Menerapkan Tes Diagnostik dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar masih banyak terjadi pembelajaran yang kurang efektif karena masih banyak guru yang belum menerapkan tes diagnostik untuk mengetahui pencapaian siswa dalam kognitif maupun non kognitif.

Padahal, seperti yang kita ketahui masih banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar karena beberapa faktor. Contohnya seperti metode pembelajaran yang kurang sesuai dengan karakter peserta didik dan media pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang diajarkan atau bahkan bisa juga karena masalah pribadi guru yang belum bisa menyesuaikan antara materi pembelajaran dengan media pembelajaran yang akan digunakan.

Tetapi, masih ada saja guru yang memarahi siswa karena beberapa hal, seperti mengatakan mereka malas, mereka bodoh, mereka tidak mau berusaha, padahal seharusnya guru tidak boleh menyalahkan peserta didik seperti itu, guru harusnya terus selalu memotivasi dan lebih memahami karakter peserta didiknya serta mengetahui kendala yang mereka alami.

Bacaan Lainnya

Untuk mengetahui karakter dan kendala yang peserta didiknya alami guru harus melakukan pendekatan, salah satunya dengan menerapkan tes diagnostik. Pembahasan mengenai tes diagnostik dijelaskan secara rinci oleh M. Zaim (2016:72) yang mengatakan bahwa tes diagnostik merupakan rangkaian tes untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik dalam penguasaan materi yang diajarkan oleh guru serta mencari faktor penyebabnya.

Ada pula menurut pendapat Arikunto, (2009:34) mengatakan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan peserta didik sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian dan pemberlakuan yang tepat.

Berdasarkan kompetensi pedagogik, guru harus melakukan tes diagnostik yang sebaiknya dilakukan di awal pembelajaran. Tes diagnostik sendiri terbagi menjadi 2, yaitu tes diagnostik kognitif dan tes diagnostik non kognitif.

Lebih lanjut, tes diagnostik kognitif memiliki tujuan untuk mengetahui capaian dan kompetensi peserta didik sementara tes diagnostik non kognitif bertujuan untuk mengetahui psikologi, emosi, minat, dan bakat pada peserta didik tersebut. Kedua tes ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya memberikan beberapa pertanyaan kepada peserta didik atau peserta didik juga bisa di wawancarai secara langsung oleh guru tersebut.

Adanya tes diagnostik ini bisa menjadi bahan acuan guru untuk mengetahui karakter dan gaya belajar peserta didik. Selain itu, dengan tes diagnostik ini juga guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan serta bisa membuat peserta didik nyaman dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Dari sinilah guru bisa mengetahui apa saja yang disukai dan tidak disukai oleh peserta didiknya ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi sayangnya, masih banyak guru yang belum menerapkan tes diagnostik ini, padahal jika tes diagnostik ini dilaksanakan akan tercapai pembelajaran yang semakin efektif.

Penulis: Silvia Mega Neviana, S.Pd.
NUPTK: 3752770671230162
NIM: 2001220191
Unit Kerja: SMK Muhammadiyah 2 Kuningan
Bidang Studi: Bahasa Indonesia

Daftar Referensi
Zaim, M. 2016. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Inggris. Prenada Media Group.

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI