Permasalahan Air Tanah di Daerah Urban Studi Kasus Air Tanah Jakarta

Chintia Ariesta Violanda – 25117045
Program Studi Teknik Lingkungan, Jurusan Teknologi Infrastruktur dan Kewilayahan
Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan
e-mail: [email protected]

Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan bagaimana solusi untuk mengatasainya. Artikel ini menggunakan metode diskriptif dan data di diambil dari hasil survey, penelitian, literatur yang resmi. Hasil menunujukan, pada semester 1 tahun 2018 Sebanyak 30 kelurahan tercemar berat dari 177 kelurahan di Provinsi DKI Jakarta. Pencemaran tingkat berat ini apabila air mengandung air raksa, helium, zat padat dan zat kimia lainnya yang berbahaya. Selain itu, kondisi permukaan tanah di Provinsi DKI Jakarta turun 1-20 cm setiap tahunnya akibat pengeboran air secara masif. Untuk itu dibutuhkan solusi pencegahan tercemarnnya air tanah dan penurunan permukaan tanah di Provinsi DKI Jakarta.

Kata kunci: air tanah, pencemaran air tanah, penurunan permukaan tanah

Abstract: Ground water is water that is stored and flows below the surface of the land that can be used for living things. This article aims to find out the problem and how to solve it. This article uses descriptive methods and the data taken from the results of surveys, research, official literature. In semester 1 of 2018, 30 urban villages were heavily polluted from 177 households in DKI Jakarta Province. Severely polluted if water contains mercury, helium, solids and other harmful chemicals. In addition, the condition of the land surface in DKI Jakarta Province dropped by 1-20 cm annually due to massive water drilling. For this reason, solutions are needed to prevent groundwater contamination and land subsidence in the Province of DKI Jakarta

Bacaan Lainnya

Keyword: groundwatre, groundwater problems, landsubsidance

 

PENDAHULUAN

Menurut UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, air tanah merupakan air yang terdapat pada lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. Secara umum, air tanah adalah air yang tersimpan dan mengalir di bawah permukaan tanah yang dapat digunakan untuk keperluan mahluk hidup. Air jenis ini sangat berguna untuk ketersediaan cadangan air di muka bumi, di mana air merupakan salah satu hal yang paling penting bagi kelangsungan hidup semua makhluk di bumi. Tanpa adanya air mustahil makhluk hidup akan tetap bertahan hidup. Karenanya pengambilan air semakin lama semakin besar seiring dengan kebutuhanya yang tinggi dan pertumbuhan penduduk.  Pada daerah urban, laju pertumbuhan penduduk menunjukan peningkatan yang signifikan. DKI Jakarta Sebagai daerah urban menjadi tujuan bagi para pendatang untuk mengadu  nasib dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil survei  Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2018 tercatat laju pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sebesar 1,07% dengan jumlah penduduk -+ 10 467.630.000  jiwa[1]. Laju pertumbuhan ini juga di iringi dengan peningkatan jumlah kebutuhan pangan dan air bersih dan layak, pembangunan infrastruktur, serta pengurangan daerah resapan air karena keperluan timpat tinggal dan insdustri. Pertambahan penduduk yang cepat, banyak membawa dampak negatif terhadap sumberd aya air baik kuantitas maupun kualitasnya. Sementara itu, ada sebagian  penduduk yang kurang mendapatkan pelayanan air, tetapi di sisi lain terdapat aktivitas dan kegiatan penduduk yang menggunakan air secara berlebihan dan cenderung menyebabkan pemborosan air.  Air tanah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih dan air minum adalah air sumur gali. Karena penggalian itulah cadangan air tanah di sebagian besar wilayah DKI Jakarta pun cenderung menipis[2]. Cadangan air yang menipis ini pun menyebabkan permasalahan  lain, yaitu melemahnya tingkat kekuatan tanah untuk menampung beban diatasnya. Pelemahan tanah mengakibatkan permukaan tanah turun dan menambah kekhawatiran daerah DKI Jakarta akan tenggelam.

Secara umum, kualitas air tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya iklim, vegetasi, geologi, aktivitas manusia termasuk limbah-limbah industri, rumah tangga, pertanian, dan pestisida. Kualitas dapat dilihat dari beberapa indikator yang dapat diukur di antaranya adalah pH (keasaman air tanah), kandungan zat padat terlarut,  dan kandungan ion dalam air. Pengukuran kualitas air dapat digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan apakah air tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku industri atau tidak. Air yang digunakan tersebut harus benar-benar memenuhi persyaratan sebelum digunakan karena akan mempengaruhi kesehatan mahluk hidup yang mengonsumsinya. Artikel ini ditulis bertujuan untuk mengetahui permasalahan air tanah di Provinsi DKI Jakarta dari pencemarannya hingga penurunan  muka tanah akibat eksploitasnya serta memberikan solusi yang dapat mengurangi dampak buruknya.

METODOLOGI

Metode penelitian dalam artikel ini menggunakan metode deskriptif, dimana artikel ini di buat untuk mengumpulkan, meurumuskan, serta mejelaskan secara terperinci dan sistematik fenomena permasalahan air tanah yang ada di Provinsi DKI Jakarta[3]. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil studi literatur, jurnal, hasil penelitian terdahulu, internet, dan media lainnya yang relevan dengan judul artikel ini.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu daerah Urban yang mengalami permasalahan ini adalah Provinsi DKI Jakarta. Sebagai kota urban, Jakarta menjadi pusat Urbanisasi di Indonesia dengan laju pertumbuhan penduduk  sekitar 1,07% dan sebagai pusat industri di indonesia, prabrik-pabrik menjamur di berbagai daerah di Jakarta mulai dari pabrik kecil hingga besar. Pabrik-pabtik tersebut mengeluarkan limbah berupa zat kimia ringan hingg berat. Ditambah lagi dengan kepadatan penduduk yang diiringi meningkatnya  pencemaran tanah dan lahan pengolahan limbah yang belum teratur sehingga limbah tersebut menyerap kedalam tanah dan mencemari air tanah. Tingkat keburuhan air yang tinggi membuat rumah tangga mengebor sendiri air sumur mereka. Pabrik dan gedung pun ikut mengebor air sumur mereka secara ilegal demi memenuhi kebutuhan perusahaan, akibatnya permukaan tanah menjadi turun sekian meter pertahunnya

 Pencemaran air tanah

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup kondisi air tanah di DKI Jakarta semester 1 tahun 2018 mengalami pencemaran. Terdapat 42 kecamatan di DKI Jakarta yang kondisi airnya tercemar berat dan sedang dibeberapa kelurahannya. Kondisi air tanah di DKI Jakarta dikategorikan menjadi empat yaitu baik, tercemar berat, tercemar sedang, dan tercemar ringan. Kategori ini berdasarkan kandungan partikel atau zat-zat kimia yang terdapat didalam air tanah. Tercemar berat apabila air mengandung air raksa, helium, zat padat dan zat kimia lainnya sedangkan tercemar sedang hanya beberapa zat kimia yang terdapat didalammnya, dan ringan apabila didalamnya mengandung zat kimia yang bersifat ringan dan dikategorikan kondisi baik apabila tidak terdapat zat kimia yang membahayakan didalamnya. Berikut ini adalah data pencemaran air tanah yang di ambil dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta dalam laman Portal Statistik Sektoral Provinsi DKI Jakarta.

Tabel 1: Sebaran Pencemaran Air tamah di Jakarta Pusat, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

Kondisi air tanah di Jakarta Pusat yang tercemar berat  terdapat di lima kecamatan yaitu  kecamatan Gambir, Johar Baru, Kemayoran, Menteng, Senen yang  tersebar pada 12 kelurahan. Sedangkan kondisi air yang baik hanya terdapat pada sembilan kelurahan di empat kecamatan yaitu Cempaka Putih , Gambir , Kemayoran dan Senen.

Tabel 2: Sebaran Pencemaran Air tamah di Jakarta Barat, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

Kondisi air tanah di Jakarta Barat untuk 5 kelurahan dikategorikan baik, sedangkan 4 kelurahan di tiga kecamatan tercemar berat yaitu kecamatan Kalideres , Kebon Jeruk, Taman Sari, dan beberapa kecamatan lainnya dikategorikan tercemar ringan dan sedang.

Tabel 3: Sebaran Pencemaran Air tamah di Jakarta Pusat Selatan, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta
Tabel 4: Sebaran Pencemaran Air tamah di Jakarta Timur, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

Kondisi air tanah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur lebih baik dibandingkan kota lainnya karena hanya 2 dan 3 kelurahan yang tercemar berat di masing-masing kota. Meskipun secara keseluruhan kondisi air di Jakarta Selatan masih terdapat zat padat terlarut tetapi jika dibandingkan dengan kota lainnya, kedua kota ini lebih baik kondisi air tanahnya.

Tabel 5: Sebaran Pencemaran Air tamah di Jakarta Utara, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta

Kondisi air di Jakarta Utara tercemar berat di 9 kelurahan yang menyebar di lima kecamatan, yaitu kecamatan Cilicing, Koja, Pademangan, Tanjung Priuk dan Penjaringan.

Secara keseluruhan kondisi air tanah di DKI Jakarta masih dikategorikan tercemar, hanya beberapa kelurahan yang kondisi air tanahnya bisa dikategorikan baik tercatat pada semester 1 tahun 2018.[4]

Penurunan Permukaan Tanah

Eksploitasi air tanah terkhusus didaerah urban dewasa ini terbilang sangatlah besar. Kepadatan penduduk yang selalu meningkat, kebutuhan air yang juga meningkat serta pembangunan infrastruktur secara besar-besaran namun tidak diiringi dengan ketersediaan air tanah yang layak dan bersih menjadi penyebab utama permasalahan air tanah di daerah urban. Di tambah lagi dengan struktur geologi di daerah urban yang kebanyakan di Indonesia ini adalah batuan sedimen  jenis batupasir dan batulempung yang dianggap tidaklah terlalu kuat untuk menahan beban besar sebagai kota besar. Berikut ini adalah peta penurunan permukaan tanah Provinsi DKI Jakarta yang di ambil dari hasil pengamatan GPS.

Gambar 1 : Peta Penurunan Tanah DKI Jakarta Periode 2000-2014

 

Dari peta penurunan muka tanah DKI Jakarta selama 14 tahun tercatat bahwa:

  • Sebagian besar wilayah Jakarta Utara mengalami penurunan muka tanah sebesar 0,8 hingga 2 meter.
  • Sebagian besar wilayah Jakarta Barat mengalami penurunan muka tanah sebesar 0,4 hingga 1,4 meter.
  • Sebagian besar wilayah Jakarta Timur mengalami penurunan muka tanah 0 hingga 1,4 meter.
  • Sebagian besar wilayah Jakarta Pusat mengalami penurunan muka tanah sebesar 0 hingga 0,08 meter.
  • Sebagian besar wilayah Jakarta Selatan mengalami penurunan muka tanah sebesar 0 hingga 0,04 meter. 
Gambar 2. Proyeksi Penurunan Muka Tanah DKI Jakarta 2007 – 2025

 Peta tersebut merupakan data hasil penelitian Dr. Heri Andreas, S.T, M,T seorang peneliti Geodesi ITB, yang di himpun oleh laman BBC Indonesia. Peta tersebut diolah menggunakan analisis spasial. Data penurunan muka tanah setiap kecamatan diolah dengan mencari nilai rata-rata proyeksi dari tahun 1997 hingga tahun 2007. Data tahun 2007 penurunan tanah di sebagan besar wilayah DKI Jakarta sebesar 0 – 1 meter. Kemudian proyeksi tahun 2017 penurunan tanah di sebagan besar wilayah DKI Jakarta sebesar 0 – 3 meter. Proyeksi tahun 2025 penurunan tanah di sebagan besar wilayah DKI Jakarta sebesar 1 – 4 meter. Proyeksi tahun 2050 penurunan tanah di sebagan besar wilayah DKI Jakarta sebesar 2 – 5 meter lebih. Peta tersebut mennyimpulkan bahwa setiap tahunnya permukaan tanah mengalami penurunan.[5]

Penurunan permukaan tanah tersebut di akibatkan karena pengeboran air tanah yang berlebihan, bahkan kedalaman pengeboran air mencapai ratusan meter. Dalam inspeksi Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menemukan 56 gedung memiliki pengambilan air tanah hingga 200 meter yang diantaranya ilegal atau masa izinnya telah habis. Penduduk DKI Jakarta sebanyak 60% masih menggunakan air yang diambil sendiri. Pengambilan air tanah ini menyebabkan  proses kompaksi dimana tanah menyusut akibat kehilangan massa air yang menyebabkan penyusutan tanah dan penurunan muka tanah.  Selain itu, menurut Dr, Heri Andreas pembangunan infrastruktur besar-besaran memiliki pengaruh terhadap penurunan muka tanah sebesar 10% dan ditambah struktur geologi tanah  Jakarta sebagian besar adalah batuan sedimen  jenis batupasir dan batulempung yang memiliki sifat lunak dan tidak terlalu kuat.

1. Penanggulangan

Permasalahan air tanah di Provinsi DKI Jakarta sudah sangat kompleks dan sulit untuk dicari cara pencegahannya, namun disisi lain jika tidak ada upaya yang dilakukan maka beberapa tahun kedepan permasalahan air tanah akan semakin parah, bahkan air tanah di Jakarta tidak lagi layak pakai dan cadangannya semakin menipis. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah untuk mengurasi resiko pencemaran tanah dan memperlambat laju  penurunan muka tanah. Adapun solusi dari permasalahan ini yaitu:

2. Penggunaan Air PAM

Menggalakkan penggunaan Air PAM untuk penduduk DKI Jakarta. Air PAM merupakan sumber air berbayar yang disediakan oleh perusahaan PAM. Air PAM didistribusikan di Jakarta dengan cara menggunakan air dari sumber air perusahaan, memfilternya, kemudian disalurkan ke bangunan yang  berlangganan PAM.

3. Normalisasi

Normalisasi adalah pemulihan permukaan tanah dari polutan dan limbah sehingga tingkat pencemaran menjadi lebih rendah dan penyerapan air ke dalam tanah tidak membawa pulutan yang berbahaya. Pencegahan ini dilakukan dengan cara menormalisasikan air sungai, selokan, dan situ-situ dari segala sampah, tanaman liar, polutan, dan zat kimia berbahaya lainnya.

4. Perbaikan Pengolahan Limbah

Melakukan pengolhan limbah memang diperlukan untuk mengurangi tingkat pencemaran air, hanya saja diperlukan maksimalisasi pengolahan limbah agar kualitas air tanah membaik.

5. Pembukaan Ruang Terbuka Hijau

Pemerintah harus lebih banyak membuat ruang terbuka hijau untuk menambah lahan resapan air. Pembukaan ruang terbuka hijau juga dapat menignkatkan kualitas air tanah, dan sebagai sarana rekreasi penduduk DKI Jakarta.

6. Penegakkan Aturan

Penegakkan aturan sangat penting untuk mengatur pembuangan limbah dan pengolahan  limbah pada sebuah pabrik dan rumah tangga. Menegakkan aturan izin pengambilan air tanah secara legal. Mengevaluasi sanksi dari pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan.

 

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di tarik dari artikel ilmiah ini adalah sebagai berikut:

  1. Air tanah meruapakan air yang yang tersimpan dan mengalir di bawah permukaan tanah. Air jenis ini sangat dibutuhkan untuk keperluan makhluk hidup dalam kesehariannya.
  2. Hasil survey Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyatakan 30 kelurahan tercatat mengalami pencemaran air tanah tingkat berat, dua kelurahan tercatat mengalami pencemaran air tanah tingkat sedang, 108 kelurahan tercatat mengalami pencemaran air tanah tingkat ringan, dan hanya 37 kelurahan yang tercatat memiliki air tanah yang baik.
  3. Pencemaran air tanah disebabkan karena masuknya zat-zat kimia berbahaya dan meresap di tanah sehingga mencemari air tanah.
  4. Setiap tahunnya Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan muka tanah sebesar 1-20 cm per tahun, sedangkan wilayah yang paling besar mengalami penurunan tanah adalah Kota Jakarta Utara dengan penurunan tanah hingga 20 cm pertahun.
  5. Penurunan muka tanah ini disebabkan oleh pengeboran air tanah secara masiv untuk kebutuhan rumah tangga, pabrik bahkan gedung-gedung yang tidak memiliki izin secara legal.
  6. Upaya dalam  melakukan pencegahan permasalahan air tanah di Provinsi DKI Jakarta dapat dilakukan dengan normalisasi saluran air, pembukaan ruang terbuka hijau, perbaikan pengolahan limbah, menggunakan air PAM sebagai kebutuhan rumah tangga dan pabrik, serta melakukan tindakan tegas bagi para pelaku pelanggaran pembuang limbah tanpa diolah dan pengambilan air tanah secara ilegal bagi gedung dan pabrik.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Nurul. 2019. Air Tanah: Pengertian, Jenis, Akuifer, Manfaat, dan Pencemaran.

Foresteract. https://foresteract.com/air-tanah/ ( diakses pada 9 Mei 2020 pukul 11.00 WIB).

Jakarta Opendata. 2019. Data Penggunaan Air Tanah Bulan Oktober – Desember DKI

Jakarta” . Jakarta: Jakarta Opendata. https://data.jakarta.go.id/dataset/data-penggunaan-air-tanah-pada-pelanggan-air-tanah-di-dki-jakarta/resource/90041177-93df-4c44-aaab-bb44d2e31c5c (diakses pada 09 Mei 2020 pukul 12.10 WIB)

H, Andreas (et al). 2015. Study on the risk and impacts of land subsidence in Jakarta.

Published by Copernicus Publications on behalf of the International Association of Hydrological Sciences. Bandung: Geodesy Research Group, Faculty of Earth Science and Technology, Institute of Technology Bandung

Fitria, Agnes. dkk. 2015. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri  Dan Limbah Rumah

Tangga.Dalam Jurnal Kemas (2) (2015) 246-254. Semarang : Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman

Anonim. 2018. Pencemaran Air Tanah : Pengertian, Penyebab, Dampak dan

Penanggulangannya. Ilmu Geografi. https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hidrologi/pencemaran-air-tanah  (diakses pada 9 Mei 2020 pukul 11.05 WIB)

Leoni, Rizka Putri.2019. Penggunaan Air Tanah Berlebihan Buat Jakarta Tenggelam: Ini

Faktanya.Okezone.https://economy.okezone.com/read/2019/10/19/470/2119082/penggunaan-air-tanah-berlebihan-buat-jakarta-tenggelam-ini-faktanya ( diakses pada 08 Mei 2020 Pukul 20.10 WIB).

Irawan, Azira. 2019. Kualitas Air tanah di DKI Jakarta tahun 2018. Jakarta: Dinas

Lingkungan Hidup.  http://statistik.jakarta.go.id/kualitas-air-tanah-di-dki-jakarta-tahun-2018/ (diakses pada 08 Mei 2020 pukul 20.45).

 

BPS. 2019. Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk

Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan. Jakarta: Badan Pusat Statistik Provinsi. https://jakarta.bps.go.id/dynamictable/2019/11/11/69/3-1-1-penduduk-laju-pertumbuhan-penduduk-distribusi-persentase-penduduk-kepadatan-penduduk-rasio-jenis-kelamin-penduduk-menurut-provinsi-kabupaten-kota-kecamatan.html (diakses pada 11 Mei 2020 pukul 15.00 WIB).

Kumparan. 2018. Peneliti ITB: Jakarta Utara Tenggelam Tahun 2050. Kumparan News.

https://kumparan.com/kumparannews/peneliti-itb-jakarta-utara-tenggelam-tahun-2050-1540790354577136277/full (diakses pada 11 Mei 2020 pukul 14.03)

Hidayat, Rafki (et al). 2018. 2050, Jakarta Utara ‘tenggelam’: Semua yang perlu Anda

ketahui. BBC Indonesia.  https://www.bbc.com/indonesia/resources/idt-3928e4ca-f33b-4657-aa35-98eb5987f74e (di akses pada 11 Mei 2020 pukul 13.00 WIB).

Rizka, Edi . dkk. 2016. Makalah Mpktb Pbl: Penurunan Permukaan Tanah Di DKI

Jakarta. Depok : Universitas Indonesia


[1] BPS. Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk Kepadatan Penduduk, Rasio Jenis Kelamin Penduduk Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota/Kecamatan. https://jakarta.bps.go.id/dynamictable/2019/11/11/69/3-1-1-penduduk-laju-pertumbuhan-penduduk-distribusi-persentase-penduduk-kepadatan-penduduk-rasio-jenis-kelamin-penduduk-menurut-provinsi-kabupaten-kota-kecamatan.html , diakses pada 11 Mei 2020 2020 pukul 15.00WIB.

[2] Hidayat, Rafki (et al). 2018. 2050, Jakarta Utara ‘tenggelam’: Semua yang perlu Anda ketahui. BBC Indonesia.  https://www.bbc.com/indonesia/resources/idt-3928e4ca-f33b-4657-aa35-98eb5987f74e (di akses pada 11 Mei 2020 pukul 13.00 WIB).

[3] Nazir. Contoh Metode Penelitian. hal 64-65.

[4] Irawan, Azira. 2019. Kualitas Air tanah di DKI Jakarta tahun 2018. Jakarta: Dinas Lingkungan Hidup.  http://statistik.jakarta.go.id/kualitas-air-tanah-di-dki-jakarta-tahun-2018/ (diakses pada 08 Mei 2020 pukul 20.45).

[5] Hidayat, Rafki (et al). 2018. 2050, Jakarta Utara ‘tenggelam’: Semua yang perlu Anda ketahui. BBC Indonesia.  https://www.bbc.com/indonesia/resources/idt-3928e4ca-f33b-4657-aa35-98eb5987f74e (di akses pada 11 Mei 2020 pukul 13.00 WIB).

Pos terkait