Perjuangan Gina Ismiati yang Manuver Demi Mewujudkan Cita-Cita yang Spektakuler

Kisah Inspiratif
Dokumentasi bersama Tokoh Inspiratif (Sumber: Penulis)

Lahir dan dibesarkan dikampung halaman yang asri nan hijau, ya benar Cianjur Selatan. Daerah yang memiliki pesona yang amat indah, dari berbagai tempatnya, bernama lengkap Gina Ismiati, lahir di Desa Walahir, RT 01/RW 02 Kec. Leles Kab. Cianjur.

Selama masa kanak-kanaknya berlangsung, orang yang kerap dipanggil Gina ini bersekolah di Sekolah Dasar Negeri CIANTI selama 6 tahun (2009-2014) dan memiliki banyak sekali teman.

Melangkah seiring berjalan waktu dengan perputaran jam yang seperti orang katakan, “waktu itu sangat singkat” atau “seakan berkedip saja”, ia menginjak masa remaja SMP yaitu SMPN LELES ditahun 2015-2017 dan SMA disekolah yang terbilang favorit yaitu SMA 2 Cianjur dari 2018-2020.

Bacaan Lainnya

Prestasi dan keinginannya yang kuat tak getir membuatnya terus menerobos setiap lembah yang menurut orang-orang katakan sulit, lalu akan ia buktikan, bahwa sesuatu tersebut mudah, hanya pemikirannya yang masih mudah menyerah.

Ia mengikuti organisasi Majelis Perwakilan Konsulat (MPK), Rohani Islam (ROHIS) dan PASKIBRA. Akan tetapi ia mengatakan lebih fokus di PASKIBRA.

Sejauh ini sepak terjang akan perjuangannya bukan sekedar pengalaman berbentuk kata, pengalaman tersebut mengartikan banyak hal dan makna yang amat luas.

Perjuangannya sangat terasa semenjak SMA, ia merupakan satu-satunya siswa yang baru mengisi formulir UNSUR, melewatkan PTN PTN yang berderet dimeja guru Bimbingan Konseling (BK) yang dikejar dan diburu oleh teman-teman sekelasnya.

Menurutnya semua universitas itu sama, “Tak ada yang salah di universitas tersebut, jika niatnya sungguh-sungguh.” tuturnya. Tetapi teman-temannya terlihat melabeli Gina sebagai ‘Siswa yang tidak ada keinginan memasuki PTN’.

Sebagian temannya mengatakan jika memasuki dunia pendidikan itu, sekarang saja banyak pengangguran, banyak yang tidak mendapatkan gaji yang sesuai, dan sebagainya.”Tambahnya.

Namun hal tersebut tak ia gubris dan ia jadikan pecutan agar semakin bangkit untuk membuktikannya.

Setelah pertentangannya dimasa SMA, pertentangan kembali hadir dilingkungan internalnya yaitu kedua orang tuanya, ayah dan ibunya berfikir bahwa ia mengambil pendidikan sudah tahu akan menjadi guru, nyatanya keinginannya memasuki jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR).

Namun hal tersebut masih dianggap tidak serius oleh orang tuanya, sampai pada saat waktu tes online, kedua orang tuanya mengetahui bahwa ucapannya tidak main-main ingin memilih jurusan tersebut.

“Jika ingin menjadi guru di tempat kelahiran kamu, nampaknya sulit, namun jika mencari di Cianjur selalu ada peluangnya” tutur Ayahnya.

Kebetulan Ayah Gina Ismiati ini ialah seorang Guru Olahraga. Sehingga setelah menimbang dan melihat lebih jauh segala bentuk resiko dan kemampuan diri, memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) sebagai jurusan yang dipilih.

Dimulai semester 1 ia telah aktif organisasi, ikut dipercaya menjadi Ketua Pelaksana pada Acara Ngamumule 2020 dan direkomendasikan menjadi delegasi Panitia Khusus (PANSUS) angkatan 2020.

Pada semester 3-4 diberikan kepercayaan menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMADIKSATRASIA).

Setelah lengser dari organisasi tersebut belum memuaskan rasa keingintahuannya dengan mengikuti Kampus Mengajar di semester 5 (tingkat 3 semester 5) selama satu semester.

Pengalaman selama menjadi bagian dari Angkatan 4 Kampus Mengajar mungkin secara naluriah sangat melelahkan.

Karena menjadi satu kelompok dengan yang berbeda universitas, jurusan, merupakan suatu keunikan, karena kita menempatkan diri sebagai pengajar ditengah-tengah mahasiswa yang berasal dari tempat dan kemampuan yang berbeda.

“Kebetulan ditempatkan ditempat yang lumayan dekat, di SD Nanggala nah untuk pendaftarannya teteh tuh satu-satunya yang daftar di angkatan, ternyata setelah informasi kelulusan teteh lulus dan ada ditingkat atas teteh yang lulus juga, namanya QORI.” Ujarnya. “Temen-temen juga ada yang bilang kenapa gak dikelas aja, ngapain ikut itu..” Tuturnya.

Ia juga menuturkan suka duka saat menjadi bagian dari Kampus Mengajar (KAMJAR) “Kalo dibilang capek ya capek ya, tapi dinikmatin banget karena memang perbedaan Jurusan perkuliahan, ada yang dari Pendidikan, Desain Interior, dan Bisnis.

Itu menjadikan kita yang selalu ngasih arahan untuk ngomong sama anak-anak tuh gini, ngobrol dengan orang tua murid itu gini, jadi guru tuh gini dan masih banyak lagi dan juga kita harus pelan-pelan ngasih tau mereka karena wajar mereka gatau karena bukan dari pendidikan belum ada basic-nya.”

Gina juga mengatakan setelah selesai mengabdi di kampus mengajar, ia kembali ke pembelajaran akademik, tidak memikul peran organisasi diantara jenjang pembelajaran semester lagi.

“Setelah selesai organisasi ada yang tawarin di MBKM tapi teteh memilih cukup menjadi mahasiswa kupu-kupu.”

Ia hanya melakukan aktivitas rutin dipagi hari membereskan kamar kost, kemudian sarapan, berangkat kuliah, lanjut kuliah pukul 11.00 WIB hingga pukul 15.00 lalu pulang ke kost, jika tak ada tugas yang dikerjakan ia memilih pulang ke kost dan beristirahat.

Setiap orang memiliki motivator dan inspirator hidupnya, termasuk dirinya yang motivator terdepan adalah kedua orang tuanya.

“Untuk inspirasi teteh udah jelas kedua orang tua, karena orang tualah  teteh bisa tetap bertahan, berjuang, berjalan dan bisa tetap sabar selama ini. Harapan setelah lulus nanti, mendapat hasil yang memuaskan, ingin mengabdi di desa teteh, kembali ke Leles.” jawabnya.

Gina telah memahami apa yang dibutuhkan di Desa dan apa yang akan dikembangkan disana maka berniat pulang untuk membawa bekal yang mudah-mudahan bermanfaat disana.

“Cita-cita teteh adalah lulus tepat waktu dan bisa balik lagi ke Cianjur Selatan” Tambahnya.

Setiap perjalanan manusia itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, seperti yang telah dirasakan oleh Gina.

Ia pun menuturkan disekitanya mendefinisikan dirinya sebagai seorang yang ambisius, padahal dirinya adalah seseorang yang tidak dapat menunda pekerjaan, karena menurutnya ”jangan pernah menunda pekerjaan, karena masih ada pekerjaan lain yang harus kita selesaikan.”

“Teteh Cuma bisa bilang kalian (tugas/pekerjaan) itu selesaikan satu-persatu, semuanya juga akan ada waktunya akan ada fasenya, semua itu akan terlewati.”

Mungkin itu adalah pepatah sekaligus nasihat bagi kita agar tetap bersemangat menggali impian yang semua orang sudah dambakan sekian lama.

Penulis: Firda Nurfauziah Mustopa
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Suryakancana Cianjur

Editor: Salwa Alifah Yusrina
Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI