Penggagas Kampung Budaya Polowijen (KBP) Malang Isa Wahyudi mengakui, keberadaan permainan tradisional sebagian sudah jarang dimainkan, untuk tidak mengatakan berangsur-angsur mengalami kepunahan. Bahkan, ada permainan tradisional yang benar-benar sudah tidak dikenal lagi oleh generasi sekarang. Meski demikian, masih ada permainan tradisional yang bertahan hingga saat ini.
Indonesia memiliki kurang lebih 2.600 permainan tradisional yang merupakan permainan rakyat yang tersebar di berbagai daerah di Nusantara. Adanya perkembangan teknologi informasi membawa implikasi pada anak-anak yang lebih meminati permainan online (game online) via internet atau smartphone (selular pintar) ketimbang permainan tradisional.
Ki Demang sapaan akrab Isa Wahyudi membeberkan sejumlah manfaat permainan tradisional. Kata Ki Demang, permainan tradisional sarat nilai-nilai kegotongroyongan yang merupakan medium pendidikan yang baik.
“Sebab, permainan ini menggunakan banyak gerakan yang menjadi dasar permainan tradisional antara lain, gerak tubuh (berlari dan meloncat); gerak dalam menjalin kontak sosial (berkejar-kejaran); gerak berdasarkan perhitungan dan kecekatan (melempar dengan tepat dan menghitung jarak),” kata Ki Demang saat berbicara dalam Kajian Multidisipliner dengan tema ‘Pengembangan Permainan Tradisional dalam Membangun Industri Kreatif Masyarakat’ yang digelar oleh Lembaga Kebudayaan Universitas Muhammadiyah Malang, Kamis (27/12).
Selain itu, lanjut ia, permainan tradisional memiliki fungsi pengembangan seperti, pengembangan mental, sosial, kreativitas, moral dan edukasi intelektual. “Sekali lagi, permainan tradisional mengedepankan nilai gotong royong. Sehingga, permainan ini memiliki fungsi sebagai media belajar yang komunikatif,” ujarnya.
Ditegaskan Ki Demang, nilai kegotongroyongan itu relevan dengan Pancasila sebagai ideologi bangsa yang tertuang pada sila kelima butir pertama. Dalam konteks inilah, permainan tradisional sangat baik untuk pembinaan budaya bangsa dalam kehidupan bermasyarakat yang nilai gotong royong semakin berkurang.
“Dengan demikian, permainan yang menanamkan nilai-nilai kegotongroyongan yang cukup potensial ini perlu dibina dan dikembangkan secara sadar melalui program pendidikan sebagai unsur pendukung materi pelajaran olah raga,” pungkasnya.
Baca juga:
Pasar Jajan Tradisional Kampung Budaya Polowijen Mampu Dongkrak Ekonomi Kreatif
Peringati Hari Tari Dunia, Kampung Budaya Polowijen Persembahkan Ragam Tari
Makna Hari Tari Sedunia Bagi Seniman Kampung Budaya Polowijen Malang
Komentar ditutup.