Muhammadiyah dan Tantangan Pendidikan di Era Virtual

Muhammadiyah dan Tantangan Pendidikan

Berdasarkan surat edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah disampaikan bahwa tepat pada tanggal 18 November 2021 M Muhammadiyah genap berusia 109 tahun (dihitung dari kelahirannya pada tanggal 18 November 1912 M).

Sejak berdirinya Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga hari ini yang usianya menginjak 109 tahun sekarang ini, Persyarikatan Muhammadiyah masih konsisten dalam menunaikan dedikasinya untuk bangsa yaitu berdakwah dengan gagasan utama core valuenya di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi sosial, filantropi dan berbagai macam dakwah lainnya.

Hingga detik ini kontribusi Muhammadiyah dalam dunia pendidikan masih eksis di tengah kehidupan sosial masyarakat. Bahkan justru Muhammadiyah baru-baru ini sedang melakukan ekspansi dalam pergerakan dakwahnya dengan membangun institusi Pendidikan perguruan tinggi pertama di luar Negeri di Malaysia.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Dilema Masyarakat Daerah Tertinggal, Akan Hak Pendidikan yang Terasa “Mengganjal”

Hal tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah sangat konsen sekali dalam pengembangan di bidang  SDM, Semata-mata ini sejalan dan searah dengan misi konstitusi UUD 1945, yakni mencerdaskan kehidupan berbangsa. Dengan demikian penyebaran dakwah Muhammadiyah dalam bidang Pendidikan telah mengalami kemajuan yang cukup masif dari skala Nasional sampai pada taraf International global.

Perkembangan zaman yang begitu pesat di era modern saat ini justru menjadi titik balik bagi persyarikatan Muhammadiyah untuk menyiapkan infrastruktur SDM yang unggul dalam mewujudkan Indonesia yang berkemajuan. Tentu hal ini disadari betul bahwa Negara-negara maju di luar sana sangat mengoptimalkan bagaimana pembangunan sumber daya manusia menjadi fondasi utama dalam memajukan sebuah Negara.

Sementara itu Indonesia dianugerahi oleh Tuhan dengan sumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk muslim terbesar di Dunia, namun masih belum masuk kategori menjadi Negara maju karena sumber daya manusianya belum berada dalam tingkat posisi level kualitas seperti Negara-negara maju.

Menurut “Arnold Toynbee dalam bukunya study of history mengatakan bahwa kemajuan suatu Negara ditentukan oleh creative minority (masyarakat kreatif minoritas) yang mampu membawanya menuju gerbang kemajuan suatu peradaban”.

Selain bergerak dibidang pengembangan Pendidikan formal, Muhammadiyah juga memunculkan Pendidikan kader dibidang dakwah dan Lembaga Muhammadiyah Boarding School (MBS). Fokus dari pergerakan ini adalah diharap kaderisasi Muhammadiyah dapat melahirkan para intelektual muslim yang menguasai khazanah keilmuan agama dan sains sebagai ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Pendidikan Anak di Masa Pandemi Covid-19

Hal tersebut sejak awal telah  ditanamkan oleh K.H Ahmad Dahlan kepada para santrinya untuk menjadi sosok muslim yang tidak hanya cakap dalam ranah keimanan atau spiritualitas, tapi juga menguasai ruang-ruang pemikiran atau intelektualitas dan semuanya dituangkan dalam aksi Gerakan kemanusiaan.

Pendidikan dan Revolusi Digital

Lahirnya Muhammadiyah dengan menyongsong Gerakan pembaruan (tajdid) bagi Pendidikan yang dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan selaku pendiri Muhammadiyah diawal-awal berdirinya tahun 1912 adalah dengan fasilitas dan sarana belajar yang amat sederhana.

Sedangkan kurikulum yang dipakai Muhammadiyah mengelaborasi antara Pendidikan agama dengan Pendidikan umum. Namun di era kemajuan teknologi Muhammadiyah dituntut untuk menjawab tantangan Pendidikan yang hari ini serba menggunakan fasilitas teknologi digital.

Pendidikan hari ini merupakan Pendidikan yang identik dengan pemanfaatan teknologi digital (digitalisasi) dalam proses kegiatan pembelajaran tenaga pendidik sering menggunakan sistem baru cyber (cyber system). Sehingga sistem tersebut dapat digunakan sebagai tools pembelajaran agar dapat jauh lebih mudah.

Sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun. Apalagi dengan adanya pandemic system pembelajaran nasional sangat bergantung pada sarana-sarana digital yang dikerjakan secara virtual. Tentu ini merupakan berkah dari adanya teknologi.

Di penghujung abad 21 ini bahwa tantangan terbesar adalah terkait dengan Pendidikan. Maka jika tidak mengubah pola cara mendidik dan cara belajar maka di masa depan kita akan mengalami kesulitan besar dan akan tertinggal dengan bangsa-bangsa lain.

Mengingat kompetisi di era globalisasi saat ini begitu pesat, maka sistem Pendidikan kita memerlukan gagasan pembaharu seperti meningkatkan daya minat baca, keterampilan dan pengembangan skill, jika ketiga ini tidak terimplementasikan maka dimasa depan anak didik kita akan sulit untuk berkompetisi dengan persaingan robot. Karena itu Pendidikan kita perlu beradaptasi dengan kemajuan teknologi.

Baca Juga: Fasilitas yang Unggul untuk Pendidikan yang Unggul

Secara umum tantangan Pendidikan di era teknologi adalah sebagai berikut: pertama, secara global digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1-2 Milliar pekerjaan sepanjang tahun 2016-2026 karena para pekerja operator pabrik yang mulanya ditempati manusia kini dapat diganti oleh robot atau mesin.

Contohnya sistem produksi yang mulanya dikerjakan manusia kini dapat dilakukan oleh mesin robot. Kedua, di masa depan mungkin 70% anak didik kita akan mengalami perubahan profesi yang dulunya kita semua tidak pernah terpikirkan.

Dengan demikian di balik tantangan tersebut juga ada peluang yang meliputi Pendidikan di era teknologi yaitu: Pertama, di era serba digital justru sangat berpotensi untuk memberikan peningkatan jumlah tenaga kerja hingga 3.1 juta pekerjaan baru di tahun 2025.

Tentunya peluang ini tidak dapat disambut dengan enteng justru perlunya kita menyiapkan sumber daya manusia yang unggul, cerdas dan kreatif. Kedua, terdapat potensi lapangan pekerjaan baru untuk mengerjakan produk mesin atau robot yang nantinya akan dipekerjakan ditempat-tempat pabrik.

Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan dan peluang tersebut Pendidikan Muhammadiyah perlu mencari jawaban melalui Gerakan pembaruan (tajdid) dan ijtihad dengan semangat yang besar, bahwa masa depan umat akan ditentukan dari sistem Pendidikan yang kita berikan hari ini di tengah arus tantangan zaman yang semakin kompleks.

Maka Muhammadiyah perlu melakukan beberapa macam strategi diantaranya sebagai berikut:

  1. Menyiapkan infrastruktur digital dan pengembangan sumber daya manusia
  2. Mendorong seluruh kader Muhammadiyah untuk terbiasa dengan sistem pembelajaran digital.
  3. Melakukan riset dan pengembangan artificial intelligence yang didasarkan pada akselerasi digital skill.
  4. Membangun Kerjasama dengan dunia luar untuk meningkatkan wawasan, skill, dan pengalaman, untuk memantau terjadinya perubahan profesi di masa depan (learning from the best).
  5. Memasukkan di setiap kurikulum dengan materi yang berhubungan dengan internet of things.

Semoga di usianya yang ke 109 ini harapan ke depannya Muhammadiyah dapat terus berkembang dan mengimplementasikan seluruh gagasan terbaiknya dalam dunia Pendidikan dan juga dalam melakukan Gerakan-gerakan dakwah sosial sebagaimana dalam menjaga spirit Amar Ma’ruf nahi munkar.

Meminjam istilah dari Buya Syafii Maarif, walaupun kesannya Muhammadiyah ini adalah ormas pembantu Pemerintah, namun jika Pendidikan Muhammadiyah dapat merespons tantangan zaman, Maka kita sebagai bangsa Indonesia akan semakin optimis dalam melahirkan generasi yang beriman, bertakwa dan cerdas dalam berpendidikan.

Mizani Alam, S.H
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Editor: Diana Pratiwi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI