Mengenal Beberapa Metode Syarah Hadits

hadis

Kata Syarah merupakan bentuk Masdar dari lafadz syarohayasrohusyarahan yang mempunyai arti menafsirkan, menjelaskan, membeberkan. Maka dengan ini yang di maksud Syarah dalam konteks hadist nabi merupakan suatu upaya untuk menerangkan suatu makna yang terdapat atau terkandung di dalam hadits nabi. Selain syarah hadist, ulama’ juga menggunakan kata hasyiyah, yang mempunyai arti komentar pinggiran, catatan kaki, dan tambahan.

Dalam kitab-kitab Syarah hadits terdapat beberapa metode yang digunakan oleh para ulama muhadditsin dalam mensyarahi hadist nabi, di antara metode-metode tersebut yaitu: ijmali (global), tahlili (analitik), dan yang terakhir yaitu mukorim (komparatif) dan berikut inilah penjelasan dari masing-masing metode beserta kelebihan dan kekurangan nya .

1. Metode Ijmali (Global)

Yang dimaksud dengan metode ijmali (Global) yaitu suatu metode yang di dalamnya menerangkan hadis yang sesuai dengan urutan yang terdapat dalam kitab hadis yang ada di dalam kitab kutub al-sittah dengan ringkas, meskipun begitu metode ini dapat menjelaskan makna hadis secara literal serta dengan bahasa yang mudah dipahami.

Adapun syarahnya cukup singkat dan juga tidak membahas sesuatu yang ada di luar teks, dan kadang-kadang pula tidak menyebutkan asbab al-wurud. Adapun kitab yang menggunakan metode ijmali diantaranya adalah: Syarh Al-Syuyuti li Sunan Al-Nasa’i karya Jalaluddin As-Syuyuti, Qut Al-Mugtazi ‘Ala Jami’ Al-Tirmidzi karya jalal al-Din al-Syuyuti. Dan lain-lain.

Metode ini hampir sama dengan metode tahlili (analitik) karena metode ini memiliki  persamaan dengan metode tahlili, yaitu dalam hal sistematikanya saja. Namun keterangannya dan klasifikasi syarahnya lebih banyak metode tahlili, akan tetapi terkadang metode ijmali ini juga mengemukakan suatu hadist dengan luas. Akan tetapi hal ini hanya terdapat di beberapa hadist yang memang membutuhkan penjelasan yang panjang lebar.

Setiap metode yang digunakan oleh para pensyarah hadist mempunyai nilai positif dan juga nilai negatif, adapun nilai positif dari metode ijmali ini adalah: metode ini mudah dipahami, ringkas dan  padat, sedangkan nilai negatif dari metode ijmali ini yaitu: tidak terdapat ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai, dan  menjadikan petunjuk hadis bersifat parsial.

2. Metode Tahlili (Analitik)

Yang di maksud dengan pensyarahan hadist dengan menggunakan metode tahlili adalah mengurai, menganalisis, dan menjabarkan makna-makna yang terdapat di dalam hadist nabi, dengan memaparkan aspek-aspek yang terdapat dalam hadist nabi dengan kepiawaian dan kecenderungan dari seorang pensyarah.

Saat menyajikan penjelasan dan penafsiran, pensyarah hadist mengikuti  sistematika hadits sesuai  urutan hadits yang terdapat dalam kitab-kitab hadits yang kita kenal dengan sebutan al-Kutub al-Sittah. Pensyarah hadist memulai penjelasan hadist kalimat per kalimat, dilanjutkan dengan hadist demi hadist dengan urutannya.

Penjelasan tersebut berkaitan dengan berbagai aspek haditst, seperti kosakata, makna kalimat, latar belakang hadist (jika ditemukan), hubungan dengan hadist lain, dan pendapat tentang pemahaman hadist. Ciri-ciri di atas juga merupakan kelebihan dari metode ini, adapun kekurangan dari metode ini adalah pembahasan terasa parsial, dan melahirkan syarah yang subjektif.

Pada umumnya kitab-kitab Sharah yang menggunakan metode Talili biasanya berbentuk Ma’sur (sejarah) atau Ra’y (berpikir rasional). Syarah yang berbentuk ma’sur dicirikan dengan beberapa keunggulan narasi yang berasal dari para sahabat, tabi’un, atau ulama hadits. Sedangkan sharah dalam bentuk ra’y didominasi terutama oleh pemikiran rasional instruktur.

Adapun kitab yang menggunakan metode tahlili diantaranya adalah : Fath al Bari bi Syarhi Shahih Bukhari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, Ibanatul Ahkam bi Syarhi Buluqhul Maram karya Syamsuddin Muhamad Bin Yusuf Bin Ali al-Kirmani.

3. Metode Muqorin (Komparatif).

Metode Muqorin juga sering di sebut dengan metode tematik, di karenakan hanya mengkaji suatau hadist yang beragam.

Adapun yang dimaksud dari mensyarahi hadist dengan menggunakan metode muqorin adalah membandingkan suatu hadist yang memiliki redaksi sama atau kemiripan yang terdapat dalam suatu kasus yang sama, atau mempunyai redaksi yang berbeda akan tetapi dalam kasus yang sama, atau juga bisa membandingkan pendapat-pendapat dari para pensyarah hadist dalam mensyarahi hadist.

Dalam metode ini tidak hanya membandingkan hadis dengan hadis, tetapi juga membandingkan ragamnya syarah hadis dan pendapat ulama yang mengomentari, sehingga model ini terlihat beragam dalam pendapatnya.

Kitab yang menggunakan metode ini ialah Shahih Muslim bi al Syarh Nawawi, karya Imam Nawawi, Umdah Al-Qari Syarh Imam Bukhari, karya Badr al-Din Abu Muhammad Mahmud al-‘Aini, salah satu contoh hadis yang digunakan untuk metode ini, ialah tentang niat.

Adapun kelebihan dan kekurangan ialah memberikan wawasan lebih luas, membukan diri untuk bersikap toleran, dapat mengetahui beragamnya pendapat ulama, dan mengetahui banyak model hadis.

Adapun kekurangannya ialah tidak relevan bagi pembaca awal, tidak dapat menjawab masalah, hanya saja dapat memberikan pengertian, dan dapat mengetahui pendapat ulama baru.

Penulis: Muhammad Husnul
Mahasiswa UIN Maulana Balik Ibrahim Malang

Kirim Artikel

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI