Pada tanggal (26/12/2004) silam telah terjadi gelombang tsunami yang menyapu pesisir Aceh saat gempa dangkal berkekuatan (M) 9,3. Tak disangka prediksi ancaman tsunami berskala besar kini dikeluarkan oleh Kepala Laboratium Geodesi Institut Teknologi Bandung (ITB) Heri Andreas menyampaikan berdasarkan data dari Global Navigation Satellite System (GNSS) dikonfirmasi adanya akumulasi energi di bagian megathrust Selat Sunda hingga pesisir selatan Pulau Jawa. Berdasarkan hasil pemodelan, jika gempa besar terjadi berskala mencapai (M) 8,7 hingga 9,0, bisa diikuti tsunami setinggi 20 meter.
Namun BMKG menyebutkan sampai kini masih belum ada teknologi prediksi gempa dengan tepat dan akurat termasuk meramalkan kapan terjadinya bencana tersebut. Tentu saja berita seperti ini membuat sebagian masyarakat cemas namun ada juga yang tetap tenang. Bencana alam adalah kejadian yang tidak bisa diprediksi pasti kapan datangnya.
Baca Juga: Penerapan Konsep Jabariyah dan Qadariyah dalam Menghadapi Bencana Banjir
Menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang diakibatkan oleh alam, Indonesia termasuk negara yang memiliki jenis bencana alam seperti angin topan, banjir, tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan gunung meletus, banyak sekali akibat buruk dari bencana alam yang sering terjadi tersebut seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kerusakan tempat tinggal, kehilangan aset-aset berharga dan lain sebagainya.
Hal yang dapat dilakukan hanyalah mempersiapkan diri. Contoh persiapannya yaitu pelatihan simulasi bencana alam yang diadakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini sangatlah dibutuhkan guna mengatasi risiko lebih banyak menelan korban. Saat kita terkena musibah biasanya akan panik sehingga gerak tubuh tidak beraturan mengarah ke mana, dan kebanyakan hal seperti itulah yang sering menelan korban jiwa.
Dilansir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tindakan penyelamatan yang pertama yaitu jangan panik kemudian penyelamatan diri pastikan selalu melindungi kepala dan bagian vital lainnya. Atur pernafasan agar tetap stabil, jika mengalami sesak maka lakukan nafas panjang berulang kali. Jika dalam keramaian jangan berlarian atau saling dorong mendorong, cukup jalan cepat jangan berdesak desakan agar tidak membahayakan satu sama lain dan utamakan lansia ataupun ibu hamil, tetap bersama keluarga dan jangan sampai terpisah.
Cari tempat aman ataupun lokasi yang memiliki risiko kecil terkena dampak bencana. Jika tempat tinggal kita berada di pesisir pantai kita harus lebih waspada dengan datangnya tsunami secara tiba-tiba. Jika ada peringatan akan bencana, lebih baik kita sudah mempersiapkan barang penting ke dalam tas ransel guna mempersingkat waktu untuk menyelamatkan diri.
Seandainya pun tidak ada persiapan, langkah awal yang dilakukan yaitu mengamankan diri dan tidak mengambil semua barang untuk di selamatkan karena akan mengulur waktu. Apabila terjadi gempa, kemudian air laut surut secara tiba-tiba, segera lah lari menjauh dari pantai dan mencari tempat yang lebih tinggi karena kemungkinan tsunami akan terjadi.
Baca Juga: Mahasiswa Kampus Mengajar Adakan Sosialisasi Mitigasi Bencana untuk Sekolah Dasar
Apabila rumah kita di pinggir tebing maka saat musim hujan jangan sering dekat-dekat dengan tanah, karena pada saat curah hujan tinggi mengakibatkan tanah mudah longsor. Saat terjadi gempa, selalu lindungi kepala dan bagian belakang kepala, jauhi barang-barang yang mudah roboh termasuk pohon, cari tempat hamparan luas seperti lapangan.
Sulit ditebak kapan pasti datangnya bencana alam, dan bagaimana jika menghadapi bencana secara tiba-tiba tanpa adanya persiapan dan latihan simulasi bencana alam? Tentu warga akan berlarian ke sana kemari tanpa tujuan yang jelas serta kemungkinan akan terjadinya saling dorong mendorong, hal ini memiliki risiko tinggi terpisah dari keluarga, bukan lagi bahaya karena bencana alam namun bahaya karena kepanikan.
Itulah mengapa BPBD setempat harus mengedukasi warganya agar mengenali jenis-jenis ancaman bencana alam yang ada di sekitar mereka. Terutama pada sekolahan yang saya rasa harus ada pelatihan simulasi bencana, dikarenakan saat mengalami bencana alam di luar rumah atau jauh dari keluarga cenderung membuat mereka dua kali lebih panik ketimbang saat mengalami bencana di lingkup keluarga. Tak dipungkiri semua yang terjadi pastilah ada risikonya namun selagi kita bisa mencoba mengantisipasi risiko terburuknya, kenapa tidak? Maka dari itu pelatihan simulasi bencana alam ini sangat diperlukan.
Dampak dari bencana alam tidak hanya memberikan negatifnya saja, namun memberikan dampak positifnya juga, dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari Universitas Austral de Chile dan Institut Ilmu Kelautan (MSI) pada University of California Santa Barbara, menemukan penemuan yang ternyata gempa dan tsunami membawa dampak positif bagi alam seperti flora dan fauna kembali ke pantai yang sudah lama tidak ditempati setelah gempa dan tsunami. Serta terbentuknya dataran-dataran baru dan pelebaran pantai.
Baca Juga: Dampak Erupsi Gunung Semeru terhadap Masyarakat Sekitar
Karena bencana alam jugalah jiwa sosial di antara kita akan tumbuh semakin besar. Biasanya ketika terjadi bencana alam di suatu daerah maka di daerah lain pasti akan mengadakan penggolongan donasi untuk korban bencana. Contoh seperti itu yang membuat kita sesama makhluk hidup semakin dekat.
Selain pentingnya mempersiapkan diri menghadapi bencana, pemerintah daerah juga mengajarkan pada masyarakat untuk dapat mengolah sumber daya dari dampak bencana, sehingga yang didapatkan bukan hanya negatifnya saja, namun juga mendapatkan dampak positifnya. Kita sebagai orang Indonesia harus pandai dalam menyikapi segala hal sesuatu yang terjadi dengan bijak dan benar. Dengan adanya bencana alam dapat mendorong para ilmuan untuk membuat penemuan-penemuan baru yang bisa meminimalisir risiko bencana alam yang ada di Indonesia.
Dikutip dari Live Science menyebutkan bahwa negara Jepang sering mengalami gempa bumi akibat posisi negaranya yang berada di atas empat lempengan besar kerak bumi yang disebut lempeng tektonik. Lempengan-lempengan ini saling bertabrakan dan memicu gempa bumi mematikan, hal itu bukan menjadi alasan untuk menyerah dan takut namun warga Jepang justru membuat penemuan baru yaitu rumah anti gempa fungsinya untuk meminimalisir kerusakan atau korban jiwa akibat gempa itu sendiri.
Maka dari itu semua persiapan dalam menghadapi bencana sangat penting bagi kemajuan hidup bahkan Negara kita. Dan perlu kita sadari juga agar tidak egois saat menyelamatkan diri dari bencana terlebih ketika sudah mendapat pelatihan simulasi bencana alam. Dan pada akhirnya semua adalah kehendak Allah SWT, manusia hanya bisa berusaha tetapi yang terpenting adalah selalu mendekatkan diri pada sang pencipta agar selalu dalam lindungannya.
Anisa Aulia
Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Muhammadyah Malang
Editor: Diana Pratiwi