Mengapa Orang Batak Penuh Percaya Diri? Ini Kuncinya di Dalihan Na Tolu

Prosesi Sambut Hula-hula yang Mengawali Pesta Adat Pernikahan Batak Sumber: tangkap layar dari Anthony Siregar Official (YouTube), 2024.
Prosesi Sambut Hula-hula yang Mengawali Pesta Adat Pernikahan Batak Sumber: tangkap layar dari Anthony Siregar Official (YouTube), 2024.

Kesan pertama kali saat mendengar orang Batak yakni bicaranya yang keras, tegas, dan blak-blakan. Orang Batak juga banyak yang menjadi pengacara, politisi, atau tokoh publik yang terkenal. Mereka juga sering dijumpai di berbagai pulau yang ada di Indonesia dan luar negeri. Tetapi mengapa begitu? Apa yang membuat orang Batak mempunyai karakter yang sangat berbeda?

Semua itu dimulai dari filosofi hidup orang Batak itu sendiri yang sudah ada sejak dulu dan masih terawat sampai sekarang, yaitu Dalihan Na Tolu. Apa itu Dalihan Na Tolu? simak penjelasannya di sini.

Arti dari Dalihan Na Tolu sendiri, yaitu “Tungku yang Tiga,” sebuah filosofi kehidupan yang mengajarkan keseimbangan dalam hidup, seperti halnya tungku yang tidak dapat berdiri dengan baik jika hanya memiliki dua atau satu kaki, maka diperlukanlah keseimbangan dari ketiga kaki tersebut. Ketiganya, yaitu: 

Baca Juga: Peran Mahasiswa dalam Memperkenalkan dan Melestarikan Budaya Lokal di Sumatera Utara

Bacaan Lainnya

1. Hula-Hula: Pihak keluarga dari pemberi istri, yang wajib dihormati dan dianggap membawa berkat serta keturunan.
2. Dongan Sabutuha: Kerabat semarga yang harus saling tolong-menolong dan menjaga persaudaraan.
3. Boru: Keluarga dari pihak penerima istri, yang berperan mengikat dan mempersatukan hubungan di antara Hula-hula dan Dongan Sabutuha.

Karena sistem kekerabatannya bersifat patrilineal, yakni mengikuti garis keturunan ayah. Dalihan Na Tolu juga berdampak pada banyak aspek kehidupan. Mulai dari pernikahan, warisan, kepemilikan lahan tanah, dan tempat tinggal. Selain mengatur hubungan antar keluarga dalam masyarakat Batak Toba, Dalihan Na Tolu ini juga membentuk karakter yang biasa kita lihat dari masyarakat Batak. 

1. Menghormati Hierarki

Dalam strukturnya sendiri, Hula-hula ditempatkan menjadi yang tertinggi karena ia telah memberikan sosok perempuan yang dapat memberinya keturunan, maka dari itu, Hula-hula perlulah untuk dihormati setinggi-tingginya. Dari sini, masyarakat Batak sudah diberikan pengetahuan untuk menghormati dan menjaga sopan santun dengan yang di atas mereka, bukan hanya dalam berkeluarga, namun dalam bermasyarakat.

Baca Juga: Kebudayaan Indonesia: Warisan yang tak Ternilai

2. Loyal terhadap Keluarga Besar

Antar marga pun diajarkan untuk merasa saling memiliki dan berkewajiban untuk hadir, serta saling menolong. Dari konsep Dongan Sabutuha dan Boru ini dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab kolektif dan loyalitas tinggi kepada keluarga besar.

3. Percaya Diri

Sejak kecil, masyarakat Batak diajarkan untuk menyampaikan pendapat atau berbicara di depan keluarga besar ketika upacara adat atau perkumpulan. Dengan demikian, akan timbul rasa percaya diri dan tangguh dalam berbicara di depan banyak orang.

4. Tegas dan Terbuka

Dalihan Na Tolu yang jelas siapa saja yang harus dihormati, dilindungi, dan sejajar membuat komunikasi mereka langsung pada intinya dan terbuka. Ini adalah bentuk kejujuran dalam budaya mereka. Dalihan Na Tolu bukan hanya sekadar adat yang sembarangan, melainkan ajaran kehidupan untuk selalu  menghormati, melindungi, dan saling tolong-menolong antar sesama.

Baca Juga: Budaya yang Selalu Tertanam di Dalam Hati: Budaya Kalimantan Barat

Melalui Dalihan Na Tolu ini, masyarakat Batak dapat membangun tatanan sosial yang kuat nan harmonis. Filosofi yang diwariskan dan dijaga ini akan membuat masyarakat Batak memiliki ciri khas tersendiri. Inilah rahasia kenapa orang Batak dapat berdiri tangguh di manapun mereka berada. Karena mereka membawa filosofi Dalihan Na Tolu dalam hati mereka.

Penulis:
1. Avril Brian Pradikta (2023011023)
2. Zabilla Widya Rosha (2023011029)
3. Vera Veronica (2023011031)
4. Igo Fahriyansyah (2023011036)

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Dosen Pengampu: Hartosujono, A.Md, S.E., S.Psi., M.Si.

Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Referensi

Hamid, A., Ritonga, S., & Nst, A. M. (2024). Kearifan Lokal Dalihan Na Tolu sebagai Pilar Toleransi Beragama pada Masyarakat Tapanuli Selatan. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 13(1), 132-143.

Mangudur, T. I., Waruwu, L. Y., Sari, H., Putriyansyah, W., Sofyanti, D. F., Hasibuan, S., & Ivanna, J. (2023). Cerminan Filosofi Batak Toba “Dalihan Natolu” Terhadap Nilai-Nilai Luhur Bangsa Indonesia. Journal of Law & Policy Review, 1(1), 25-32.

Gambar. Prosesi Sambut Hula-hula yang Mengawali Pesta Adat Pernikahan Batak https://www.youtube.com/watch?v=6P_RNj8ANnY&ab_channel=AnthonySiregarOfficial (Diakses pada tanggal 27 April 2025, pukul 14.23 WIB)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses