Penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang paling umum dihadapi masyarakat modern saat ini, dan memiliki dampak yang signifikan baik dari segi fisik maupun non-fisik.
Dalam pandangan sosiologi kesehatan, penyakit jantung tidak hanya dilihat dari sisi medis, tetapi juga dari pengaruhnya terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya seseorang. Bagaimana penyakit jantung mempengaruhi kehidupan individu dan masyarakat, serta apakah hal ini dapat mengganggu pekerjaan seseorang, menjadi topik penting yang perlu mendapat perhatian lebih.
Pengaruh Sosial Penyakit Jantung
Secara sosial, individu yang mengidap penyakit jantung sering kali mengalami stigma dan perasaan terisolasi. Masyarakat cenderung memberikan pandangan negatif terhadap orang yang menderita penyakit jantung, mengaitkannya dengan gaya hidup tidak sehat atau kebiasaan buruk seperti merokok dan makan berlebihan. Stigma ini dapat mempengaruhi hubungan sosial mereka, baik dengan keluarga, teman, maupun rekan kerja.
Penyakit jantung juga dapat memengaruhi dinamika keluarga. Anggota keluarga yang menjadi pengasuh bagi individu dengan penyakit jantung harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan medis yang meningkat, serta memberikan dukungan emosional dan fisik. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam peran sosial di dalam keluarga, dan berpotensi menambah tekanan sosial bagi mereka yang harus menanggung tanggung jawab tersebut.
Pengaruh Ekonomi Penyakit Jantung
Dari segi ekonomi, penyakit jantung dapat menjadi beban yang cukup besar bagi individu dan keluarganya. Pengeluaran untuk biaya pengobatan, rawat inap, pemeriksaan rutin, serta biaya obat-obatan, dapat mempengaruhi kondisi finansial seseorang, terutama jika mereka tidak memiliki asuransi kesehatan yang memadai.
Selain itu, individu yang mengidap penyakit jantung seringkali tidak dapat bekerja secara optimal, atau bahkan harus berhenti bekerja sama sekali, yang mengurangi pendapatan rumah tangga.
Bagi mereka yang terpaksa harus mengurangi jam kerja atau tidak dapat bekerja sepenuhnya, konsekuensinya adalah hilangnya pendapatan tetap. Beberapa individu juga mungkin harus menghadapi ketidakmampuan untuk menjalankan pekerjaan yang membutuhkan aktivitas fisik yang berat, atau pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, yang tentunya berhubungan langsung dengan dampak dari penyakit tersebut.
Ketidakmampuan bekerja dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan tingkat kemiskinan, mengurangi kualitas hidup, dan memperburuk ketidaksetaraan sosial dalam masyarakat.
Pengaruh Budaya terhadap Penyakit Jantung
Budaya juga memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan respons individu terhadap penyakit jantung. Di beberapa budaya, penyakit jantung mungkin dianggap sebagai akibat dari gaya hidup yang tidak sehat atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.
Hal ini dapat menyebabkan rasa malu atau rasa bersalah pada individu yang mengidap penyakit jantung, sehingga mereka enggan untuk mencari bantuan medis atau berbicara tentang kondisi kesehatan mereka secara terbuka.
Selain itu, beberapa praktik budaya mungkin mempengaruhi kebiasaan hidup yang terkait dengan penyakit jantung, seperti pola makan atau kebiasaan merokok. Misalnya, dalam budaya tertentu, konsumsi makanan berlemak atau kebiasaan makan berlebihan dapat dianggap sebagai tanda kemakmuran atau prestise, meskipun hal ini berisiko terhadap kesehatan jantung.
Penyuluhan kesehatan yang berbasis budaya, serta upaya untuk merubah pola hidup yang tidak sehat, menjadi kunci untuk mencegah dan mengelola penyakit jantung dalam konteks budaya yang ada.
Pengaruh terhadap Pekerjaan
Penyakit jantung dapat memberikan dampak langsung terhadap kemampuan kerja seseorang. Penderita penyakit jantung mungkin merasa lelah, kesulitan beraktivitas fisik, atau bahkan merasa cemas terkait dengan kesehatan mereka.
Akibatnya, mereka mungkin kesulitan untuk mengikuti tuntutan pekerjaan yang ada. Pekerjaan yang membutuhkan energi tinggi atau ketahanan fisik dapat menjadi lebih sulit dijalani oleh individu dengan penyakit jantung, yang dapat menyebabkan ketidakhadiran kerja, penurunan produktivitas, atau bahkan kehilangan pekerjaan.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa setiap individu dengan penyakit jantung memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin mampu mengelola kondisinya dengan baik melalui pengobatan dan perubahan gaya hidup, sehingga tidak mengganggu pekerjaan mereka secara signifikan.
Namun, bagi sebagian besar individu, penyakit jantung dapat menjadi tantangan besar dalam mempertahankan pekerjaan, terutama jika dukungan sosial dan ekonomi terbatas.
Simpulan
Dari sudut pandang sosiologi kesehatan, penyakit jantung memiliki dampak yang luas, tidak hanya pada individu yang mengidapnya, tetapi juga pada keluarga, masyarakat, dan tempat kerja.
Penyakit ini mempengaruhi kehidupan sosial melalui stigma dan perubahan peran, mempengaruhi ekonomi individu melalui biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, serta dipengaruhi oleh budaya yang membentuk pola hidup sehat atau tidak sehat. Penyakit jantung juga dapat mengganggu kemampuan kerja seseorang, mengurangi produktivitas, atau bahkan menyebabkan ketidakmampuan untuk bekerja.
Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan negara untuk memberikan perhatian lebih pada pencegahan, pengelolaan, dan dukungan bagi individu yang mengidap penyakit jantung.
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat, menyediakan akses yang lebih baik keperawatan kesehatan, serta menciptakan lingkungan kerja yang mendukung bagi penderita penyakit jantung, merupakan langkah penting untuk memitigasi dampak negatif penyakit ini dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya.
Penulis: Giacinta Pavita Dita
Mahasiswa Sosiologi, Universitas Brawijaya
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News