Dalam dunia jurnalistik, keterampilan literasi sangat diperlukan dan merupakan suatu pondasi dasar untuk menjadi seorang jurnalis, terutama keterampilan menulis berita.
Keterampilan menulis sangat dibutuhkan bukan hanya sebagai sarana menyampaikan ide, namun menulis dapat menafsirkan makna maupun simbol yang bersifat tersurat maupun tersirat. Melalui tulisan semua ide dan gagasan dapat disampaikan dan cara ini masih dianggap efektif.
Sebagai seorang mahasiswa konsentrasi jurnalistik tentunya membutuhkan informasi dalam mendukung tugasnya yaitu menciptakan dan menyebarkan informasi. Informasi yang disebarkan harus memiliki tingkat keakuratan yang tinggi dan tentunya memuat tentang sejumlah fakta-fakta yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Namun, pada dasarnya perjalanan menempuh kualitas penulisan berita yang benar dan sesuai standar masih kurang dari kata sempurna, masih banyak mahasiswa konsentrasi jurnalistik yang mengalami kesulitan dalam menulis karya tulis mereka terutama berita.
Berbagai kendala yang dihadapi mahasiswa tentunya berakar dari satu titik, yang mana kurangnya keterampilan literasi.
Baca Juga:Â Literasi Digital: Keterampilan Penting untuk Masa Depan Pendidikan
Keterampilan literasi yang dimaksudkan dalam tulisan ini mencakup banyak hal, seperti keterampilan menulis, keterampilan membaca keterampilan berbicara, dan keterampilan mendengarkan. Dengan menguasai berbagai keterampilan ini, tentunya mahasiswa konsentrasi jurnalistik akan mengalami peningkatan pesat dalam hasil karya tulisnya.
Selain keterampilan diatas, keterampilan menyimak juga perlu dikuasai oleh seorang mahasiswa konsentrasi jurnalistik, karena keterampilan ini merupakan proses menangkap dan menafsirkan isi dari pesan atau informasi. Informasi yang ditangkap melalui menyimak menjadi pengetahuan awal untuk menunjang keterampilan bahasa lainnya.
Dalam menulis berita yang berkualitas, hal utama yang paling menujang keberhasilan suatu tulisan adalah literasi membaca, dengan adanya tingkat literasi membaca yang tinggi akan meringakan kendala dalam suatu karya tulis terutama menulis sebuah informasi/ berita. Berikut data yang menunjukan tingkat literasi membaca di Indonesia.
Literasi di Indonesia sampai saat ini masih kurang, menurut UNESCO, hanya 0,001% masyarakat Indonesia yang rajin membaca. Data hasil survei pada tahun 2020 menunjukkan sekitar 10% penduduk Indonesia yang rajin membaca buku.
Sedangkan, berdasarkan survei PISA yang dirilis OECD pada 2019, Indonesia menempati ranking ke 62 dari 70 negara dengan tingkat literasi.
Beberapa data itu menggambarkan perlunya peningkatan literasi di Indonesia terutama dalam hal membaca. Dengan tingkat literasi membaca yang tinggi maka akan berpengaruh pada kualitas penulisan berita, karena kosakata yang akan digunakan terlihat efektif dan jelas.
Namun, menurut survei dari Perpustakaan Nasional Indonesia, menyatakan bahwa Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) mengalami kenaikan pada tahun 2023 tercatat sebesar 66,77 yang mana hal ini menunjukkan kategori tinggi dan mengalami kenaikan 4,49% dibandingkan tahun sebelumnya.
Setiap tahunnya Indonesia mengalami peningkatan minat baca, yang tercatat mulai dari tahun 2022 sebesar 63,90 (tinggi), tahun 2021 sebesar 59, 52 (sedang), tahun 2018 sebesar 52,92 (sedang), dan tahun 2017 sebesar 36,48 (rendah).
Data ini menunjukkan peningkatan literasi membaca dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan dengan kategori tinggi.
Baca Juga:Â Pentingnya Keterampilan Membaca dan Kualitas Menulis di Ruang Kelas Perguruan Tinggi
Perpusnas melakukan survei dengan melibatkan 11,158 respoden yang tersebar di 102 kabupaten/kota. Aspek yang dinilai terdiri atas frekuensi membaca per pekan, durasi membaca, jumlah buku yang dibaca dalam tiga bulan, frekuensi akses internet untuk bahan bacaan, dan durasi akses internet untuk bahan bacaan.
Perpusnas kini menetapkan target tinggi untuk TGM sebesar 71,3 pada tahun 2024. Untuk mewujudkan target tersebut, Perpusnas melakukan penguatan budaya baca yang sejalan dengan salah satu agenda Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, yaitu revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.
Data-data yang dipaparkan diatas merupakan jumlah keseluruhan data dari masyarakat Indonesia, sedangkan ada data tersendiri yang menunjukkan minat baca dari gen Z sekarang.
Dilansir dari Indonesia Gen Z Report 2024 yang dikeluarkan oleh IDN Research Institute, gen Z kini kebanyakan membaca artikel dan berita dari portal online, tidak lagi menggunakan koran sebagai sumber informasi utama. Selain dari portal online, 24% responden juga menyatakan masih suka membaca buku fisik dan 19% lainnya lebih suka menggunakan ebook, terutama untuk gen Z dengan kelompok usia yang lebih muda.
Sebanyak 2% responden lebih suka menggunakan audiobook dan beberapa lainnya masih suka membaca koran dan majalah, namun masih ada segelintir responden yang mengaku tidak suka membaca.
Data diatas juga menunjukkan bahwa perkembangan teknologi membawa dampak positif terhadap dunia literasi, bila kita memanfaatkannya secara bijak.
Bagi seorang mahasiswa konsentrasi jurnalistik, berita menjadi makanan utama mereka, karena berita adalah produk utama dari bidang jurnalisme. Oleh karena itu, berita yang disampaikan harus sesuai prinsip dasar jurnalisme dan sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Pemanfaatan teknologi digital dapat menjadi pilihan alternatif sebagai bahan ajar bagi mahasiswa konsentrasi jurnalistik, melalui teknologi digital seperti memanfaatkan aplikasi percakapan dan media sosial dapat menjadi sumber utama untuk meningkatkan keterampilan literasi.
Peningkatan keterampilan literasi, tidak hanya dalam dunia perkuliahan melainkan dapat dilakukan secara otodidak. Karena sebagai seorang mahasiswa yang saat ini berada di perguruan tinggi dan era digital, tidak boleh menunggu yang diberikan dosen saja, melainkan mencari sesuatu yang baru dengan inisiatif sendiri.
Baca Juga:Â Bukan Cuma Bimbingan, Komunikasi yang Baik Akan Memperlancar Penyelesaian Skripsi
Bagi mahasiswa konsentrasi jurnalistik dapat mempelajari beberapa tips untuk meningkatkan literasi yang dapat menjadi pondasi penulisan berita:
Pertama, mahasiswa memanfaatkan teknologi yang ada, dengan teknologi yang ada dapat membantu mahasiswa menjangkau lebih luas tentang keterampilan literasi dan tentunya lebih menyenangkan untuk dipelajari.
Kedua, memberi umpan balik yang konstruktif, artinya umpan balik dari pendidik atau dosen sangat penting untuk meningkatkan keterampilan literasi mahasiswa.
Ketiga, mendorong diskusi dan refleksi yang dimaksud adalah mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang mereka baca dan pelajari.
Keempat, membangun lingkungan fisik ramah literasi, yang mana lingkungan fisik ramah literasi ini dapat menjadi acuan atau motivasi utama bagi mahasiswa untuk lebih mempelajari lagi tentang literasi.
Kelima, memberikan kesempatan menulis kreatif, dengan menulis kreatif dapat meningkatkan kemampuan dasar yang sudah dimiliki oleh masing-masing mahasiswa.
Keenam, biasakan untuk melakukan proses perencanaan, menyusun draf, merevisi dan menyunting tulisan.
Dengan kemampuan literasi yang mumpuni, dapat memberikan banyak manfaat seperti memperkaya kosakata, memperluas wawasan dan membantu mengoptimalkan kinerja otak kita. Cara berpikir seorang mahasiswa harus lebih terbuka agar memiliki relasi yang banyak dan kuat di dunia luar yang mana akan berpengaruh pada keberhasilan mahasiswa itu sendiri.
Terutama bagi seorang mahasiswa konsentrasi jurnalistik, relasi dunia luar harus lebih banyak dibandingkan interaksi hanya sebatas dalam kampus saja, tujuan utama dari mahasiswa jurnalistik adalah menjadi seorang jurnalis dan harus tau banyak tentang suatu informasi yang tengah di bicarakan di masyarakat luas.
Karena sejatinya nanti, harga diri seorang jurnalis berada di kualitas berita yang ia berikan kepada masyarakat, reputasi dan harga diri seorang jurnalis bertempur diatas hasil karya tulisnya.
Penulis: Erlinda Angelastri Megi
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
Editor: I. Khairunnisa
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News