Kontribusi AI dalam Perubahan Iklim

AI dalam Perubahan Iklim
llustrasi bagaimana AI dapat digunakan di bidang keberlanjutan dari keanekaragaman hayati hingga iklim (Sumber: pexels.com / Nidia Dias)

Perubahan iklim telah menjadi tantangan global yang mendesak, membutuhkan solusi inovatif dan terintegrasi untuk menangani dampaknya. Di tengah krisis ini, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah muncul sebagai alat yang penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi. Pada artikel kali ini mari kita mengeksplorasi berbagai cara di mana AI telah memberikan kontribusi signifikan dalam upaya melawan perubahan iklim.

Dengan meningkatnya suhu global, perubahan pola cuaca yang ekstrem, dan kerusakan lingkungan yang semakin parah, perubahan iklim telah menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia.

Untuk menghadapi krisis ini, kita membutuhkan solusi yang cerdas dan terkoordinasi dan di sinilah peran teknologi kecerdasan buatan (AI) sangat penting. AI telah membuka jalan untuk inovasi dalam pemantauan lingkungan, analisis data, pengembangan energi terbarukan, dan banyak lagi.

Bacaan Lainnya
DONASI

Salah satu kontribusi utama AI dalam perubahan iklim adalah kemampuannya untuk memantau dan memprediksi pola iklim secara akurat. Melalui penggunaan sensor dan data satelit, sistem AI dapat menganalisis data cuaca secara real-time dan mengidentifikasi pola yang mungkin menyebabkan bencana alam.

Hal ini memungkinkan pemerintah dan organisasi untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat waktu, seperti evakuasi penduduk atau penyiapan pasokan darurat.

Dalam upaya untuk mengatasi perubahan iklim yang mendesak, teknologi kecerdasan buatan (AI) telah muncul sebagai sekutu penting. Salah satu contohnya adalah Nest Thermostat, sebuah perangkat cerdas yang merespons pola dan preferensi pengguna untuk mengoptimalkan penggunaan energi, mengurangi jejak karbon, dan pada gilirannya, membantu memerangi perubahan iklim.

Dalam pengimplementasiannya, perusahaan besar yaitu Alphabet Inc telah membuat alat termostat pintar yang dinamakan Nest Learning Thermostat.

Alat ini merupakan suati jenis termostat pintar yang dirancang oleh perusahaan Nest Labs, yang sekarang merupakan bagian dari Alphabet Inc yang merupakan juga perusahaan dari Google. Termostat ini dirancang untuk secara otomatis mengatur suhu di dalam rumah Anda dengan cara yang efisien dan sesuai dengan preferensi para penggunanya.

Salah satu fitur utama dari Nest Learning Thermostat adalah kemampuannya untuk belajar pola penggunaan Anda dan menyesuaikan diri sesuai kebutuhan. Misalnya, jika Anda sering menurunkan suhu di malam hari sebelum tidur, termostat ini akan mulai mengingat dan menyesuaikan pola itu secara otomatis.

Ini berarti seiring waktu, termostat akan belajar untuk mengatur suhu rumah dengan lebih efisien tanpa perlu pengaturan manual yang berulang-ulang.

Tidak hanya itu, Nest Thermostat juga memanfaatkan AI untuk mengoptimalkan penggunaan energi. Perangkat ini dapat menganalisis pola konsumsi energi dan memberikan rekomendasi kepada pengguna tentang cara mengurangi konsumsi energi mereka. Sebagai contoh, perangkat dapat menyarankan pengaturan suhu yang lebih hemat energi atau memberikan perkiraan biaya energi bulanan berdasarkan penggunaan sebelumnya.

Dampak positif dari Nest Thermostat dan teknologi serupa tidak bisa diremehkan dalam upaya mengurangi emisi karbon. Dengan memberikan pengguna kontrol yang lebih besar atas penggunaan energi mereka dan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan efisiensi energi, perangkat ini membantu mengurangi jejak karbon rumah tangga secara signifikan.

Selain itu, dengan meningkatkan kesadaran akan konsumsi energi, Nest Thermostat juga dapat menginspirasi perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan di kalangan pengguna.

Baca juga: Transportasi Ramah Lingkungan (Sustainable Transportation)

Selama lebih dari satu dekade, Nest Learning Thermostat diklaim telah menggunakan pembelajaran mesin (ML) untuk membantu orang menghemat energi dan uang di rumah. Dari tahun 2011 hingga 2022, termostat Nest mereka telah membantu pelanggan secara kumulatif menghemat lebih dari 113 miliar kWh energi (lebih dari dua kali lipat konsumsi listrik tahunan negara Portugal) dan setara dengan menghindari sekitar 36 juta tCO2e emisi.

Dengan kemampuannya untuk memantau, menganalisis, dan mengoptimalkan berbagai aspek yang terkait dengan perubahan iklim, AI telah membuka potensi besar dalam memerangi krisis ini.

Namun, untuk benar-benar berhasil, kita perlu mengintegrasikan teknologi ini ke dalam kebijakan dan praktik secara luas, serta berinvestasi dalam riset dan pengembangan lebih lanjut. Hanya dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi Bumi kita dan generasi mendatang.

Melalui inovasi seperti ini, kita memiliki kesempatan untuk mengubah cara kita berinteraksi dengan energi di rumah dan mengatasi tantangan perubahan iklim. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan dan teknologi lainnya, kita dapat bergerak menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif kita terhadap lingkungan.

 

Penulis: Syahdan Hayyan Alawy
Mahasiswa Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan, Universitas Airlangga

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi  

 

 

Referensi 

  1. Google 2023 Environmental Report
  2. Nest Learning Thermostat third-gen: the simple, effective heating gadget

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI