Paradoks Matrilineal di Minangkabau

Paradoks Matrilineal di Minangkabau
https://www.expedia.co.id/Minangkabau.dx6336627

Minangkabau, salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia terkenal dengan keunikan sistem sosial yang dianutnya, yaitu sistem matrilineal. Matrilineal sendiri adalah sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu.

Hal ini membuat peran perempuan sangat penting dalam kehidupan adat Minangkabau, mulai dari memelihara identitas keluarga, pengelola harta, dan pengambil keputusan. Namun paradoks akan sistem matrilineal ini muncul ketika kekuasaan yang diberikan atas perempuan direnggut dalam bayang-bayang patriarki.

Peran penting yang diberikan kepada perempuan mulai dari harta, tanggung jawab terhadap komunitas, dan nilai-nilai adat seringkali hanya bersifat aksesori. Dalam kehidupan nyata seringkali laki-laki khususnya mamak yang memiliki kekuasaan untuk mengelola harta pusaka dan mengambil keputusan adat. Meskipun dalam teorinya perempuan adalah pemilik tanah yang sah, namun hal ini tak lepas dari kendali laki-laki.

Ketidaksesuaian ini menunjukkan bahwa peran perempuan dalam sistem matrilineal yang seolah-olah memiliki peran istimewa nyatanya tak lepas dari elemen patriarki. Dalam adat Minangkabau, pengambilan keputusan dalam tingkat nagari (desa adat) dilakukan oleh lembaga yang bernama Kerapatan Adat Nagari (KAN).

Bacaan Lainnya

KAN memiliki unsur yang disebut dengan Nan Ampek Jinih yang terdiri atas panghulu, manti, malin, dan dubalang yang kesemuanya didominasi oleh laki-laki. Sementara perempuan jarang dilibatkan dalam forum ini, meskipun keputusan yang diambil menyangkut langsung terhadap kehidupan perempuan atau kebutuhan perempuan yang hanya memadai untuk dibicarakan oleh perempuan itu sendiri (kesehatan reproduksi, peran sebagai ibu, atau diskriminasi gender).

Selain itu interpretasi patriarki agama yang telah kental dengan budaya Minangkabau juga memperkuat dominasi laki-laki di lingkungan adat.

Baca Juga: Melestarikan Budaya: Pemerintah Kota Bukittinggi Wajibkan Para Siswa Kenakan Baju Adat Setiap Jumat

Dengan perubahan sosial yang terjadi ditambah dengan dampak globalisasi, kehidupan perempuan Minangkabau pun terpengaruh. Urbanisasi dan pendidikan yang inklusif membuka peluang yang besar bagi perempuan untuk ikut serta dalam berbagai sektor. Walaupun demikian, tantangan pada perempuan tetap ada, khususnya dalam adat. Struktur adat yang cenderung statis dan lambat membuat partisipasi perempuan terhambat dalam pengambilan keputusan.

Paradoks antara sistem matrilineal dan patriarki ini menggambarkan kerumitan hubungan antara adat dan gender. Meskipun perempuan memiliki kekuasaan simbolik dan hak dalam waris, namun laki-laki tetap memegang kekuasaan substantif. Situasi ini melukiskan dengan sangat baik bahwa di tempat yang memakai sistem matrilineal yang tampaknya berpihak kepada perempuan, pengaruh patriarki tetap tidak dapat dielakkan.

 

Penulis: Rafiatul Al Af Qony
Mahasiswa Jurusan Administrasi Publik, Universitas Andalas

 

Editor: I. Khairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses