Pada masa pandemi Covid-19 membuat adanya perubahan besar hampir seluruh aspek kehidupan, terutama pada sistem pendidikan.
Pendidikan juga salah satu upaya membantu jiwa peserta didik, baik jasmani maupun rohani, menuju peradaban manusia dan menuju ke arah yang lebih baik.
Karena adanya pandemi covid-19 pembelajaran tatap muka tidak bisa dilakukan, untuk mengatasi masalah ini menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. mewajibkan lembaga pendidikan memberlakukan pembelajaran secara online agar pembelajaran dapat terus berjalan.
Hal tersebut membuat peran teknologi tidak dapat dipisahkan, yang membuat para mahasiswa terus menatap layar dalam waktu yang lama.
Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan mata dan menjadi salah satu penyebab mata tidak bisa berfungsi dengan baik, dalam kasus yang paling parah bisa menyebabkan hilangnya penglihatan.
Lalu apa itu kelainan refraksi pada mata?
Refractive error/ RE merupakan kondisi gangguan penglihatan dimana gambar objek yang dilihat tidak sesuai dengan bidang retinal sehingga menyebabkan penglihatan kabur. Secara umum diketahui bahwa distribusi kelainan refraksi pada populasi manusia ditentukan oleh interaksi kompleks faktor biologis, lingkungan dan perilaku (Wojciechowski, 2011). Kelainan refraksi terdiri dari:
1. Miopi (Rabun Jauh)
Miopi (rabun jauh) terjadi ketika cahaya yang masuk ke mata jatuh di depan retina yang menyebabkan penglihatan jarak jauh terlihat kabur tetapi penglihatan jarak dekat tetap normal.
Miopi dapat terjadi pada siapa saja, miopi yang terjadi pada remaja dan dewasa sebagian besar bersifat aksial, akibat dari pertumbuhan mata yang tidak teratur.
Miopia dapat diketahui dengan pemeriksaan mata standar, yakni menggunakan Snellen Chart, Auto Refractometer, dan pemeriksaan visus menggunakan lensa mata. Miopi yang tergolong berat dapat menyebabkan ablasi retina, makulopati miopik, glaukoma, dan katarak.
2. Hipermetropia (Rabun Dekat)
Hipermetropia (rabun dekat) terjadi ketika cahaya yang masuk ke dalam mata jatuh di belakang retina. Usia individu dan derajat hiperopia menentukan sejauh mana kemampuan mata untuk mengakomodasi.
Pada hiperopia dengan derajat kecil, jarak dan penglihatan jarak dekat pada orang yang berusia lebih muda sering kali jelas, tetapi mereka mungkin mengalami gejala asthenopik (kelelahan) pada mata yang sering ditandai dengan ketidaknyamanan visual atau sakit kepala.
Individu dengan hiperopia yang tidak dikoreksi dapat mengalami berbagai gejala visual, termasuk penglihatan kabur, asthenopia, disfungsi binokular, ambliopia, dan / atau strabismus (Harb & Wildsoet, 2019).
3. Presbiopia
Presbiopia, Dengan bertambahnya usia, penglihatan jarak dekat dan jarak jauh semakin menurun karena berkurangnya fleksibilitas lensa, yang membatasi kemampuan untuk mengakomodasi.
Lensa yang tidak fleksibel terkait usia menyebabkan presbiopia yang meningkatkan kesulitan dalam melihat dengan jelas pada jarak dekat misalnya dalam jangkauan lengan.
Hal ini terjadi secara alami diluar dari kelainan refraksi lainnya pada sekitar usia 40 dan seterusnya. Tanda-tanda awal pada penurunan akomodasi antara lain meningkatnya kesulitan akomodasi dalam kondisi cahaya yang redup dan mata yang lelah karena akomodasi terus menerus.
4. Astigmatisme (Mata Silindris)
Astigmatisme (mata silindris) terjadi ketika sistem optik mata tidak dapat menghasilkan titik fokus, yang menyebabkan gambar terlihat kabur dan berbayang.
Sinar cahaya dibiaskan ke dua titik fokus yang berbeda, tidak terfokus pada retina pada mata dan biasanya dapat terjadi bersamaan dengan miopia atau hiperopia dan juga presbiopia.
Tanda-tanda kelainan refraksi mata :
- Sakit kepala
- Mata terasa kering dan tegang
- Kelelahan pada mata
- Sulit berkonsentrasi saat membaca atau melihat computer
- Penglihatan kabur
Cara penangannya:
- Menggunakan kacamata atau Lensa kontak
- Prosedur bedah atau Operasi
Cara mencegahnya :
- Gunakan laptop yang berjarak minimum 40 cm sampai 50 cm dan maksimal penggunaannya 2 jam
- Mengusahakan kecerahan layar tidak mempengaruhi penglihatan, layar tidak terlalu terang atau terlalu gelap
- Membatasi jumlah penggunaan gadget dan perangkat lain
- Mengonsumsi sayur dan buah yang kaya akan vitamin A
- Melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga
- Terapkan rumus 20:20:20 setiap 20 menit menatap layar, istirahatkan mata ke arah lain selama 20 detik, dan pandanglah objek atau benda yang jaraknya 20 kaki (sekitar 6 meter).
- Gosok kedua telapak tangan dan menaruhkan di kelopak mata dengan mata tertutup untuk merilekskan mata, atau memijat area pelipis dengan lembut.
- Tidak membaca sambil tiduran.
- Menghindari paparan sinar ultraviolet
- Melakukan pemeriksaan mata secara rutin
Perkembangan teknologi pada era digital saat ini sangat penting dan berpengaruh dalam pembelajaran daring, karena dapat mempermudah pembelajaran melalui berbagai aplikasi. Namun, lingkungan belajar melalui daring yang berkepanjangan memiliki efek buruk bagi kesehatan, terutama pada mata.
Pembelajaran daring memiliki efek positif maupun negatif. Efek yang dirasakan tergantung waktu yang dipakai untuk daring,
Salah satu efek positif dari pembelajaran daring adalah mudahnya mengakses pembelajaran yang akan dipelajari, dan dapat membantu mahasiswa dalam mempelajari pembaharuan tentang teknologi dengan mudah.
Namun, dibalik dampak positif tersebut ada juga dampak negatif yang dirasakan oleh mata seperti menatap layar yang terlalu lama akan membuat mata mengalami kelelahan dan berdampak pada kerusakan mata, mata yang rusak dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Penulis: Salzabila Az-Zahra
Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Binawan
Dosen Pengampu: Apriani Riyanti, S.Pd., M.Pd.
Referensi
Aulia Keumala Putri, S. A., Raisa, & Roro, R. (2021, Desember ). Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Kesehatan Mata Di Masa Pandemi. Jurnal Komunitas Kesehatan Masyarakat Volume 3 Nomor 2.
Dana, M. M. (2020, Desember). Gangguan Penglihatan Akibat Kelainan Refraksi yang Tidak Dikoreksi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 9. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.451