Pola asuh orang tua pada zaman sekarang kayaknya sepele ya? Padahal pola asuh orang tua ini merupakan pondasi penting banget bagi perkembangan perilaku anak buat kedepannya.
Bayangkan saja, cara orang tua mendidik anak dan membesarkannya bakal berpengaruh banget ke perilaku anak dan kepribadiannya di masa depan. Bukan cuma tentang masalah nilai akademis, tapi juga perlu memperhatikan kesehatan mentalnya.
Dalam teori pola asuh ini memiliki 4 gaya pola asuh yang banyak di kenal masyarakat seperti otoriter (ketat dan disiplin tinggi), permisif (cenderung lebih memanjakan), otoritatif (kombinasi antara displin dan kasih sayang), dan neglectfull (acuh tak acuh dan cenderung kurang perhatian).
Nah untuk gaya otoriter memiliki aspek yang membuat anak menjadi penurut tapi juga bisa membuat anak menjadi kurang perhatian, kurang rasa percaya diri, dan sulit berekspresi. Untuk pola asuh permisif, anak dapat menjadi lebih kreatif dan menjadi lebih mandiri tapi juga bisa menjadi anak yang manja dan kurang bertanggung jawab.
Pola asuh otoritatif, nah! Ini yang paling cocok untuk diterapkan pada anak karena pola asuh ini merupakan pola asuh yang ideal dan memberikan banyak dampak positif, anak cenderung mempunyai disiplin diri yang baik, lebih percaya diri, dan mampu beradaptasi di lingkungannya.
Nah untuk yang terakhir yaitu neglectfull merupakan pola asuh yang bisa memberikan dampak paling buruk dibandingkan dengan yang lainnya, karena anak merasa terabaikan dan kurangnya kasih sayang yang mereka miliki sehingga beresiko memiliki masalah mental dan emosional yang serius.
Gaya asuh otoriter biasanya di tandai dengan penerapan aturan yang ketat dan disiplin yang tinggi yang dibuat oleh orang tua nya dan di sertai dengan ekspetasi kepatuhan tanpa kompromi dari anak.
Orang tua otoriter cenderung bersikap kaku, kurang memberikan ruang untuk negoisasi dan lebih menekankan pada hukuman daripada penghargaan. Untuk komunikasi cenderung searah dari orang tua kepada anak dengan tanpa kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan pendapat dan perasaan mereka.
Gaya asuh orang tua otoritatif merupakan keseimbangan antara kehangatan, penerimaan, dan penegakkan aturan yang tegas namun responsif. Orang tua otoritatif menerapkan batasan yang jelas dan konsisten mengenai pemberian penjelasan rasional dibalik aturan tersebut serta dapat mendorong kemandirian anak.
Orang tua dengan gaya asuh otoritatif akan lebih aktif terlibat dalam kehidupan anak dan menunjukkan kasih sayang, namun tetap mempertahankan otoritas orang tua. Untuk komunikasi cenderung 2 arah, dengan orang tua mendengarkan pendapat anak dan memberikan ruang untuk bernegoisasi yang sehat dalam batasan yang sehat.
Pola asuh neglectfull atau pengabaian yang ditandai dengan kurang nya keterlibatan orang tua dalam pemenuhan kebutuhan anak secara fisik, emosional, dan intelektual. Hal ini meliputi kurangnya pengawasan, kehangatan, dan dukungan untuk anak lebih berkembang secara optimal yang mengakibatkan anak mengalami permasalahan perilaku dan kesulitan mengontrol emosi.
Hasil survei menurut Delite Global, tingkat stres orang tua milenial bisa mencapai 45% dibandingkan dengan orang tua yang mengasuh anak gen z yang mencapai 53%. Pola asuh yang cocok untuk mengasuh anak generasi Z adalah pola asuh otoritatif.
Baca juga: Dampak Jangka Panjang Pola Asuh Orang Tua Milenial kepada Anak di Indonesia
Hal ini penting karena anak-anak generasi Z saat ini sering kali menghadapi tantangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, di mana mereka cenderung merasa sulit untuk diatur. Kurangnya kasih sayang dan kehangatan dalam pola asuh yang diterima dapat berkontribusi pada perasaan terasing dan kurangnya motivasi dalam diri anak.
Oleh karena itu, penerapan pola asuh otoritatif diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perkembangan mereka. Pola asuh otoritatif ditandai dengan keseimbangan antara tuntutan dan dukungan.
Dalam konteks ini, orang tua yang menerapkan pola asuh ini tidak hanya menetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas, tetapi juga memberikan dukungan emosional yang diperlukan.
Dengan demikian, anak akan merasa lebih diperhatikan dan dicintai. Ketika anak merasakan kasih sayang yang konsisten dari orang tua, mereka cenderung memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dan lebih mampu menetapkan tujuan hidup yang terarah.
Hal ini penting karena anak yang memiliki tujuan hidup yang jelas akan lebih termotivasi dalam menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul di masa depan. Selain itu, pola asuh otoritatif juga memiliki dampak positif terhadap perkembangan perilaku anak.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh ini cenderung lebih mudah berbaur dengan orang lain. Mereka belajar untuk menjalin hubungan sosial yang sehat dan konstruktif, yang sangat penting dalam era komunikasi yang semakin terbuka dan kompleks saat ini.
Kemampuan untuk berinteraksi dengan baik dengan orang baru akan membantu anak menyesuaikan diri dalam berbagai situasi sosial, baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Lebih jauh lagi, pola asuh otoritatif dapat membantu anak dalam mengendalikan emosi dengan lebih baik.
Dengan adanya dukungan dari orang tua, anak belajar untuk mengenali dan mengekspresikan emosi mereka dengan cara yang positif. Kemampuan ini sangat penting untuk menjaga kesehatan mental yang baik.
Ketika anak mampu mengelola emosi mereka, mereka cenderung lebih ceria dan mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan lebih optimis. Selain itu, mereka juga dapat mengatasi stres dan tekanan yang mungkin mereka hadapi, baik di sekolah maupun dalam interaksi sosial.
Dengan demikian, penerapan pola asuh otoritatif bukan hanya memberikan kasih sayang dan dukungan, tetapi juga membekali anak dengan keterampilan sosial dan emosional yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman.
Melalui pendekatan ini, diharapkan anak-anak generasi Z dapat tumbuh menjadi individu yang seimbang, percaya diri, dan memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan baik di berbagai situasi kehidupan.
Pemilihan pola asuh yang baik sangat krusial dalam membentuk karakter dan kualitas individu anak. Pola asuh yang positif dapat memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan fisik, mental, dan emosional anak. Oleh karena itu, orang tua dan pendidik harus berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip asuh yang mendukung pertumbuhan optimal anak di masa depannya.
Penulis: Muhammad Ryan Ferdyansyah
Mahasiswa Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi
Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News