Pengungkapan Perasaan Tokoh pada Puisi “Telah Satu” Karya W.S. Rendra: Pendekatan Psikologi

Puisi
Sumber foto: bidikmisi.github.io

Karya sastra merupakan hasil dari ide, pemikiran, serta pengalaman penulis yang dituangkan ke dalam berbagai bentuk seperti puisi, prosa, novel, dan sebagainya. Dalam pembentukan karya sastra, penulis menggunakan berbagai tema sesuai keinginannya dalam menyampaikan maksudnya kepada para pembaca.

Dengan isi karya sastra yang ada, terdapat berbagai pemaknaan serta emosi yang disampaikan oleh penulis dan dapat dirasakan oleh pembaca.

Psikologi sastra merupakan pendekatan yang mengkaji karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Mengandalkan kemampuan seseorang dalam menginterpretasi dan merekonstruksi seseorang dalam hal psikologis. Penulis karya sastra menggunakan rasa dan emosi untuk mengolah serta membangun karyanya menjadi hidup dan berhasil dalam menyampaikan pesannya pada pembaca.

Bacaan Lainnya
DONASI

Menurut Ratna (2003: 343), pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam karya. Sebagai dunia dalam kata karya sastra memasukkan berbagai aspek kehidupan ke dalamnya, khususnya manusia. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek dari pendekatan psikologi sastra.

Dalam kajian puisi melalui pendekatan psikologi sastra ini akan digunakan puisi berjudul “Telah Satu” karya W.S. Rendra. W.S. Rendra, seorang penyair yang mencapai keberhasilan seni, sosial, dan politik dalam konteks kebudayaan.

Aktivitas budaya itu dikerjakan dengan dedikasi tinggi, pengorbanan, dan keyakinan yang kuat. Rendra memiliki capaian estetika yang meyakinkan, khususnya dalam puisi. Memberikan corak baru dalam puisi Indonesia modern.

Puisinya yang mengandung berbagai emosi, baik secara pemaknaan maupun melalui tokoh dalam karyanya membuatnya dapat dikaji menggunakan pendekatan psikologi untuk memahami sisi manusia lain yang dalam puisi merupakan tokoh puisi itu sendiri.  

Puisi “Telah Satu” Karya W.S. Rendra

Gelisahmu adalah gelisahku.
Berjalanlah kita bergandengan
dalam hidup yang nyata,
dan kita cintai.

Lama kita saling bertatap mata
dan makin mengerti
tak lagi bisa dipisahkan.

Engkau adalah peniti
yang telah disematkan.
Aku adalah kapal
yang telah berlabuh dan ditambatkan.

Kita berdua adalah lava
yang tak bisa lagi diuraikan.

Analisis Perasaan Tokoh dalam Puisi melalui Pendekatan Psikologi

Berikut merupakan analisis perasaan tokoh melalui pendekatan psikologi pada puisi “Telah Satu” karya W.S. Rendra.

1. Gelisahmu adalah gelisahku

Tokoh aku dalam puisi menyampaikan bahwa apa yang dirasakan oleh tokoh kamu merupakan apa yang dirasakan tokoh aku. Tokoh aku seolah rela membagi rasa keresahan dari tokoh kamu untuk bersama menjalani hal dan perasaan yang sama.

2. Berjalanlah kita bergandengan

Kalimat ini menggambarkan sepasang kekasih yang bergandengan tangan, dalam artian hidup berdampingan. Dalam hal ini berarti terdapat komitmen di antara kedua tokoh, komitmen untuk terus bersama dalam keadaan apapun karena rasa cinta dan kepercayaan yang kuat di antara keduanya.

3. dalam hidup yang nyata,
dan kita cintai.

Menggambarkan bahwa tokoh hidup berdampingan dalam dunia yang nyata, dunia di mana mereka hidup dalam suka dan duka dengan rasa cinta yang mereka miliki sebagai tembok kehidupan.

4. Lama kita saling bertatap mata
dan makin mengerti
tak lagi bisa dipisahkan.

Menggambarkan bagaimana tokoh saling mengikat melalui perasaan. Tokoh sebagai sepasang kekasih yang saling mengerti satu sama lain sudah saling mencintai, sehingga kehidupan mereka tidak bisa dipisahkan.

5. Engkau adalah peniti
yang telah disematkan.

Kata disematkan menggambarkan bahwa tokoh engkau merupakan tokoh yang cocok disatukan dengan tokoh aku dalam hal perasaan cinta dan kasih, layaknya peniti yang disematkan pada suatu benda dan guna melekatkan kedua benda tersebut.

6. Aku adalah kapal
yang telah berlabuh dan ditambatkan.

Tokoh aku menggambarkan bagaimana ia seolah menjadi kapal yang sudah ditambatkan. Dalam hal ini, kapal yang berlabuh dan ditambatkan dapat bermaksud bahwa tokoh aku telah menemukan seseorang yang menjadi tempatnya kembali.

Seseorang yang menjadi tujuan akhirnya, dalam artian sosok yang sudah cocok menjadi pasangannya dalam menjalani hidup yang penuh dengan suka duka dari ombak kehidupan.

7. Kita berdua adalah lava
yang tak bisa lagi diuraikan.

Kata kita berdua dimaksudkan pada dua tokoh yang berperan dalam puisi ini. Kedua tokoh dikatakan tak bisa lagi diuraikan, yang berarti bahwa kedua tokoh merupakan sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan dengan apapun, baik itu adalah masalah kehidupan ataupun yang lainnya.

Kata diuraikan menggambarkan bahwa kehidupan kedua tokoh merupakan kehidupan yang saling mencintai dan memiliki keyakinan kuat satu sama lain.

Kesimpulan

Psikologi sastra merupakan pendekatan yang melihat karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pada puisi, psikologi sastra disampaikan melalui kata serta kalimat dengan diksi pilihan yang puitis. Dalam analisis ini dibahas mengenai perasaan tokoh yang terlihat dari diksi dan pemaknaan yang disampaikan penulis.

Perasaan tokoh aku dalam puisi bermakna percintaan dan romantisme kepada tokoh kamu atau engkau. Penulis menggambarkan dan menuangkan perasaannya melalui tokoh yang dibuatnya dalam puisi, menyampaikan pemaknaan akan cinta, kasih, serta rasa kepercayaan yang kuat yang dimiliki oleh tokoh dalam puisi.

Penulis: Kartika Noviyanti
Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI