Pengertian Konflik, Manajemen Konflik, serta Resolusi Konflik

manajemen konflik

Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan di tengah masyarakat. Untuk itu kita perlu mengetahui dan menambah pengalaman tentang pengertian konflik, cara manajemen konflik serta resolusi konflik sebagai bentuk penyelesaian konflik.

Pegertian Konflik

Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Berdasarkan hal ini, pada hakikatnya konflik dimulai dari pikiran terkait eksistensi diri sendiri ataupun dalam konteks bersama orang lain atau kelompok. Sehingga, konflik bisa muncul dalam diri sendiri ataupun kepada orang lain.

Konflik secara umum merupakan suatu peristiwa atau fenomena sosial di mana adanya pertentangan atau permasalahan yang terjadi antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, maupun kelompok dengan pemerintah.

Bacaan Lainnya
DONASI

Konflik merupakan suatu proses sosial antara dua orang atau lebih atau antar kelompok di mana adanya usaha dari salah satu pihak untuk menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Konflik artinya percekcokan, perselisihan dan pertentangan. Dalam hal ini, konflik hahekatnya dimulai dari pikiran.

Pikiran tentang eksistensi diri sendiri maupun dalam konteks ada bersama orang lain atau kelompok. Dengan begitu, konflik dapat muncul dalam diri sendiri maupun kepada orang lain.

Baca juga: Perang Yaman: Konflik yang Terus Memburuk

Manajemen Konflik

Manajemen konflik berasal dari dua kata, yaitu manajemen dan konflik. Manajemen berasal dari bahasa Italia ‘Maneggiare’ yang artinya mengendalikan. Kemudian, menurut kamus Inggris Indonesia, ‘management’ berarti pengolahan.

Konflik berarti percekcokan, pertentangan, atau perselisihan. Selain itu, konflik juga merupakan pertentangan anata orang atau kelompok.

Manajemen konflik adalah proses untuk mengelola konflik dengan penyusunan strategi oleh pihak-pihak yang berkonflik sehingga menghasilkan resolusi yang diinginkan. Dalam sudut pandang demokrasi, manajemen konflik membahas tentang bagaimana penanganan konflik.

Manajemen konflik biasanya dilakukan secara konstruktif dengan membawa pihak yang berkonflik ke dalam suatu proses yang kooperatif dalam mengelola perbedaan secara konstruktif.

Baca juga: Menyelesaikan Konflik Secara Damai

6 Tipe Manajemen Konflik

1. Acomodating

Yaitu usaha yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai pendapat pihak yang terlibat konflik. Pendapat tersebut nantinya akan digunakan untuk musyawarah atau menyelesaikan konflik tersebut dengan tetap mementingkan kepentingan dari salah satu pihak. Agar tidak merugikan salah satu pihak yang berkonflik.

2. Avoiding

Merupakan suatu cara untuk menghindari sebuah konflik agar tidak terlibat di dalamnya. Hal ini menjadi cara yang efektif agar lingkungan terhindar dari konflik.

3. Compromising

Cara ini dilakukan dengan mementingkan kepentingan bersama. Dengan mendengarkan pendapat dari semua pihak serta menentukan jalan keluar dengan tetap mementingkan kepentingan bersama agar tetap adil bagi semua pihak. Solusi yang diberikan melalui tipe ini ada 4 bentuk kompromi, yaitu: pemisahan pihak yang berkonflik (separasi), penyelesaian dari pihak ketiga (atrasi), memberikan imbalan kepada salah satu pihak agar berdamai (menyogok), dan mengambil keputusan secara kebetulan.

4. Colaborating

Yaitu penyelesaian konflik melalui kerjasama yang hasilnya memuaskan semua pihak. Semua pihak akan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dengan tetap memerhatikan kepentingan bersama.

5. Competing

Merupakan cara yang dilakukan dengan mengarahkan pihak yang berkonflik  untuk bersaing dan memenangkan kepentingannya masing-masing. Cara ini tentunya tidak akan memberikan solusi bagi kedua belah pihak dan yang pasti ada kalah ada yang menang.

6. Conglomeration

Yaitu kombinasi dari kelima tipe diatas. Cara ini tentuya akan lebih memakan banyak waktu dan tenaga.

Strategi Manajemen Konflik

Awal mula terjadinya konflik dan bagaimana penyelesaiannya melalui beberapa strategi yang berguna untuk mengenali konflik, yaitu :

1. Pengenalan

Yaitu awal mula terjadinya konflik dan bagaimana keadaan di sekitarnya. Sehingga akan memeroleh informasi awal terjadinya konflik.

2. Diagnosa

Merupakan langkah yang dilakukan dalam  upaya untuk memikirkan solusi yang tepat dalam penyelesaian konflik tersebut.

3. Menyepakati Solusi

Jika solusi yang tepat sudah dipikirkan, maka langkah selanjutnya yaitu dengan menyepakati solusi yang dirasa paling tepat untuk mengakhiri konflik. Solusi tersebut semestinya tidak berat sebelah dandisertai dengan pihak ketiga.

4. Pelaksanaan

Setelah ditemukan solusi, maka langkah berikutnya yaitu semua pihak harus melakukan dan menerima solusi yang telah disepakati. Kesepakatan tersebut sebaiknya tidak merugikan salah satu pihak dan diharapkan tidak menimbulkan konflik lagi kedepannya.

5. Evaluasi

Setelah penyelesaian konflik, maka dilakukan evaluasi bersama-sama. Musyawarah kan hal-hal yang bisa menghindari konflik lagi ke depannya. Evaluasi dilakukan bertujuan untuk untuk tidak mengulangi kesalahan atau konflik yang pernah terjadi.

Resolusi Konflik

Resolusi konflik merupakan seni dalam rangka mengatasi perbedaan tujuan dan pendapat untuk menemukan cara agar setiap orang dapat bekerja sama secara damai. Dalam penyelesaian konflik, biasanya dibutuhkan pihak yang netral atau mediator untuk mencari perbedaa perspektif serta menemukan solusi.

Resolusi konflik juga dapat dikatakan sebagai upaya pencarian jalan keluar dari adanya konflik yang terjadi. Maka dari itu proses penyelesaiannya pun tidaklah mudah.

Mekanisme Resolusi Konflik

1. Akomodasi

Akomodasi bisa melalui cara arbitrase atau melibatkan pihak ketiga, koersi atau melalui paksaan, dan juga mediasi atau perundingan dengan melibatkan pihak ketiga yang sifatnya netral atau sebagai penengah. 

2. Kerja Sama

Setelah melewati proses akomodasi, biasanya hubungan yang sudah sudah membaik dan kedua pihak akan semakin erat. Maka dari itu, proses selanjutnya yang timbul yaitu kerja sama.

3. Koordinasi

Proses selanjutnya yaitu koordinasi. Semakin lama kerjasama anatar kedua pihak, yang biasanya ditandai dengan intensitas antara hubungan tersebut sampai terjalinlah koordinasi satu sama lain.

4. Asimilasi

Setelah melalui proses koordinasi, kelompok akan memiliki hubungan yang semakin erat dimana nantinya akan menghasilkan asimilasi. Asimilasi merupakan penggabungan perbedaan kebudayaan menjadi satu sehingga menghasilkan kebudayaan baru.

Penulis: Defi Permata Sari
Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Universitas Andalas

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI