Tidak dapat dipungkiri bahwa TikTok telah menjadi fenomena global yang memengaruhi hampir semua kalangan, termasuk mahasiswa.
Dalam opini saya, TikTok bagai pedang bermata dua. Keberadaannya memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang.
Sisi positif yang mendorong kreativitas dan informasi, serta sisi negatif yang dapat mengganggu produktivitas dan menurunkan kualitas pola pikir.
Sebagai seorang mahasiswa, saya melihat bahwa penggunaan TikTok haruslah disikapi dengan bijak agar manfaatnya bisa dirasakan secara maksimal tanpa terjebak dalam dampak buruknya.
Dari sisi positif, TikTok sebenarnya mampu memberikan manfaat edukatif yang cukup besar. Banyak konten kreatif yang secara tidak langsung menjadi sarana belajar alternatif bagi mahasiswa.
Misalnya, akun-akun yang membagikan tips belajar, penjelasan singkat tentang teori-teori akademik, atau bahkan kiat psikologis untuk mengatasi stres perkuliahan.
Baca Juga:Â Konten Trend Outfit Kalcer dan Hijab Voal Indonesia di Tiktok: Komunikasi Budaya Fashion
Format video yang singkat dan visual membuat informasi tersebut lebih mudah dicerna dan tidak terasa membosankan.
Selain itu, TikTok juga mendorong mahasiswa untuk berani mengekspresikan diri, berkreasi, dan bahkan memulai usaha kecil-kecilan dari konten-konten yang mereka buat.
Saya mendukung pendapat ini karena kita sedang berada di era digital yang menuntut kecepatan dan kepraktisan dalam menerima informasi.
TikTok hadir sebagai platform yang cocok dengan gaya belajar generasi muda masa kini.
Contohnya, banyak mahasiswa farmasi yang merasa lebih terbantu memahami tips membaca resep dokter dan label kemasan obat secara menarik dan mudah diingat, dibandingkan saat membaca buku tebal atau mengikuti kuliah yang panjang dan kaku.
Bahkan, tren digital marketing saat ini banyak dipelajari mahasiswa langsung dari praktik yang mereka amati di TikTok, yang memperkaya pengalaman dan keahlian mereka dalam bidang masing-masing.
Baca Juga:Â TikTok dan Fenomena Penggunanya di Indonesia: Sebuah Catatan Kritis
Namun, di balik semua manfaat tersebut, TikTok juga membawa dampak negatif yang cukup mengkhawatirkan.
Saya berpendapat bahwa jika tidak dikendalikan dengan baik, penggunaan TikTok bisa menjerumuskan mahasiswa ke dalam kebiasaan menunda pekerjaan, menurunnya konsentrasi, hingga hilangnya motivasi akademik.
Algoritma TikTok yang terus memunculkan konten baru dan menarik dapat membuat penggunanya lupa waktu.
Banyak mahasiswa yang akhirnya menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menonton video tanpa arah, yang tentu saja mengganggu rutinitas belajar dan produktivitas harian mereka.
Alasan saya mendukung pendapat ini adalah karena saya pun, seperti mahasiswa lainnya, pernah merasakan sendiri dampaknya.
Pernah suatu kali saya berencana hanya menonton TikTok selama 10 menit sebagai hiburan setelah belajar, tetapi akhirnya saya terlena hingga satu jam penuh dan justru lupa menyelesaikan tugas saya.
Baca Juga:Â Dikira Arogan, Ternyata Introvert: Salah Persepsi Sosial di Lingkungan Mahasiswa
Bahkan pernah juga sampai menunda mengerjakan tugas saya hanya karena sudah terlalu nyaman dengan menonton TikTok dan merasa malas untuk mengerjakannya.
Dalam jangka panjang, kebiasaan seperti ini tentu berdampak negatif terhadap manajemen waktu dan kualitas akademik seorang mahasiswa.
Tidak hanya itu, konten-konten di TikTok juga banyak yang bersifat dangkal, provokatif, bahkan menyebarkan informasi yang tidak benar.
Ini sangat berbahaya karena dapat membentuk pola pikir instan dan kurang kritis pada mahasiswa.
Di masa perkuliahan yang seharusnya menjadi tempat berkembangnya nalar dan logika, TikTok bisa menjadi bumerang jika isinya tidak disaring dengan baik.
Mahasiswa yang terlalu sering terpapar konten viral yang tidak bermutu bisa kehilangan fokus pada tujuan akademiknya.
Baca Juga: Viral! Pamer Kekayaan di TikTok Tuai Pro-Kontra, Netizen: ‘Sadar Nggak Semua Hidup Enak!
Kembali pada opini awal saya, saya percaya bahwa TikTok bukanlah platform yang sepenuhnya buruk ataupun sepenuhnya baik.
Semua tergantung pada bagaimana kita bisa menyikapinya. Mahasiswa sebagai kaum intelektual seharusnya bisa memilah dan menggunakan TikTok secara produktif.
Apabila digunakan dengan cerdas, TikTok bisa menjadi media belajar, aktualisasi diri, dan bahkan peluang untuk menciptakan penghasilan.
Namun, jika digunakan secara berlebihan dan tanpa kontrol, platform ini bisa menjadi jebakan yang justru menjauhkan mahasiswa dari tujuan akademis dan masa depan yang cerah.
Dengan demikian, argumen yang saya kemukakan menunjukkan bahwa TikTok memang membawa pengaruh besar bagi mahasiswa, baik dari segi positif maupun negatif.
Kita tidak bisa menolak kehadirannya, tetapi kita bisa mengatur bagaimana cara kita berinteraksi dengannya.
Baca Juga:Â Syarat dan Cara Gen-Z Jadi Affiliate Marketing TikTok
Keseimbangan antara hiburan dan tanggung jawab akademik harus tetap dijaga.
Sebab pada akhirnya, yang menentukan apakah TikTok menjadi alat bantu atau malah menjadi pengganggu, bukanlah algoritma, tetapi pilihan kita sendiri sebagai pengguna.
Penulis: Dhelzea Shakila
Mahasiswa Prodi Farmasi, Universitas Islam Indonesia
Editor: Siti Sajidah El-Zahra
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News