Apasih kurikulum sekolah penggerak itu? Sekolah penggerak, mungkin masih terdengar asing di telinga orang-orang bahkan di kalangan mahasiswa karena program ini memang baru diterapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Bapak Nadiem Makarim.
Kurikulum baru ini dibuat dengan tujuan agar terjadi reformasi atau perubahan dalam pendidikan di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dimulai dari adanya sekolah-sekolah penggerak yang dijadikan contoh bagi sekolah lain agar berubah menjadi lebih baik dalam pembelajaran.
Sekolah penggerak adalah kurikulum baru yang diharapkan dapat memberi kemudahan bagi guru maupun siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Sebagai acuan dalam pembelajarannya, kurikulum sekolah penggerak ini membuat modul yang sudah dilengkapi dengan RPP, LKS atau bahan ajar dan penilaian serta melibatkan penggunaan teknologi dalam setiap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru.
Namun, mewujudkan cita-cita reformasi dalam pendidikan bukanlah hal yang mudah. Ada saja hal-hal yang menjadi halangan dalam perjalanan menuju kesana. Seperti halnya kurikulum sekolah penggerak ini. Kurikulum baru ini dirasa terlalu terburu-buru untuk diterapkan. Terlebih kondisi indonesia yang masih terdampak pandemi covid-19 yang menyebabkan semua hal terasa lebih sulit, tidak terkecuali penerapan kurikulum sekolah penggerak.
Baca juga: Sekolah Penggerak: Program Sekolah Penggerak Sebagai Gebrakan Baru Pendidikan Indonesia
Kurangnya sosialisasi menjadi salah satu penyebab sulitnya kurikulum ini diterapkan di beberapa sekolah yang ada di Indonesia. Beberapa guru yang berperan sebagai pengajar merasa kesulitan karena waktu pelatihan yang terlalu singkat dan jarak antara pelatihan dengan penerapan yang hanya sebentar. Terlebih untuk beberapa guru yang sudah berusia lanjut dan gagap teknologi, tidak jarang mereka meminta bantuan kepada guru lain untuk membuat bahan ajar dan melakukan pembelajaran yang tentunya hal tersebut justru tidak efektif. Hal yang dianggap dapat mempermudah justru menjadi sebuah kesulitan bagi beberapa pihak.
Penerapan kurikulum sekolah penggerak ini akan berjalan lancar jika segalanya dipersiapkan dengan matang terlebih dahulu. Sosialisasi yang cukup dan pelatihan yang memadai mungkin akan memperlancar jalannya penerapan kurikulum sekolah penggerak ini sehingga segala perubahan yang diharapkan dapat terjadi pada pendidikan di Indonesia.
Penulis: Fatlina Hijriyanti (K8420024)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Universitas Sebelas Maret Surakarta