Tak lengap rasanya apabila berkunjung ke suatu daerah tanpa mencicipi kuliner khas setempat. Jika berkunjung ke Kota Pemalang, ada makanan yang wajib untuk anda cicipi yaitu nasi grombyang. Nasi grombyang ini adalah makanan legendaris khas Pemalang yang berisi irisan daging kerbau dengan kuahnya yang mirip rawon, namun memiliki warna kekuningan dan disajikan dalam mangkuk kecil.
Terdapat beberapa rumah makan yang menyajikan nasi grombyang. Beberapa sudah sangat terkenal dengan sajian khas nasi grombyangnya, seperti Rumah Makan Grombyang Haji Warso yang selalu ramai dikunjungi. Ciri khas dari nasi grombyang juga terletak pada rumah makannya. Nasi grombyang ditaruh di kuali besar, tempat nasi ditutupi dengan kain merah, dan diterangi oleh lampu templok atau lilin. Pembeli menikmati hidangan dengan duduk di kursi kecil pendek.
Makanan ini memang sekilas mirip dengan soto yang menggunakan mangkuk kecil. Tampilannya pun mirip. Tidak heran jika beberapa orang menganggap nasi grombyang ini sejenis dengan soto. Hal yang membedakan nasi grombyang dengan soto adalah isian yang tidak menggunakan bihun dan tauge. “Dari segi penampilan cukup menarik ya, ternyata dari segi rasanya juga enak. Saya jadi ketagihan untuk mencobanya lagi,” ujar Aris, salah satu penikmat nasi grombyang. Seperti halnya soto yang tak lengkap rasanya apabila tidak didampingi dengan lauk pauk yang lain. Nasi grombyang juga tak lengkap rasanya apabila tidak didampingi dengan sate babat dan daging kambing.
Nasi Grombyang cukup banyak dijual di Pemalang. Mulai dari alun-laun, terminal, dan pinggir jalan. Hal yang menaik lainnya yaitu dari asal usul nama namanya. Namanya berasal dari proses penyajiannya saat dibawa dan kuahnya yang melimpah sampai meluap ke bibir mangkok. Kuah yang melimpah dan nyaris tumpah ini kemudian dalam bahasa setempat dikatakan “grombyang”, yang hingga saat ini disebut nasi grombyang. Nasi grombyang cukup meraup kocek sekitar Rp.15.000. Anda bisa menikmati nasi grombyang yang nikmat dengan bumbu rempahnya yang menyatu dengan kuah. Bila ditambah dengan sate babatnya hanya meraup Rp.5.000 per tusuk.
Moch Faiz Elmutaqin
Mahasiswa Universitas Semarang
Editor: Sitti Fathimah Herdarina Darsim
Baca Juga:
Kuliner Tradisional Nasi Gegok yang Menggoyang Lidah
Semawis, Destinasi Wisata Kuliner Semarang, Mahasiswa Harus Mencoba
Amazing! Pasar Jajan Tradisional Kampung Budaya Polowijen 2 Jam Ludes Diserbu Wisatawan