Pentingnya Memperkenalkan Emosi pada Anak

Emosi pada Anak.
Pentingnya Memperkenalkan Emosi pada Anak.

Emotional competence merupakan salah satu komponen terpenting dalam perkembangan emosional anak. Kompetensi ini dapat memprediksi berbagai hasil perkembangan, termasuk prestasi akademik, perkembangan psikologis, dan hubungan interpersonal (Panayiotou et al., 2019; Herrera et al., 2020; MacCann et  al., 2020 dalam Li et al., 2023).

Sebelum anak mencapai tingkat kompetensi emosional yang utuh, mereka perlu mengembangkan emotional understanding, yaitu kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain, memahami penyebab emosi tersebut, serta konsekuensinya.

Pemahaman emosional ini menjadi dasar bagi anak untuk berinteraksi secara sehat dengan lingkungan sosialnya dan mendukung perkembangan psikologis mereka.

Menurut para ahli, emosi adalah perasaan atau afeksi yang muncul ketika seseorang sedang berada dalam suatu keadaan atau interaksi yang dianggap penting olehnya, terutama kesejahteraan dirinya (Campos, 2004; Sarni, dkk., 2006 dalam Santrock 2007).

Bacaan Lainnya

Emosi biasanya tampak dalam ekspresi wajah, gestur tubuh, atau kata-kata yang menunjukkan apakah seseorang merasa nyaman atau tidak dengan situasi yang dihadapi (Garner & Power, 1996 dalam Morris et al., 2007).

Menurut para ahli, terdapat 7 emosi dasar yang universal yaitu bahagia, marah, terkejut, sedih, takut, benci, dan jijik (Ekman, 1993; McFarlane et al., 2024; Keltner et al., 2019),

Anak-anak yang belum mampu mengenali emosi cenderung mengalami berbagai tantangan, seperti kesulitan mengambil keputusan, kurangnya tanggung jawab, hingga munculnya perilaku negatif seperti kemarahan atau kesedihan yang tidak terkendali.

Sebaliknya, anak-anak yang kenal dengan emosi mereka lebih mampu menavigasi tantangan hidup, membangun hubungan sosial yang positif, dan mencapai kesejahteraan psikologis yang lebih baik (Li et al., 2023).

Misalnya, anak yang tidak memahami rasa kecewa karena kalah bermain dapat melampiaskan dengan tantrum, sementara anak yang memahami emosinya dapat meminta bermain ulang atau mengungkapkan rasa kecewanya dengan kata-kata.

Kenapa Kita Harus Memperkenalkan Emosi kepada Anak?

Sejak usia dini, anak-anak mulai memahami konsep emosi-emosi dasar seperti senang, marah, sedih, dan ketakutan. Memperkenalkan emosi-emosi kepada anak dapat menjadi langkah dasar yang memungkinkan mereka untuk mengenali, memberi label, dan mengekspresikan perasaan mereka (Romani-Sponchiado et al., 2022). Hal ini sangat penting sebelum mereka dapat sepenuhnya memahami dan mengelola emosinya.

Memperkenalkan berbagai emosi kepada anak dapat memberi mereka kemampuan untuk mengenali, membicarakan, dan merespons pengalaman mereka dengan tepat. Dengan ini, anak-anak dapat memahami bahwa memiliki berbagai perasaan dalam situasi tertentu adalah hal yang normal.

Mengidentifikasi dan berbicara tentang emosi dapat membantu anak-anak belajar bagaimana mengelola perasaan mereka dengan lebih baik. Pemahaman emosi sangatlah penting bagi masa depan anak karena emosi merupakan bagian dari kehidupan dan berperan penting dalam berkomunikasi dan bersosialisasi.

Apa Manfaat dari Memperkenalkan Emosi kepada Anak?

Anak yang dapat mengidentifikasi emosinya dengan tepat akan lebih mudah untuk mengelolanya. Kesadaran diri ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan strategi mengatasi masalah, sehingga mengurangi kemungkinan ledakan emosi (Weir, 2023).

Selain itu, anak yang dapat mengidentifikasi emosinya dapat menyampaikan kebutuhan dan kekhawatirannya dengan lebih efektif, sehingga dapat berkomunikasi lebih jelas dengan teman sebaya dan orang dewasa, yang dapat membangun kepercayaan diri, serta menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Memperkenalkan anak kepada berbagai emosi juga dapat membantu anak menjadi yang cerdas dan kompeten secara emosional. Hal ini sangat penting untuk kesuksesan akademis, pribadi, dan sosial mereka pada jangka panjang (Housman, 2017).

Anak yang dapat mengidentifikasi emosinya akan lebih mudah dalam mengambil langkah dan menentukan apakah reaksi emosi tersebut tepat atau tidak. Mengidentifikasi emosi membantu anak-anak memahami perasaan mereka dan mengapa mereka merasakan hal tertentu dalam situasi tertentu (Anderson, n.d.).

Baca Juga: Pola Tidur dapat Memengaruhi Perkembangan Emosi pada Anak

Menurut National Association for the Education of Young Children (NAEYC), (Tominey, et.al, 2017) anak-anak dengan kecerdasan emosional yang lebih tinggi lebih mampu memberikan perhatian, lebih terlibat di sekolah, memiliki hubungan yang lebih positif, dan lebih berempati. Hal ini juga dapat membantu mereka dalam meregulasi perilakunya dan lebih sukses secara akademik (Rivers et al., 2012).

Kompetensi emosional yang dikembangkan sejak dini memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan anak hingga dewasa. Anak-anak dengan kecerdasan emosional yang baik menunjukkan kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan akademis dan sosial mereka (MacCann et al., 2020).

Penelitian longitudinal mengungkapkan bahwa anak-anak yang mampu mengenali dan mengelola emosi dengan baik cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi di masa depan (Poulou et al., 2018).

Kemampuan regulasi emosi yang dikembangkan sejak dini juga berkorelasi positif dengan kesehatan mental yang lebih baik di masa remaja dan dewasa, termasuk tingkat kecemasan dan depresi yang lebih rendah (Aldao et al., 2016).

Dalam konteks sosial, anak-anak dengan kompetensi emosional yang baik menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam membentuk dan mempertahankan hubungan pertemanan yang sehat (Denham et al., 2015).

Mereka juga cenderung menunjukkan tingkat empati yang lebih tinggi dan perilaku prososial yang lebih konsisten sepanjang masa perkembangan mereka (Taylor et al., 2017).

Kemampuan untuk memahami perspektif emosional orang lain yang dikembangkan sejak dini membantu anak-anak menjadi individu yang lebih kooperatif dan mampu menyelesaikan konflik interpersonal dengan lebih efektif (Housman, 2017).

Dalam jangka panjang, anak-anak dengan kecerdasan emosional yang baik cenderung memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang lebih baik, terutama dalam situasi yang melibatkan tekanan emosional (Lerner et al., 2015).

Mereka juga menunjukkan kemampuan yang lebih baik dalam mengelola stres dan mencegah burnout di masa dewasa (Mérida-López & Extremera, 2017).

Penelitian neurosains menunjukkan bahwa pengembangan kompetensi emosional sejak dini bahkan dapat memengaruhi perkembangan struktur otak yang terkait dengan regulasi emosi, yang berdampak pada fungsi kognitif dan emosional sepanjang hidup (Silvers et al., 2016).

Baca Juga: Memahami Perkembangan Emosi pada Anak

Faktor Apa Saja yang Dapat Menghambat Pengenalan Emosi pada Anak?

  1. Pola Komunikasi dalam Keluarga atau Rasa Ketidakamanan Anak secara Emosional: Misalnya, mengabaikan dan meremehkan perasaan anak ketika mereka sedang merasa kecewa, dengan mengatakan hal-hal seperti “Ini bukan masalah yang besar” atau “Kamu jangan berlebihan deh.” Jika terus terjadi, anak akan belajar bahwa emosinya tidak penting dan dapat membuatnya enggan untuk mengungkapkan perasaannya (Butterfly Beginnings Counseling, 2024, January 1).
  2. Kurangnya Pengenalan dan Ruang untuk Mengekspresikan Emosi: Sebuah penelitian menunjukkan anak-anak mungkin tidak dapat mengidentifikasi perasaannya karena orang tua atau lingkungan sekitar kurang memberikan penjelasan atau “label” mengenai emosi yang dirasakan. Akibatnya, anak-anak mungkin merasakan emosi tanpa benar-benar memahami atau mengenali perasaan tersebut (Kristsuana et al., 2024).
  3. Pengalaman Negatif: Anak-anak mungkin enggan mengungkapkan emosi negatif karena takut dinilai negatif oleh lingkungan sekitar. Ejekan dari teman-teman ketika mengekspresikan kesedihan atau kemarahan dapat membuat anak memilih untuk memendam emosinya (Irene et al., 2020).
  4. Kesulitan Belajar Tertentu: Anak-anak dengan kesulitan belajar, seperti disleksia, mungkin mengalami keterlambatan dalam mengidentifikasi, mengatur, dan mengekspresikan emosi sesuai dengan norma sosial (Irene et al., 2020).

Bagaimana Orang Tua Dapat Memperkenalkan Emosi kepada Anak?

  1. Cerita dan Buku: Bacakan buku cerita yang mencerminkan berbagai emosi dan ajak anak untuk mendiskusikannya. Hal ini dapat membantu anak memahami dan mengenali emosi melalui konteks yang tidak asing baginya (Puspita, 2019).
  2. Permainan Peran: Gunakan permainan peran sebagai metode untuk membantu anak mengekspresikan dan memahami emosi. Melalui aktivitas ini, anak belajar bagaimana merespons perasaan mereka dan perasaan orang lain (Pratama et al., 2024).
  3. Menunjukkan Ekspresi Emosi: Ajarkan anak untuk mengenali ekspresi wajah dan bahasa tubuh sebagai cara untuk memahami emosi. Diskusikan bagaimana perasaan dapat terlihat secara visual (Sahara et al., 2023).
  4. Diskusi Terbuka: Adakan diskusi terbuka mengenai perasaan dalam kehidupan sehari-hari. Dorong anak untuk berbagi bagaimana mereka merasakan berbagai situasi (Andriyani, 2021).
  5. Aktivitas Kreatif: Manfaatkan seni dan kerajinan untuk membantu anak mengekspresikan emosi. Anak dapat menggambar atau melukis tentang perasaan mereka, yang membantu mereka mengenali dan mengungkapkan emosi (Puspita, 2019).

Baca Juga: Perlindungan Anak: Tanggung Jawab Bersama untuk Masa Depan Bangsa

Kesimpulan

Pengenalan emosi pada anak sangat penting untuk perkembangan mental dan emosional mereka. Sejak usia dini, anak-anak perlu familiar dengan emosi dasar seperti senang, marah, sedih, dan takut.

Dengan memperkenalkan emosi, mereka dapat belajar mengenali, memberi label, dan mengekspresikan perasaan mereka, yang membantu mereka mengelola emosi dengan lebih baik.

Anak yang mampu mengidentifikasi emosinya biasanya lebih efektif dalam berkomunikasi, menjalin hubungan sosial, dan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi.

Namun, ada berbagai faktor yang dapat menghambat pengenalan emosi, seperti pola komunikasi yang tidak mendukung, kurangnya ruang untuk mengekspresikan perasaan, pengalaman negatif, dan kesulitan belajar tertentu.

Oleh karena itu, orang tua dan pendidik harus aktif dalam memperkenalkan emosi kepada anak melalui berbagai cara, seperti membacakan cerita, melakukan permainan peran, dan mengadakan diskusi terbuka.

Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung, anak-anak tidak hanya belajar mengenali dan mengelola emosi mereka, tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional yang penting untuk keberhasilan mereka di sekolah, dalam hubungan sosial, dan dalam kehidupan secara keseluruhan. Pengenalan emosi yang baik dapat menjadi dasar yang kuat bagi anak untuk menghadapi tantangan di masa depan.

Penulis:
1. Innara Kelisha
2. Gold Stefen Pangestu
3. Lorentius Rossi Dwi Susanto
4. Alvin Sanjaya
5. Hana Kameliana
6. Widya Risnawaty
Mahasiswa Psikologi Universitas Tarumanagara

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

Aldao, A., Gee, D. G., De Los Reyes, A., & Seager, I. (2016). Emotion regulation as a transdiagnostic factor in the development of internalizing and externalizing psychopathology: Current and future directions. Development and Psychopathology, 28(4pt1), 927–946. https://doi.org/10.1017/S0954579416000638

Anderson, S. n.d. The importance of helping to identify emotions for kids. URL: https://learningforapurpose.com/the-importance-of-helping-to-identify-emotions-for-kids/. Learning for a Purpose. Diakses tanggal 6 Maret 2025.

Andriyani, E. M. (2021). Penggunaan alat permainan edukatif dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini di Raudhatul Athfal Al-Hidayah. Jurnal Ilmiah, 15(2), 1–23. https://doi.org/10.32332/ijigaed.v2i1.3811

Denham, S. A., Bassett, H. H., Zinsser, K., & Wyatt, T. (2015). How preschoolers’ social–emotional learning predicts their early school success: Developing theory‐promoting, competency‐based assessments. Infant and Child Development, 24(1), 1–23. https://doi.org/10.1002/icd.1868

Ekman, P. 1993. Facial expression and emotion. American Psychologist. 48(4):384–392

Garner, P. W., & Power, T. G. (1996). Preschoolers’ emotional control in the disappointment paradigm and its relation to temperament, emotional knowledge, and family expressiveness. Child Development, 67, 1406–1419. https://doi.org/10.2307/1131708

Housman, D. K. 2017. The importance of emotional competence and self-regulation from birth: a case for the evidence-based emotional cognitive social early learning approach. International Journal of Child Care and Education Policy, 11(13). https://doi.org/10.1186/s40723-017-0038-6

Irene, J., Mar’at, S., Tiatri, S. 2020. Faktor yang memengaruhi ekspresi emosi anak dengan indikasi disleksia yang menjalani terapi seni ekspresif. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, 4(1), 108–118. https://doi.org/10.24912/jmishumsen.v4i1.7541.2020

Keltner, D., Sauter, D., Tracy, J., & Cowen, A. 2019. Emotional expression: Advances in basic emotion theory. Journal of Nonverbal Behavior. 43(2):133–160.

Kristsuana, L. N., Afriline, G. V., Gea, F. S. P., & Krishi, N. S. L. (2024). Metode storytelling untuk mengenalkan emosi pada anak usia 4-5 tahun. Aletheia Christian Educators Journal, 5(1), 34–41. https://doi.org/10.9744/aletheia.5.1.34-41

Lerner, J. S., Li, Y., Valdesolo, P., & Kassam, K. S. (2015). Emotion and decision making. Annual Review of Psychology, 66, 799–823. https://doi.org/10.1146/annurev-psych-010213-115043

Li, S., Tang, Y., & Zheng, Y. (2023). How the home learning environment contributes to children’s social–emotional competence: A moderated mediation model. Frontiers in Psychology, 14, 1065978. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2023.1065978

MacCann, C., Jiang, Y., Brown, L. E. R., Double, K. S., Bucich, M., & Minbashian, A. (2020). Emotional intelligence predicts academic performance: A meta-analysis. Psychological Bulletin, 146(2), 150–186. https://doi.org/10.1037/bul0000219

McFarlane, J. M., Shi, A. L., Ramoo, D., & Yousef, T. 2024. Introduction to psychology: Moving towards diversity and inclusion. BCcampus.

Mérida-López, S., & Extremera, N. (2017). Emotional intelligence and burnout in teachers: A systematic review. International Journal of Educational Research, 85, 121–130. https://doi.org/10.1016/j.ijer.2017.07.011

Morris, A. S., Silk, J. S., Steinberg, L., Myers, S. S., & Robinson, L.R. (2007). The role of the family context in the development of emotion regulation. Social Development, 16, 361–388. https://doi.org/10.1111/j.1467-9507.2007.00389.x

Poulou, M. S., Bassett, H. H., & Denham, S. A. (2018). Emotional and social competence in preschoolers: A cross‐cultural study between Greece and the United States. International Journal of Emotional Education, 10(2), 4–21. https://eric.ed.gov/?id=EJ1197357

Pratama, W. S. R., Diana, D., & Sulistiowati, N. 2024. Analisis pentingnya melatih emosional anak usia dini. Jurnal Pengabdian Masyarakat Bangsa, 2(6), 1912–1917.  https://doi.org/10.59837/jpmba.v2i6.1144

Puspita, S. M. (2019). Kemampuan mengelola emosi sebagai dasar kesehatan mental anak usia dini. SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 5(1), 85-92.

Rivers, S.E., M.A. Brackett, M.R. Reyes, J.D. Mayer, D.R. Caruso, & P. Salovey. 2012. Measuring emotional intelligence in early adolescence with the MSCEIT-YV: Psychometric properties and relationship with academic performance and psychosocial functioning. Journal of Psychoeducational Assessment, 30(4), 344–66. https://doi.org/10.1177/0734282912449443

Romani-Sponchiado, A., Maia, C. P., Torres, C. N., Tavares, I., & Arteche, A. X. (2022). Emotional face expressions recognition in childhood: Developmental markers, age and sex effect. Cognitive Processing, 23(3), 467–477. https://doi.org/10.1007/s10339-022-01086-1

Sahara, A., Hidayat, R., & Mentari, E. G. (2023). Peran orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak usia dini. Jurnal An-Nur: Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman, 9(1).

Santrock, J.W. (2007) Child development. 11th Edition, McGraw-Hill, Boston.

Taylor, R. D., Oberle, E., Durlak, J. A., & Weissberg, R. P. (2017). Promoting positive youth development through school-based social and emotional learning interventions: A meta-analysis of follow-up effects. Child Development, 88(4), 1156–1171. https://doi.org/10.1111/cdev.12864

Tominey, S. L., O’Bryon, E. C., Rivers, S. E., & Shapses, S. (2017). Teaching emotional intelligence in early childhood. URL: https://www.naeyc.org/resources/pubs/yc/mar2017/teaching-emotional-intelligence NAEYC. Diakses tanggal 6 Maret 2025.

Weir, K. (2023). How to help kids understand and manage their emotions. URL: https://www.apa.org/topics/parenting/emotion-regulation. American Psychological Association. Diakses tanggal 6 Maret 2025.

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses