Paradigma Pendidikan Demokratis VS Pendidikan Otoriter

opini
Ilustrasi: Pixabay.com

Berbicara tentang pendidikan memang tidak ada habisnya, karena pendidikan itu suatu hal yang sangat menarik dan selalu diperbincangkan setiap saat. Dengan pendidikan, kita dapat mengubah pola pikir manusia dan diharapkan manusia dapat mengubah tatanan dunia menjadi lebih baik.

Menurut Pasal 1 Ayat 1 UU RI Nomor 20 tentang SISDIKNAS Tahun 2003, pendidikan yaitu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Demokratis adalah hal yang bagus, apalagi mengenai pendidikan. Pendidikan yang demokratis merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada para siswa untuk menggali potensi dirinya di dalam sekolah.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Menilik Ketercapaian Tujuan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Melalui Pendidikan Tinggi: Pendidikan yang Tertinggal dan Terlupakan

Hal ini tercantum pada UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”. Sehingga pendidikan yang demokratis dapat diartikan sebagai suatu sistem yang dapat menunjang para siswa untuk bersikap kritis, inovatif, dan dapat mengembangkan daya intelektual dalam lingkup pendidikan formal.

Dengan hal tersebut kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang menghidupkan dialog, dan mengaktifkan suasana belajar.

Sebaliknya, lawan dari demokratis adalah otoriter. Otoriter merupakan hal yang kurang baik untuk pendidikan. Di mana pendidikan yang otoriter dapat menekan atau menguasai para siswa, sehingga para siswa merasa tidak nyaman dan dapat berakibat buruk untuk pendidikan siswa tersebut.

Biasanya pendidikan yang otoriter dimulai dari lingkungan keluarga, yang mana orang tua terlalu memaksakan atau memanjakan anaknya. Sehingga anak merasa takut, keras kepala, atau bersikap seenaknya dengan melakukan tindakan-tindakan yang kurang pantas/ berbahaya di mana ini memengaruhi proses belajarnya.

Dengan hal ini, anak cenderung kurang mampu untuk berpikir kritis, tidak tanggap dalam menyelesaikan masalah, dan tidak bisa mengembangkan kreativitasnya.

Baca Juga: Paradigma Pendidikan Formal dan Non Formal

Baik pendidikan demokratis maupun pendidikan otoriter memiliki manfaatnya masing-masing. Dalam pendidikan demokratis salah satu manfaatnya yaitu kita dapat mewujudkan lingkungan pembelajaran yang mendukung peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya.

Kemudian salah satu manfaat dari pendidikan otoriter yaitu guru dapat memanajemen atau mengatur kelasnya untuk mengarahkan dan membentuk karakter peserta didik yang diharapkan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hal di atas, menunjukkan bahwa perlunya memahami tentang pendidikan demokratis atau pendidikan otoriter. Sehingga kita dapat menentukan mana yang lebih efektif dan efisien agar proses pembelajaran memungkinkan para siswa untuk berkontribusi dan mengembangkan potensi yang dimilikinya.

Penulis: Nabila Jasmin Nanditya Henti
Mahasiswa Pendidikan Matematika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Referensi:

https://wawasanpengajaran.blogspot.com/2017/12/pengertian-pendidikan-demokratis.html?m=1

https://wawasanpengajaran.blogspot.com/2017/12/tujuan-pendidikan-demokratis.html?m=1

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.