Kolaborasi Dunia Pendidikan dan Teknologi pada Era Digitalisasi

Dunia Pendidikan
Ilustrasi Dunia Pendidikan (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Setiap tanggal 2 Mei, Indonesia merayakan Hari Pendidikan Nasional sebagai momen penting untuk mengingat kembali makna pendidikan dan mengevaluasi aspek-aspek pendidikan seperti penerapan kurikulum yang perlu diperbarui.

Para pelajar yang berangkat ke sekolah atau kampus setiap pagi mungkin tidak pernah membayangkan bahwa jika mereka kini hanya belajar di depan laptop dan ponsel.

Bagi negara-negara maju, pendidikan berbasis teknologi bukanlah hal yang baru. Bahkan mereka telah lebih dulu menguasai berbagai teknik dan model pendidikan berbasis teknologi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Indonesia termasuk salah satu negara yang masih pemula dalam menerapkan sistem ini.

Hal tersebut tentunya menjadi kesempatan berharga untuk belajar banyak dari keberhasilan dan kegagalan negara-negara maju yang telah menerapkannya agar penerapan pendidikan berbasis teknologi di Indonesia menjadi lebih terarah.

Meskipun begitu, pemerintah Indonesia sudah cukup cepat dalam merespon kebutuhan akan teknologi dalam dunia pendidikan.

Sebagai contoh, pada pendidikan tinggi (kampus), ketersediaan internet kini semakin meluas, teknologi video conference mulai tersedia, yang kesemuanya itu memberikan penguatan terhadap proses belajar mengajar di kampus.

Pendidikan dasar, menengah dan kejuruan juga sudah mulai menerapkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar.

Pemerintah telah mengembangkan situs pembelajaran e-dukasi.net, penyediaan jardiknas (walaupun masih belum menyeluruh) merupakan wujud nyata dari langkah pemerintah dalam membangun e-education di dunia pendidikan tanah air, begitu pula dengan peluncuran e-book, dan pengembangan e-library di berbagai pangkalan data pemerintah dan perguruan tinggi.

Semua itu tidak lain adalah upaya pemerintah untuk mendorong kemajuan teknologi di dunia pendidikan kita agar pendidikan di Indonesia dapat lebih cepat mengejar ketertinggalannya dari negara-negara lain.

Ki Hadjar Dewantara memiliki sebuah semboyan yang beliau terapkan dalam sistem pendidikan. Semboyan tersebut adalah Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi contoh yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di tengah-tengah peserta didik, guru harus menciptakan inisiatif dan gagasan), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang, seorang guru harus mampu memberikan dorongan dan arahan).

Meskipun semboyan tersebut diciptakan pada masa penjajahan dahulu, namun masih digunakan dalam dunia pendidikan di Indonesia dan masih relevan di era milenial. Dalam peringatan 30 tahun Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara mengatakan, “Kemerdekaan harus ditanamkan dalam cara anak belajar berpikir, yaitu jangan selalu ‘dijejali’ atau disuruh mengakui pikiran orang lain, tetapi biasakan anak menggali segala pengetahuan untuk dirinya sendiri dengan pikirannya sendiri.

Pernyataan Ki Hadjar Dewantara menunjukkan makna apa yang seharusnya dihasilkan oleh proses pembelajaran, yaitu “agar anak-anak menjadi mandiri dalam berpikir”.

Dengan demikian, mereka menjadi orisinil dalam ide dan tindakan mereka. Pendidikan akan berhasil ketika anak-anak mampu mengidentifikasi tantangan yang ada di depan mereka dan tahu bagaimana cara mengatasinya.

Kehadiran Revolusi Industri 4.0 tidak dapat disangkal lagi, beberapa di antaranya telah menjadi bagian penting dari kehidupan kita.

Sebagai contoh, teknologi Artificial Intelligence (AI) di Google Maps telah membantu Anda menemukan jalan di ibu kota.

Beberapa negara industri telah menerapkan pencetakan 3D dan robotika dalam sistem pembelajaran. Perubahan gaya hidup manusia juga akan dipengaruhi oleh Internet Of Things di masa depan.

Hal yang dapat kita pelajari dari poin-poin tersebut adalah, selain memberikan ilmu pengetahuan, institusi pendidikan juga berperan sebagai panutan dan mentor bagi para siswa.

Di era informasi saat ini, peran guru dan pemimpin sekolah sebagai panutan diperkuat dengan kebutuhan akan keterampilan literasi digital.

Generasi muda Indonesia tidak hanya diharapkan cerdas dalam pengetahuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga mampu mengintegrasikannya dengan pengembangan karakter yang beretika dalam menggunakan teknologi yang ada.

Penulis: Marzuliandra Kurniawan
Mahasiswa Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Riau

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI