Pembinaan Peserta Didik melalui Cerita Rakyat “Telaga Warna” di SDN Nanggala 02

KKN
KKN di SDN Nanggala 02.

Pelaksanaan pembinaan yaitu pada hari Jum’at (19/05/2023), untuk pelaksanaannya mahasiswa menggunakan kelas 6 yang berjumlah 21 orang peserta didik. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

Maka melalui proses pengajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.

Dengan bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibentuk, dibina, dan dikembangkan, serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa memungkinkan manusia dapat memikirkan suatu masalah secara teratur, terus-menerus, dan berkelanjutan.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Dinar Nursyifa Mahasiswa Semester Akhir Universitas Suryakancana sang Prosais Podcaster Muda

Sebaliknya, tanpa bahasa, peradaban manusia tidak mungkin dapat berkembang baik. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu sarana mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

Maka dari itu melalui proses pengajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa mempunyai kemampuan yang memadai untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Pada setiap keterampilan berbahasa mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara satu dengan yang lain. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu hubungan yang berurutan dan teratur, mula-mula dengan belajar menyimak atau mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu belajar membaca dan menulis.

Menyimak dan berbicara biasanya dipelajari sebelum memasuki bangku sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari setelah memasuki bangku sekolah. Untuk itu mahasiswa melaksanakan pembinaan bahasa melalui pengenalan cerita rakyat “Telaga Warna” yang termasuk cerita kearifan lokal.

Pada kegiatan inti dimulai dengan melakukan eksplorasi materi tentang cerita rakyat. Guru mengajukan pertanyaan tentang apa yang dimaksud cerita rakyat. Siswa pun antusias menjawab perihal cerita rakyat. Rangkaian jawaban siswa pun disimpulkan guru menjadi sebuah definisi yang menunjukan pengertian cerita rakyat.

Setelah itu, guru bertanya tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita rakyat. Siswa pun menjawab dengan beragam macam jawaban. Jawaban tersebut disusun guru bersama dengan siswa sehingga menjadi jawaban yang diharapkan.

Setelah itu, guru membagi siswa menjadi dua kelompok dan mengajak untuk siswa menyimak cerita rakyat yang ditayangkan, setelah selesai menyimak video mahasiswa mahasiswa memberikan hadiah yang sebelumnya sudah disiapkan untuk semua peserta didik.

Pada kegiatan akhir, guru melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan meminta siswa mengemukakan tanggapan tentang pengalaman belajar yang baru saja ditempuh.

Baca Juga: Kisah Inspiratif dan Menarik Perjalanan Menempuh Pendidikan Seorang Nisa Purwita K.G. Mahasiswa Universitas Suryakancana Cianjur

Siswa pun mengemukakan hal-hal yang menarik seperti pada saat mendengarkan cerita rakyat yang dituturkan, menemukan pembelajaran hidup yang harus semakin baik, dan mengemukakan kendala mendengarkan yang perlu terus dilatih.

Setelah itu, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan evaluasi kepada siswa atas pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu mendengarkan cerita rakyat dan menjawab soal yang telah disediakan. Setelah selesai, guru mengajak siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa.

Mahasiswa memutuskan memilih cerita rakyat untuk materi pembinaan karena: (1) Cerita rakyat berfungsi sebagai media hiburan untuk melepas penat bagi anak-anak. Contoh cerita rakyat yang memiliki fungsi sebagai media hiburan adalah cerita rakyat Kelingking Sakti yang berasal dari Jambi; (2) Cerita rakyat berfungsi sebagai alat pendidikan bagi anak-anak untuk menanamkan nilai-nilai luhur; (3) Cerita rakyat yang berfungsi sebagai kontrol sosial anak di lingkungan masyarakat; (4) Cerita rakyat yang berfungsi sebagai pemersatu; (5) Cerita rakyat sebagai pelestarian lingkungan.

Dalam pembinaan bahasa melalui cerita rakyat ini, siswa juga dikondisikan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Siswa menggunakan materi belajar berkenaan dengan cerita rakyat yang dimiliki, khususnya untuk mendalami pemahaman terhadap isi bacaan (cerita rakyat).

Dalam hal ini, siswa dapat memahami secara total makna-makna atau hal-hal terpenting yang tersebar dalam bahan ajar cerita rakyat.

Mahasiswa Universitas Suryakancana bersama siswa SDN Nanggala 02.

Baca Juga: Mengenal Aisah: Mahasiswi Universitas Suryakancana Cianjur dengan Segudang Prestasi dan Kemampuan

Berdasarkan proses pembinaan bahasa yang dilakukan di SDN Nanggala 02 pembelajaran berkenaan dengan cerita rakyat sama-sama menyenangkan bagi siswa dan guru, apalagi pembelajaran cerita rakyat menggunakan cerita rakyat yang ada di Kabupaten Cianjur, selain mereka sama-sama aktif dalam proses pembelajaran membaca, juga dapat menghindari kejenuhan dan anak tidak tercerabut dari akar budaya dan lingkungannya.

Penulis: 
1. Gina Ismiati
2. Aulia Siti Nurohmah
3. M. Rizky Setia Ramadhan

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Suryakancana

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.