Generasi Strawberry adalah sebuah istilah untuk menyebut generasi baru, dimana pada mulanya istilah ini digunakan untuk orang Taiwan yang lahir setelah 1981 yang “gampang mengkerut” seperti strawberry, artinya mereka tak dapat menghadapi tekanan sosial atau kerja keras seperti generasi orang tua mereka.
Pemilihan buah strawberry untuk penyebutan generasi baru ini juga karena buah strawberry itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur.
Menurut Profesor Rhenald Kasali dalam bukunya, generasi strawberry merupakan generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Generasi ini memiliki akses untuk menyerap berbagai informasi di media sosial dengan mudah dan cepat seperti spons menyerap air.
Baca juga: Peran Generasi Z terhadap Pandemi
Sayangnya, informasi-informasi yang diterima terlalu cepat dan memberikan pengaruh kepada mereka berupa self diagnosis yang kurang tepat. Itulah mengapa kebanyakan dari generasi ini sering mengeluh butuh healing, butuh liburan, dan lain sebagainya.Â
Padahal healing itu tidak sesederhana yang diucapkan. Healing merupakan proses kompleks untuk penyembuhan atau pengobatan. Ada sebuah kejadian di masa lalu yang membekas dan tentu saja ada proses yang harus dilakukan untuk kesembuhannya sehingga kita dapat menjadi lebih baik lagi di masa depan.
Tetapi karena sekarang ini media sosial memberikan informasi yang sangat kaya maka kita merasa bisa memecahkan masalah kita sendiri. Ini adalah self diagnosis yang tidak hanya terjadi pada orang muda tetapi sangat mungkin terjadi pada generasi yang lebih tua.
Contoh mudah adalah ketika kita merasakan keluhan pada tubuh kemudian kita tidak mencoba memeriksanya tetapi cuma mencari-cari informasi melalui internet dengan membabi buta, ini malah akan menjadikan kita overthinking dan overdiagnosis.
Baca juga: Sisi Luar Biasa Generasi Z yang Sering Dipandang Sebelah Mata
Overthinking tersebut membuat anak muda sekali lagi dengan mudah mengatakan bahwa mereka butuh healing karena kepenatan-kepenatan akibat banjirnya informasi pada media sosial, yang tidak dapat mereka saring dengan baik. Asal usul generasi strawberry tidak terlepas dari bagaimana generasi ini terbentuk.
Generasi strawberry berasal dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang sudah maju. Rata-rata mereka tumbuh dengan perkembangan teknologi yang pesat. Ini juga alasan utama mengapa generasi ini hebat dan kreatif.
Para generasi strawberry memiliki kreativitas dan ide-ide yang seringkali out of the box. Hal ini kemungkinan karena mereka tumbuh langsung berbenturan dengan teknologi dan informasi. Sayangnya, generasi ini memiliki kegigihan yang kurang. Ide yang cemerlang seringkali pupus karena kurangnya daya juang para generasi strawberry.
Salah satu perbedaan karakteristik yang signifikan antara generasi baru dan beberapa generasi sebelumnya adalah pada penguasaan teknologi. Setiap generasi punya cara tersendiri untuk berekspresi baik dalam hal berkarya dan memilih karir hidup kedepannya.
Baca juga: Gangguan Mental Generasi Milenial
Generasi hari ini tumbuh dengan kemudahan instan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal itu juga menjadikan generasi hari ini punyai cara berbeda dalam memilih dan menunjukkan bakatnya untuk melahirkan hal-hal bermanfaat untuk sekitarnya. Beberapa tampilan sosial media dapat kita hidupkan kembali dengan konten yang bermanfaat.
Generasi strawberry dipandang sebagai generasi rebahan, namun dengan kemajuan teknologi mereka dapat berkontribusi dan bahkan memantik perubahan. Teman-teman muda yang hobinya bermain Tiktok dapat menyalurkan bakatnya dalam hal marketing produk.
Gagasan kreatif anak muda hari ini dapat bisa menggeser promotional trends yang sebelumnya menggunakan poster dan media cetak lainnya. Teman teman yang passion-nya berorganisasi dapat bisa membuat kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, terlebih dalam masa pandemi saat ini.
Oleh karena itu, generasi strawberry perlu dididik dengan baik agar tidak hanya memiliki kekuatan dalam segi pengetahuan dan teknologi, melainkan juga mental dan psikis serta tidak mudah terombang-ambing.
Tim Penulis:
1. Annisya Alfanura
Mahasiswa Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Islam Indonesia
2. Nur Zaytun Hasanah
Alumni Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia
Referensi
Kasali, Renald. 2018. Strawberry Generation, Mengubah Generasi Rapuh menjadi Generasi Tangguh.
https://lpmpendapa.com/opini/strawberry-generation-generasi-pembawa-perubahan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Generasi_Stroberi
https://www.idxchannel.com/milenomic/lima-fakta-menarik-generasi-strawberry-kreatif-tapi-mudah-rapuh