P. B., Hogan-Taylor, C., Yankoski, M., & Weninger, T. (2021). Pilot Study Suggests Online Media Literacy Programming Reduces Belief in False News in Indonesia. ArXiv Preprint.

 

 

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses