Pemanfaatan dan Penggunaan Media Sosial dalam Kampanye Politik

Kampanye Politik
Ilustrasi Kampanye Politik (Sumber: Media Sosial dari freepik.com)

Media Sosial sekarang bukan hanya tempat untuk membagikan atau menyimpan kenangan liburan atau lainnya seperti foto, video dan lain sebagainya. Media Sosial sekarang banyak digunakan Politisi dalam berkampanye.

Masyarakat juga banyak menggunakan Media Sosial dalam menerima berbagai informasi Politik sehingga para Politisi memanfaatkan keadaan itu dengan berkampanye menggunakan Media Sosial, ada beberapa platform Media Sosial yang sering digunakan dalam berkampanye contohnya X, Instagram, Facebook, Tiktok, dan masih banyak platform yang digunakan dalam berkampanye.

Menurut data yang diambil dari We Are Social, pada awal Tahun 2024 pengguna Media Sosial di Indonesia aktif mencapai 167 juta atau 60,4% dari total populasi Masyarakat Indonesia. Ini menandakan bahwa bahwa Masyarakat Indonesia lebih dominan dalam menerima informasi lewat Media Sosial dibandingkan Media Massa

https://andi.link/hootsuite-we-are-social-data-digital-indonesia-2024/#google_vignette

Dari data yang dapat dilihat para Politisi memanfaatkan hal tersebut dengan cara mempromosikan dirinya yang akan mencalonkan diri sebagai seorang Pemimpin.

Bacaan Lainnya

Pada pemilu baru-baru ini banyak Capres dan Cawapres yang menggunakan orang-orang yang berpengaruh di Media Sosial (Influencer) dan juga ada yang namanya Buzzer pada salah satu Paslon, hal ini untuk mempromosikan salah satu Paslon agar banyak pengguna Media Sosial tertarik untuk memilih salah satu Paslon.

Dan harga yang ditawarkan kepada seorang Influencer juga bukan nominal yang kecil karena ini orang-orang yang ditawarkan cukup berpengaruh di Media Sosial contohnya Komika Abdur Arsyad, di salah satu akun Instagram memposting Abdur Arsyad mengatakan dia mendapatkan tawaran sebesar 2M.

Dari apa yang dikatakan seorang Abdur Arsyad kita dapat melihat penggunaan Media Sosial sangat berpengaruh sehingga bayaran yang ditawarkan juga tidak sedikit.

Dalam Media Sosial juga memiliki keunggulan dalam hal kampanye seperti yang dilakukan oleh Kukuh Haryanto calon DPRD Wonogiri provinsi Jawa Tengah. Hanya dengan modal 100 ribu rupiah Kukuh Haryanto memasang wifi paralel sebagai sarana kukuh mempromosikan dirinya di Sosial Media terkhususnya aplikasi Tiktok.

Dengan Media Sosial dan cara mempromosikan diri yang menarik dari Kukuh Haryanto, sehingga banyak Masyarakat Wonogiri yang tertarik dengan cara mempromosikan diri dari Kukuh Haryanto dengan nyanyiannya yang sangat menarik untuk dilihat.

Kukuh Haryanto (Tiktok/@kukuhproso)

Sekarang juga Media Sosial memiliki pengaruh yang kuat untuk berkampanye, karena pada tahun-tahun ini banyak generasi Z dan Milenial sangat mendominasi. Pada Pemilu 2024 daftar pemilih tetap (DPT) sebanyak 204.807.222 pemilih, para pemilih ini didominasi oleh generasi Z dan Milenial jika digabungkan mencapai 56,45% atau lebih dari 113 juta pemilih.

Dari data yang di atas pasti para generasi Z dan Milenial memiliki Media Sosial mereka masing-masing sehingga para Politisi sekarang lebih banyak  berkampanye menggunakan Media Sosial karena rata-rata pemilih pada tahun 2024 didominasi oleh 2 generasi yang pasti lebih tertarik menggunakan Media Sosial.

Hal ini sangat dimanfaatkan oleh Politisi untuk lebih banyak mempromosikan diri mereka dengan berbagai cara yang menarik di Media Sosial agar 2 generasi tadi tertarik untuk memilih mereka.

Penggunaan media sosial dalam kampanye politik telah mengubah cara politisi berinteraksi dengan pemilih dan menyebarkan pesan mereka. Dengan strategi yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk membangun hubungan, meningkatkan partisipasi pemilih, dan mengurangi biaya kampanye.

Namun, tantangan yang muncul, seperti penyebaran hoaks dan polarisasi, perlu diatasi agar penggunaan media sosial dalam politik tetap dapat memperkuat demokrasi dan menjaga integritas pemilu.

 

Penulis: Frangklin Avrila Patty
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Kristen Satya Wacana

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Referensi

https://news.republika.co.id/berita/rx72ap330/56-persen-pemilih-pemilu-2024-dari-kelompok-gen-z-dan-milenial

https://news.republika.co.id/berita/rx72ap330/56-persen-pemilih-pemilu-2024-dari-kelompok-gen-z-dan-milenial

https://databoks.katadata.co.id/politik/statistik/faf64350269d0c8/kpu-pemilih-pemilu-2024-didominasi-oleh-kelompok-gen-z-dan-milenial

https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2024/02/01/konten-kampanye-politik-di-media-sosial-lebih-kaya-visual

https://www.kompas.com/tren/read/2024/02/22/203000165/kisah-kukuh-haryanto-pengamen-yang-raih-suara-tertinggi-demokrat-di-dapil-i?page=all

https://www.suara.com/bisnis/2024/01/30/165032/komika-abdur-arsyad-ditawari-rp2-miliar-untuk-jadi-influencer-prabowo

https://andi.link/hootsuite-we-are-social-data-digital-indonesia-2024/#google_vignette

https://www.setneg.go.id/baca/index/politik_digital_keterlibatan_media_sosial_dalam_meningkatkan_partisipasi_politik_generasi_muda_pada_pesta_demokrasi_2024

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses