Menuju Indonesia Cemas 2045: Menghadapi Tantangan Turunnya Kualiatas Sumber Daya Manusia

Indonesia ditargetkan akan memasuki masa keemasan pada tahun 2045 saat genap berusia 100 tahun sejak berdirinnya bangsa ini. Pada tahun 2045 bangsa ini diharapkan bisa menjadi negara maju, modern, serta sejajar dengan negara-negara adidaya di dunia. Salah satu pilar utama pemerintah untuk mencapai Indonesia Emas 2045 adalah pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Apakah Indonesia Emas 2045 merupakan kenyataan atau hanya sekedar fatamorgana belaka?

Salah satu penggerak utama kemajuan bangsa adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Akan tetapi, kualitas SDM di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Hal ini merupakan ironi bagi bangsa kita. Terlebih lagi bangsa Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, jika hal ini tidak diimbangi dengan SDM yang berkualitas, maka SDA yang dimiliki akan sia-sia belaka atau bahkan bisa dicuri oleh negara lain.

Di saat negara lain sudah sibuk mengembangkan teknologi untuk masa depan. Negara kita masih berperang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusiannya. Kurangnya literasi dan terbatasnya akses pendidikan menjadi penyebab utama penurunan kualitas SDM di Indonesia.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca juga: Misi Negara dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Menurut data dari BPS (Badan Pusat Statistik), mayoritas tenaga kerja di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan mulai dari SD ke bawah, mencapai 39,76% pada Februari 2023. Sementara itu, hanya sebagian kecil dari tenaga kerja yang memiliki pendidikan Diploma I/II/III, yakni sekitar 2,20% menurut data yang sama, dan mereka yang lulus dari pendidikan Diploma IV, S1, S2, S3 mencapai sekitar 9,31%.

Data ini menggambarkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia masih jauh dari standar yang diharapkan. Padahal, pendidikan dan pelatihan yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial masyarakat merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas SDM.

Kurangnya literasi juga berdampak pada kualitas SDM di Indonesia. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang rajin membaca.

Hal ini diperparah dengan fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di media sosial. Di mana netizen dari Indonesia seakan “Ganas” jika menanggapi suatu peristiwa di media sosial meskipun mereka tidak mengetahui kebenarannya atau akar masalahnya. Mereka seolah-olah merupakan orang yang paling tahu akan suatu peristiwa dan menghiraukan bahkan mencaci pendapat yang bertentangan dengan mereka. Jika kejadian seperti ini terus berlanjut bukan tidak mungkin jika kualitas SDM di Indonesia akan terus mengalami penurunan.

Baca juga: Mengupas Tantangan Kesehatan Mental dan Emosional Mahasiswa Indonesia: Membangun Kesejahteraan di Era Pendidikan Tinggi

Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Apa kendala utama dalam sistem pendidikan di Indonesia?

Yang pertama adalah aksesibilitas, dimana banyak anak kesulitan untuk mengakses sekolah karena ketidakmerataan dan keterbatasan fasilitas pendidikan. Selain kendala tersebut, jarak dan jalur menuju sekolah juga menjadi tantangan tersendiri. Di beberapa daerah, kita sering melihat video viral siswa yang harus berjalan puluhan kilometer atau melewati jembatan gantung serta sungai dengan perahu kecil untuk mencapai sekolah. Ini menunjukkan bahwa aksesibilitas terhadap pendidikan masih sangat terbatas.

Untuk itu pemerintah harus segera melalukan perbaikan untuk masalah ini. Pemerintah perlu meningkatkan insfrastruktur pendidikan, seperti membangun lebih banyak sekolah di daerah-daerah terpencil dan meningkatkan akses transportasi menuju sekolah. Selain itu, teknologi juga bisa menjadi alternatif untuk masalah ini, misalnya dengan menyediakan pembelajaran jarak jauh atau e-learning yang bisa diakses dimana saja. Selanjutnya, program beasiswa atau bantuan biaya pendidikan juga dapat membantu mengurangi hambatan finansial bagi anak-anak yang kesulitan mengakses pendidikan.

Permasalahan kedua adalah rendahnya kualitas pembelajaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan yang efektif pada proses pembelajaran. Kontrol yang lemah atau bahkan serba membolehkan terhadap kondisi-kondisi tertentu membuat kualitas pembelajaran menjadi cacat. Masih banyak terjadi kasus seperti meluluskan siswa yang sebenarnya belum layak untuk lulus hanya karena tidak berat hati atau mentoleransi hal seperti itu. Kebijakan seperti ini secara tidak langsung akan mematikan daya saing dalam belajar dan turunnya kualitas pembelajaran.

Meningkatkan sistem pengawasan yang efektif terhadap proses pembelajaran merupakan salah satu cara mencegah turunnya kualitas pembelajaran. Penilaian yang adil dan transparan terhadap siswa serta kinerja guru akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penanaman karakter pada siswa juga merupakan hal yang penting karena akan berdampak langsung pada semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Baca juga: Prinsip Kepemimpinan Rasulullah SAW dalam Islam Terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter

Permasalahan ketiga, yaitu relevansi pendidikan. Indonesia memiliki masalah besar terhadap pendidikan yaitu apa yang diajarkan di dunia pendidikan tidak sejalan dengan apa yang dibutuhkan di dunia kerja. Masalah ini menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia yang tinggi. Data dari BPS pada Februari 2023 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran di Indonesia sebesar 5,45%.

Penting untuk meninjau kembali kurikulum pendidikan untuk memastikan bahwa mata pelajaran dan keterampilan yang diajarkan relevan dengan pasar kerja. Pada era digital keterampilan seperti teknologi informasi, keahlian digital, keterampilan komunikasi, dan kepemimpinan akan sangat dicari dalam dunia kerja. Selain itu, mengintegrasikan program magang dan praktek kerja dalam kurikulum pendidikan dapat membuat siswa mempunyai pengalaman langsung serta mengembangkan keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja.

Apakah Literasi itu Penting?

Menurut UNESCO “The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization”, Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya. Literasi sangat penting untuk diterapkan di era media sosial seperti sekarang ini. Banyak masyarakat yang menggunakan media sosial tanpa mengetahui dampak positif dan negatifnya sehingga rusaknya sopan santun ketika menggunakan media sosial. Hal tersebut bisa menyebabkan adanya cyber bullying atau bahkan cyber crime.

Di era media sosial seperti saat ini, berita atau peristiwa akan sangat cepat penyebarannya kesegala penjuru dunia. Dengan begitu literasi memiliki peran yang penting agar seseorang tidak mudah termakan hoax. Seseorang yang kurang literasi akan cenderung mencaci atau menghujat ketika bertemu suatu permasalahan di media sosial. Mereka merasa paling benar dan bertahan dengan kesalahanya. Seperti yang akhir-akhir ini terjadi di media sosial di mana seseorang menghina orang yang berkuliah dengan berkata bahwa kuliah itu cuma pengangguran dengan gaya. Kejadian seperti ini sangat disayangkan karena perkataan itu tidak layak untuk diucapkan.

Emas atau Cemas

Indonesia Emas 2045 akan menjadi angan-angan semata jika hal-hal diatas tidak segera dibenahi. Agar cita-cita bangsa Indonesia ini terwujud haruslah pemerintah melalukan upaya perbaikan maupun pembaruan. Selain itu, masyarakat juga harus menyukseskan program-program dari pemerintah agar tercipta perubahan bagi bangsa Indonesia. Semua elemen bangsa Indonesia harus bersama-sama dalam satu tujuan menggapai Indonesia Emas 2045.

Bagaikan menata batu bata, lama-kelamaan, batu bata yang tersusun akan menjadi kokoh. Begitupun dengan perubahan, perubahan tidak dapat dilakukan dengan instan. Akan tetapi, perubahan tercipta akan perbaikan sedikit demi sedikit, semakin rajin kita melakukan perbaikan maka semakin cepat pula perubahan terjadi. Mulailah perbaiki dari diri sendiri agar bangsa Indonesia menjadi emas bukan cemas. Menjadi emas itu pilihan yang harus diwujudkan bukan harapan yang dibiarkan hilang.

 

Penulis: Muhammad Rizqi Saputra
Mahasiswa jurusan Matematika, Universitas Sebelas Maret

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi 

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI