Letak geografis Indonesia yang berupa pulau-pulau serta terbatasnya fasilitas kesehatan yang menyediakan alat hemodialisis merupakan salah satu hambatan bagi pasien gagal ginjal. Dalam menghadapai tantangan ini, maka diperlukan terapi modalitas penggantian ginjal yang efektif, ekonomis dan secara luas.
CAPD menjadi terapi pengganti ginjal yang semakin banyak digunakan karena tidak membutuhkan peralatan canggih atau fasilitas khusus sehingga memungkinkan pasien gagal ginjal dapat melakukan prosedur ini secara mandiri (Lydia, 2020).
Apa itu CAPD?
CAPD adalah suatu tindakan cuci darah yang di mana cairan dialisis dimasukkan melalui selang khusus ke dalam rongga perut.
Proses ini tidak menimbulkan rasa sakit dan hanya membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan hemodialisa yang bisa menghabiskan waktu 3-4 jam setiap tindakan tanpa bisa beraktivitas lebih (Nusantara et al., 2021). Metode ini ini juga lebih fleksibel karena pasien dapat melanjutkan aktifitas harian sambil tetap menjalankan terapi.
Bagaimana Cara Kerja CAPD?
Tubuh kita mempunyai selaput yang melapisi rongga perut, namanya peritoneum. Selaput ini dimanfaatkan sebagai filter alami dalam menyaring sisa-sisa limbah dan kelebihan cairan dari tubuh. Caranya, cairan dialisis dimasukkan kedalam rongga perut melalui selang kecil.
Cairan dialisis ini disimpan di dalam rongga perut selama 4 hingga 6 jam, selama waktu ini pasien CAPD dapat melakukan aktivitas lain sesuai kebutuhannya dan setelah itu cairan dalam rongga perut dikeluarkan lagi. Proses ini dilakukan secara terus menerus.
Baca Juga:Â Dukungan Keluarga sebagai Faktor Pendukung Perawatan Pasien CKD pada Terapi Peritoneal Dialisis
Kenapa CAPD Lebih Baik?
- Dapat dilakukan secara mandiri di rumah atau di tempat lain.
- Lebih fleksibel dalam melakukan aktivitas.
- Kualitas hidup yang lebih baik.
- Tidak memerlukan penusukan jarum.
- Terapi dialisis yang relatif lebih aman (Siahaan & Fathurrahman, 2023) (Gultom et al., 2021).
Kesimpulan
CAPD adalah pilihan terapi pengganti ginjal yang bagus untuk orang yang ingin menjalani cuci darah dengan cara yang lebih nyaman dan fleksibel. Dengan CAPD, pasien gagal ginjal tetap menjalani hidup yang aktif dan berkualitas.
Penulis:Â Hesti Sulistia Ningsih
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Dosen Pembimbing:Â Shanty Wardaningsih, S.Kep., M.Kep Jiwa.Ph.D
Editor:Â Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru di Google News
Referensi:
Gultom, M., Widani, N. L., & Supardi, S. (2021). PENGARUH TELENURSING TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI CONTINUOUS AMBULATORY PERITONEAL DIALYSIS (CAPD) DI RS PGI CIKINI JAKARTA. Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan, 16(1), Article 1. https://doi.org/10.35842/mr.v16i1.409
Lydia, A. (2020). Peran Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis dalam Pemerataan Layanan Pengganti Ginjal di Indonesia. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(3), 186. https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i3.469
Nusantara, D. T. H., Irawiraman, H., & Devianto, N. (2021). Perbandingan Kualitas Hidup Antara Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi CAPD dengan Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda: Comparison of Quality of Life Between Chronic Kidney Disease Patients Undergoing CAPD Therapy with Hemodialysis at Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 3(3), 365–369. https://doi.org/10.25026/jsk.v3i3.299
Siahaan, T. T. L., & Fathurrahman, H. (2023). Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis dengan Pasien Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. JURNAL IMPLEMENTA HUSADA, 4(3), Article 3. https://doi.org/10.30596/jih.v4i3.16384