Potensi Pantai Lepar yang Membawa Petaka

Pantai
Pantai Lepar Bangka Belitung.

Sebagai manusia kita memiliki peranan penting dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber daya vital ini, untuk mengimbangi dampak dari perubahan alam.

Serta, kita harus mempergunakan segala potensi alam yang ada sesuai dengan kebutuhan, sewajarnya dan tidak berlebihan, agar terwujudnya sebuah keseimbangan hidup antara manusia dan alam.

Kita harus tau bahwa samudera dunia, suhu, unsur kimia, arus, dan kehidupan di dalamnya merupakan penggerak sistem global yang membuat bumi ini bisa dihuni oleh manusia.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca Juga: Penanaman 2000 Pohon Cemara Udang di Pesisir Pantai

Bangka Belitung merupakan provinsi yang terletak di bagian Timur pulau Sumatera. Yang mana Lebih dari 40.000 orang menggantungkan mata pencaharian pada laut dan keanekaragaman hayati pantai. Tetapi saat ini kita melihat bahwa banyak simpanan potensi samudera mengalami eksploitasi berlebih, jauh di bawah level di mana mereka bisa diproduksi hasilnya secara berkelanjutan.

Laut memiliki sumber daya yang bersifat open acces atau harta bersama, sehingga yang bisa merasakan potensi sumber daya yang ada pada laut tidak hanya nelayan.

Maka jika tidak adanya keseimbangan antara nelayan dan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan terhadap wilayah perairan, yang akan sangat rentan terkena akibatnya adalah nelayan karena tentu mereka pasti akan menjadi kelompok yang paling dirugikan nantinya.

Aktivitas pertambangan timah lepas pantai saat ini, ialah salah satu pemicu yang bisa menciptakan ketidakseimbangan tersebut. Yang mana dapat menjadi perhatian khusus karena kegiatan dari tambang timah laut ini, merupakan suatu bentuk eksploitasi sumber daya mineral yang terkandung di alam.

Mereka kerap menjalankan operasi dengan mengabaikan prinsip keberlanjutan (Sustainability), sehingga aktivitas penambangan mereka berpotensi dapat merusak lingkungan yang dapat memicu terjadinya pendangkalan air laut dan merusak ekosistem mangrove.

Terkait dengan penambangan, Pantai Lepar yang terletak di Kampung Kapitan, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di Belinyu Bangka yang perairannya mengalami degradasi akibat penambangan timah laut. Tidak hanya sebagai destinasi wisata, potensi Pantai Lepar, kerap digunakan oleh nelayan setempat sebagai tempat untuk mencari nafkah.

Ekplorasi timah laut di tempat pantai tersebut diawali dengan masuknya Kapal Isap Produksi (KIP) dari PT Timah pada tahun 2020 yang sudah mendekati bibir pantai. Sudah ada penolakan yang dilakukan oleh kelompok nelayan dan pemuda sadar wisata atau yang dikenal dengan Greenboys dengan mendesak pihak pemerintah untuk segera bertindak tegas terhadap terjadinya eksploitasi laut tersebut.

Namun hasil yang diharapkan tidak kunjung datang malah, tambang timah tersebut semakin liar dan bertambah jumlahnya.

Menilik dari sifat laut yang tergolong open access atau memberikan ruang terbuka bagi seluruh kalangan untuk mengambil keuntungan sumber daya kelautan di dalamnya mengakibatkan timbulnya konflik perikanan antara pihak yang memegang kepentingan berbeda.

Baca Juga: Karang Hawu: Pantai Pelarian Pelepas Lelah

Siapa di sini pihak yang akan paling dirugikan nantinya?

Tentu yang paling dirugikan dalam kasus ini ialah kelompok masyarakat yang mayoritas profesinya sebagai nelayan. Sejak beroperasinya aktivitas pertambangan laut, intensitas daya tangkap nelayan semakin berkurang.

Eksternalitas atau efek samping yang disebabkan dari rusaknya ekosistem perairan akibat pembuangan limbah bekas tambang berdampak pada penurunan populasi ikan. Hal ini menyebabkan surutnya perekonomian nelayan setempat.

Tidak hanya nelayan setempat, segala potensi yang ada pada pantai ikut terkena imbasnya, seperti biota laut dan segala ekosistem yang ada di pantai tersebut.

Dilansir dari jurnal Ilmu Administrasi Publik yang berjudul Kebijakan Pengelolaan Ekosistem Laut Akibat Pertambangan di Provinsi Bangka Belitung, penyebaran sampah sedimentasi diidentifikasikan telah merusak 50% terumbu karang di Pulau Bangka setelah 11% dari terumbu karang di dunia terdata mengalami pemutihan akibat eksploitasi timah bijih sedimentasi yang dikeluarkan oleh Kapal Isap Produksi (KIP).

Operasi dari Kapal Isap ini tidak hanya mengambil material dari lapisan tanah di dasar laut namun juga membuang limbah dari tanah galiannya berupa tailing atau sedimen perairan yang terbagi menjadi fraksi pasir yang sangat kasar ataupun pasir berlumpur.

Pembuangan tailing secara langsung ke laut tentu dapat membinasakan ekosistem terumbu karang sebab mengakibatkan bio erosi oleh organisme macroboring. Selain menyebabkan kekeruhan, polusi sedimen ini juga menghambat intrusi sinar matahari ke dalam perairan. Pengendapan sedimen akan menutupi polip karang dan berpotensi menyebabkan kematian pada terumbu karang.

Kehancuran ekosistem perairan pesisir akibat aktivitas pertambangan lepas pantai selain berdampak langsung kepada kelompok nelayan tradisional yang masih menggantungkan pendapatan hidupnya dengan hasil laut juga berpengaruh pada sektor kepariwisataan lokal.

Potensi objek wisata perairan pantai dan laut menjadi daya tarik kuat yang dimiliki oleh Pantai Lepar sendiri. Daftar variatif dari wisata bahari yang ditawarkan seperti rekreasi pesisir, rekreasi bentang laut, rekreasi bawah laut, dan ekowisata bahari menjadi paket wisata unggulan dengan produknya berupa diving dan fishing yang direkomendasikan kepada wisatawan maritim.

Namun, melepaskan isu lingkungan dari cengkraman pelaku eksploitasi sumber daya mineral berupa timah menjadi konflik selama puluhan tahun yang masih belum bisa direalisasikan terkhususnya di Pulau Bangka Belitung ini.

Baca Juga: Cara Wisata ke Gili Trawangan dari Bali

Kerusakan terumbu karang yang berpengaruh pada potensi perikanan laut Bangka, polusi sedimen dari limbah produksi kapal isap dan kapal keruk merupakan dampak dari aktivitas destruktif pertambangan inkonvensional (TI) yang menghambat pembangunan dalam bidang pariwisata.

Seperti pada kasus Pantai Lepar Belinyu yang mengalami degradasi dan berubah secara total sejak keberadaan pertambangan timah dilangsungkan di lokawisata pantai ini.

Penulis: 
1. Juni Sara
2. Novita Ramadhini
Mahasiswa Sastra Inggris Universitas Bangka Belitung

Editor: Ika Ayuni Lestari     

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI