Abstrack
Indonesia, which is divided into various regions, produces cultural diversity. This includes the Reog art from Ponorogo which has been recognized internationally.
Its popularity is able to spread to other regions, so that many artists from outside the Ponorogo region are involved in the Reog art. Like one of the Reog groups in Pacitan Regency which has had the opportunity to perform in several Pacitan areas.
The purpose of this research is to provide information and knowledge about Reog art through the artist’s point of view. Descriptive qualitative is the method used for this research to produce accurate information and can be useful for the general public.
Keywords: Reog, Javanese Arts, Reog Ponorogo, Reog Pacitan.
Abstrak
Indonesia yang terbagi menjadi berbagai daerah menghasilkan keanekaragaman budaya. Termasuk kesenian Reog khas Ponorogo yang telah diakui di kanca internasional. Popularitasnya mampu tersebar ke daerah lain, sehingga banyak seniman dari luar daerah Ponorogo yang menggeluti kesenian Reog.
Seperti salah satu paguyuban Reog di Kabupaten Pacitan yang telah berkesempatan tampil di beberapa daerah Pacitan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai kesenian Reog melalui sudut pandang senimannya.
Deskriptif kualitatif merupakan metode yang digunakan untuk penelitian ini guna menghasilkan informasi yang akurat dan dapat bermanfaat bagi khalayak umum.
Kata Kunci: Reog, Kesenian Jawa, Reog Ponorogo, Reog Pacitan.
Pendahuluan
Indonesia yang kaya akan kebudayaan patut dijaga keasliannya. Keberagaman budaya Indonesia sendiri menjadi suatu potensi yang tinggi jika dikelola dengan baik. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya wisatawan luar yang mengakui keberagaman Indonesia dan berbagai respon positif tentang Indonesia.
Terlepas dari pengakuan masyarakat luar, tak sedikit pula oknum-oknum yang berusaha mengambil alih budaya Indonesia seperti Reog khas Ponorogo. Reog adalah salah satu budaya tradisional Indonesia yang berasal dari Ponorogo dan masih berkaitan dengan hal-hal berbau mistis dalam setiap pementasannya (Fisabilillah dkk. 2022).
Reog bukan lagi kesenian yang asing di telinga masyarakat Indonesia. Ki Ageng Suryongalam merupakan seorang seniman yang membawa pertunjukan Reog untuk pertama kali dengan “Barongan” sebagai nama awal sebelum diganti menjadi Reog.
Sejarahnya diceritakan Kenala Suwandana dari Kerajaan Bantarangin ingin melamar Dewi Ragil Kuning atau Putri Sanggalangit dari Kerajaan Kediri.
Di tengah perjalanan Raja Kenala, Bujang Anom, dan warok yang dikenal sebagai pengawal raja dihadang oleh Raja Kediri bernama Singa Barong yang membawa pasukan hewan singa dan burung merak.
Keduanya kemudian bertarung, warok mengeluarkan kekuatan ilmu hitam yang mematikan untuk melawan pasukan Singa Barong. Setelah bertarung selama beberapa hari, kedua kubu tersebut memilih untuk berdamai. Raja Kelana dan Dewi Ragil Kuning pun bersatu.
Karena kepopulerannya, banyak seniman Indonesia yang ingin mempelajari kesenian Reog. Hingga saat ini, terhitung banyak sekali paguyuban Reog yang tersebar di seluruh Indonesia, sehingga masyarakat yang tidak berada di sekitar Ponorogo masih bisa menyaksikan pertunjukkan Reog melalui paguyuban di daerah tempat tinggal masing-masing disertasi ciri khasnya paguyuban tersebut.
Baca Juga: Reog Sepuh
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah wawancara dengan narasumber salah satu penari dalam paguyuban Reog Pacitan.
Hasil wawancara tersebut nantinya akan dikaji bersama dengan data informasi yang ada guna memberikan hasil penelitian yang dapat bermanfaat. Penelitian secara langsung juga dilakukan dengan melihat pertunjukan Reog pada acara Bazar UMKM Pacitan 2024.
Pembahasan
Pentas pada Bazar UMKM dan Rawat Budaya bukanlah pentas pertama bagi Komunitas Singo Umbaran, sehingga mereka jarang melakukan latihan bersama sebelum pementasan karena anggota komunitas telah menguasai jobdesk mereka masing-masing.
Hingga saat persiapan pentas, mereka fokus pada apa yang harus dipersiapkan oleh mereka sendiri. Seperti para jathil (penari) bersiap dengan merias diri dan memakai kostum sendiri, ganong yang memakai kostum sendiri, yogo (pengrawit) mempersiapkan alat musik di area pementasan, dan pembarong (penggigit dadak merak) mempersiapkan dadak merak dan dipasangkan ke barongan.
Para seniman Reog Ponorogo menilai bahwa Komunitas Singo Umbaran mampu mementaskan Reog Ponorogo dengan cara yang berbeda namun tidak melupakan keaslian Reog Ponorogo itu sendiri.
Alicya Margaretha Rusadi selaku penari jathil Komunitas Singo Umbaran mengungkapkan tingkat antusiasme masyarakat Pacitan terhadap pementasan Reog terbilang cukup ramai, berbeda dengan pementasan kesenian lain karena Reog sering diadakan di area terbuka dan umumnya gratis.
Diperlukan kontribusi penyebaran pamflet acara secara luas agar dapat menggaet lebih banyak penonton. Pacitan yang masih bisa dibilang wilayah kabupaten yang masih terjaga kebudayaannya memberikan respon positif setiap adanya kegiatan kebudayaan.
Meskipun jarak tempat tinggal menuju lokasi pementasan Reog cukup jauh, tidak memudarkan semangat warga Pacitan untuk bisa menyaksikan Reog milik Komunitas Singo Umbaran.
Tingkat usia penonton dimulai dari anak kecil hingga lansia. Perkembangan zaman yang mampu memengaruhi berbagai sektor kesenian tidak berlaku pada kesenian Reog.
“Justru sekarang banyak anak-anak muda yang ingin belajar dan menjadi bagian dari kesenian Reog,” ungkap Alicya.
Pementasan Reog yang sering diadakan pada area terbuka memberikan dampak positif bagi kelestarian Reog itu sendiri dengan banyaknya peminat yang ingin mempelajari Reog.
Komunitas Singo Umbaran pun selalu melakukan regenerasi sehingga tidak akan kehabisan atau kehilangan seniman Reog. Artinya, eksistensi Reog masih akan tetap terjaga sebagai salah satu budaya Indonesia selama masyarakat selalu mengelola dan memeliharanya dengan baik.
Baca Juga: Reog Krida Sayekti Sendratari Ramayana “Anoman Obong”
Simpulan
Melalui hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat Pacitan masih memelihara kebudayaan Indonesia. Dibuktikan dengan banyaknya pementasan kesenian Reog dan antusiasme masyarakat mengenai pementasan tersebut.
Pemerintah setempat memberikan dukungan dengan memberikan ruang bagi para seniman untuk menunjukkan hasil kesenian mereka kepada khalayak umum.
Para seniman, penonton, dan pemerintah menjadi pelaku dalam kelestarian suatu budaya. Hal ini patut diapresiasi karena budaya tradisional Indonesia mampu bersaing dengan kemajuan teknologi saat ini
Penulis: Renanta Lintang Prasetyo (241481087)
Mahasiswa Prodi Film dan Televisi Institut Seni Indonesia Surakarta
Editor: Ika Ayuni Lestari
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Daftar Acuan
Fisabilillah, Ainun dkk. (2022). Mengenal Sejarah dan Filosofi Seni Pertunjukan Ayaanayaan Reog Ponorogo “The Culture of Java” Taruna Adhinanta di Universitas PGRI Madiun. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 5 No. 1, Juni (2022): 24–31.
Ikuti berita terbaru di Google News