Perspektif “Jago Matematika = Pintar”

Bahkan, terkadang seseorang dianggap pintar hanya jika mereka jago matematika. Jika tidak pandai dalam matematika, maka akan dianggap bodoh. Pikiran tersebut meluas dalam pemikiran orang di Indonesia dan telah terjadi secara turun-temurun.
Sumber: Penulis

Matematika merupakan ilmu abstrak tentang angka, kuantitas dan ruang. Matematika dapat dikaji dengan dirinya sendiri (matematika murni) atau sebagai kegunaan pada disiplin ilmu lain seperti fisika dan teknik (matematika aplikatif).

Matematika sangat identik dengan rumus dan angka. Banyak sekali orang yang kesulitan dalam hal menghitung. Mereka menganggap bahwa matematika itu sulit. Banyak sekali anggapan bahwa matematika itu sulit. Sehingga, seseorang yang jago dalam hal matematika dianggap pintar.

Bahkan, terkadang seseorang dianggap pintar hanya jika mereka jago matematika. Jika tidak pandai dalam matematika, maka akan dianggap bodoh. Pikiran tersebut meluas dalam pemikiran orang di Indonesia dan telah terjadi secara turun-temurun.

Bacaan Lainnya

Padahal, orang yang jago dalam matematika belum tentu pandai dalam hal lain. Tetapi, perspektif orang lain terhadap orang yang jago matematika tidak demikian. Kebanyakan orang menganggap bahwa jago matematika maka pasti pintar dalam semua hal. Terutama pintar dalam hal akademis.

Perspektif tersebut merupakan kesalahan besar. Padahal, kepintaran seseorang itu berbeda-beda. Pintar tidak harus dalam matematika, ada yang pintar dalam sastra, bahasa, sains, musik, olahraga, seni dan pintar dalam akademik maupun non akademik.

Perspektif pintar hanya karena matematika mempersempit definisi kecerdasan hanya pada matematika dan mengabaikan keberagaman bakat dan minat individu.

Teori kecerdasan ganda, yang diperkenalkan oleh Howard Gardner, menyatakan bahwa penilaian terhadap kecerdasan seharusnya tidak terbatas pada kemampuan matematika dan bahasa saja.

Kecerdasan memiliki berbagai bentuk, termasuk kecerdasan kinestetik, visual-spasial, musikal, interpersonal dan intrapersonal. Seharusnya standar kecerdasan mencakup pengakuan terhadap keberagaman kecerdasan dan menghargai setiap jenis kecerdasan dengan sama.

Untuk mematahkan perspektif turun-temurun tentang standar pintar, kita dapat menggabungkan matematika dengan keterampilan lain.

Cara ini dapat menciptakan pendekatan yang lebih seimbang tentang matematika dan memberi kesempatan pada seseorang untuk mengembangkan potensinya secara menyeluruh, yaitu melalui pengembangan potensi yang dimilikinya dan potensi dalam matematika.

Salah satu cara penggabungan matematika  ini yaitu dengan menggabungkan ilmu matematika dengan bidang lain. Seperti menggabungkan matematika dengan musik, seni, ilmu pengetahuan dan bahasa. Dengan menggabungkan hal-hal tersebut, seseorang dapat menggabungkan pengetahuan mereka dengan kreativitas artistik, pemahaman ilmiah, ataupun bahasa.

Sehingga, mereka dapat menguasai berbagai bidang. Bukan hanya dalam bidang yang mereka sukai tapi juga dapat menguasai matematika. Setelah menggabungkan matematika dengan hal-hal yang mereka sukai, maka mereka akan menyadari bahwa ternyata matematika itu tidak sulit.

Mereka akan menganggap bahwa ternyata matematika itu mudah dan menyenangkan. Jadi semua orang akan jago dalam matematika dengan caranya sendiri, dan tidak menganggap orang yang pintar adalah orang yang jago matematika.

Dalam mengubah pandangan mengenai kecerdasan, perlu juga untuk menghapus stigma atau tekanan yang menghubungkan kecerdasan hanya dengan prestasi matematika. Setiap orang memiliki potensi dan keunikan tersendiri. Penting untuk mendorong serta menghargai berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang.

Ketika perspektif pintar telah diubah, maka seseorang harus dapat membuka diri untuk lebih memahami dan menghargai keberagaman kecerdasan dalam diri seseorang dan orang lain. Melalui pendekatan pendidikan dan pengakuan terhadap berbagai bentuk kecerdasan, seseorang dapat memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk berkembang sesuai potensi dan minat bakat mereka.

Dengan beberapa cara tersebut, kita dapat menciptakan standar kepintaran yang lebih relevan dengan kehidupan. Melampaui pandangan sempit tentang kecerdasan matematika saja akan membuka pintu bagi pengembangan potensi penuh individu dan memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk menemukan keahlian dan minat mereka yang unik.

Setiap individu bisa mengembangkan potensi yang mereka miliki tanpa memikirkan standar pintar lagi. Setiap individu diciptakan oleh Tuhan sudah memiliki keunikan dan bakat yang berbeda-beda. Beberapa orang memiliki kecerdasan dalam seni, musik, bahasa atau bidang lain yang tidak berkaitan dengan matematika.

Mempertimbangkan dan menghargai keberagaman ini adalah langkah pertama untuk menciptakan lingkungan di mana setiap individu dapat merasa diakui dan berkontribusi sesuai dengan keahliannya.

 

Penulis: Nadiyah Widadyani Abida
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Tidar

 

Editor: I. Chairunnisa

Bahasa: Rahmat Al Kafi

 

Ikuti berita terbaru Media Mahasiswa Indonesia di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0811-2564-888
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.