Minum, Gigit, Lenyap: Revolusi Kemasan Edible Cup Ramah Lingkungan

Minum, Gigit, Lenyap: Revolusi Kemasan Edible Cup Ramah Lingkungan

Permasalahan sampah plastik telah menjadi isu global yang membutuhkan solusi inovatif dan berkelanjutan. Salah satu terobosan yang menarik adalah pengembangan edible cup atau gelas yang dapat dimakan sebagai alternatif pengganti kemasan plastik konvensional. Inovasi ini tidak hanya menawarkan experience unik bagi konsumen tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

Edible cup dikembangkan menggunakan bahan-bahan alami yang aman dikonsumsi, seperti pati kentang, gelatin, agar-agar, dan protein nabati. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kowalczyk et al. (2021), penggunaan hidrokoloid alami seperti karagenan dan pektin dapat menghasilkan kemasan yang kuat namun tetap aman dikonsumsi.

Tekstur edible cup dirancang untuk tetap stabil saat berisi minuman namun cukup lentur untuk digigit. Edible cup menawarkan solusi zero waste yang optimal. Menurut Tan et al. (2023) menunjukkan bahwa penggantian kemasan plastik sekali pakai dengan alternatif yang dapat terurai secara alami dapat mengurangi tumpukan sampah plastik hingga 40%.

Edible cup yang tidak dikonsumsi akan terurai secara alami dalam waktu singkat tanpa meninggalkan residu berbahaya. Aspek keamanan pangan menjadi prioritas dalam pengembangan edible cup. Studi yang dilakukan oleh Mateshwari dan Arivuchudar (2024) membuktikan bahwa formulasi edible cup dengan penambahan antimikroba alami dapat menjaga kualitas produk selama penyimpanan. Standar keamanan pangan yang ketat diterapkan dalam proses produksi untuk memastikan produk aman untuk dikonsumsi.

Bacaan Lainnya

Dari segi ekonomi, biaya produksi edible cup saat ini masih lebih tinggi dibandingkan kemasan plastik konvensional, dapat diproyeksikan adanya penurunan biaya seiring dengan pengembangan teknologi dan peningkatan skala produksi.

Potensi pasar untuk produk ramah lingkungan terus meningkat seiring dengan kesadaran konsumen terhadap isu lingkungan. Implementasi edible cup telah mulai diterapkan di berbagai negara. Di Inggris, startup Evoware telah berhasil mengembangkan edible cup berbahan dasar rumput laut yang telah didistribusikan ke berbagai coffee shop.

Baca Juga: Green Construction, Bangunan Ramah Lingkungan yang Dibuat Dengan Menggunakan Teknologi Tepat

Disisi lain, perusahaan Marushige Seika yang berasal dari Negara Kiyoshi telah memproduksi edible cup berbahan dasar pati yang dapat bertahan hingga satu jam saat diisi minuman. Tidak kalah pentingnya, Indonesia memiliki produk unggulan kemasan edible cup bermerek Ello Jello.

Ello Jello, salah satu pelopor edible cup di Indonesia, telah membuktikan bahwa inovasi lokal mampu memberikan dampak global. Dengan memanfaatkan kekayaan laut Indonesia berupa rumput laut sebagai bahan baku utama, produk ini tidak hanya mendukung ekonomi pesisir tetapi juga menciptakan alternatif kemasan yang sepenuhnya dapat terurai secara alami.

Keunikan produk ini terletak pada komposisinya yang aman dikonsumsi, tekstur yang menyenangkan, serta variasi warna dan rasa yang menggugah selera. Hal ini sejalan dengan Roadmap Riset Nasional 2020-2045 menempatkan pengembangan material ramah lingkungan sebagai salah satu fokus utama.

Target pada tahun 2045 adalah menjadikan Indonesia sebagai pusat riset dan pengembangan kemasan ramah lingkungan di Asia Tenggara. Serta berkontribusi pada pencapaian 5 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang menjadi bagian dari visi Indonesia 2045.

Pengembangan edible cup di Indonesia bukan sekadar solusi jangka pendek untuk masalah sampah plastik, melainkan bagian integral dari visi besar Indonesia Emas 2045. Melalui kolaborasi berbagai stakeholder dan dukungan kebijakan yang tepat, inovasi ini berpotensi mengantarkan Indonesia mewujudkan teknologi kemasan ramah lingkungan.

Diperlukan komitmen berkelanjutan dari seluruh elemen masyarakat untuk mewujudkan transformasi ini, sehingga dapat memberikan manfaat optimal bagi generasi mendatang dan mendukung tercapainya visi Indonesia sebagai negara maju yang berkelanjutan pada tahun 2045.

 

Penulis: Zaki Muhammad Husyemi Rafsanjani
Mahasiswa Jurusan Ilmu Pangan, IPB University, Bogor

 

Daftar Pustaka

Kowalczyk, D., Szymanowska, U., Skrzypek, T., Basiura-Cembala, M., Łupina, K., & Biendl, M. (2021). Edible films based on gelatin, carboxymethyl cellulose, and their blends as carriers of potassium salts of iso-α-acids: Structural, physicochemical and antioxidant properties. Food Hydrocolloids, 115, 106574. doi: 10.1016/j.foodhyd.2020.106574.

Tan Y, Wen Z, Hu Y, Zeng X, Kosajan V, Yin G, Zhang T. Single-use plastic bag alternatives result in higher environmental impacts: Multi-regional analysis in country with uneven waste management. Waste Management. 2023 Nov 1;171:281-91. doi: /10.1016/j.wasman.2023.08.040.

Matheswari, K. B., & Arivuchudar, R. (2024). Physicochemical and Sensory Properties of Edible Cups Conceptualized from Food By-Products. Biosciences Biotechnology Research Asia, 21(1), 255-260. doi: /10.13005/bbra/3221.

Economic Research Institute. (2023). Market Analysis: Sustainable Packaging Solutions 2023-2028. Global Market Insights Report Series.

Bappenas. (2023). Visi Indonesia 2045: Menuju Negara Maju dan Berkelanjutan. Jakarta: Bappenas.

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses