Prinsip Kepemimpinan Rasulullah SAW dalam Islam Terhadap Gaya Kepemimpinan Otoriter

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang menjadi urgen dalam tatana organisasi maupun kesehatan, kata pemimpin dalam Alquran menggunakan istlah kata khalifah, maknanya menggantikan, meninggalkan, pengganti, atau pewaris. Secara terminologis, kata ini mengandung setidaknya dua makna ganda.

Disatu pihak, khalifah diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintah dan kerajaan Islam masa lalu, Urgensi kepemimpinan penting untuk dipahami dan diaktualisasikan dalam kehidupan masyarakat maupun organisasi hal tersebut dikarenakan melihat berbagai fenomena yang terjadi di kalangan para perkerja yang tidak sesui yang senantiasa berbenturan dengan aturan atau norma dan hukum yang berlaku seorang pemimpin.(Zabidi et al., 2017)

Pemimpin memiliki beberapa gaya kepemimpinan yakni, gaya kepemimpinan Kharismatis adalah gaya kepemimpinan yang mampu menarik atensi banyak orang, Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan, Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan.

Bacaan Lainnya
DONASI

Baca juga: Pentingnya Penerapan Sikap Amanah dalam Jiwa Kepemimpinan

Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya, Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai bawahannya.

Biasanya seorang pemimpin bergaya moralis sifatnya hangat dan sopan kepada semua orang. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, yang terakhir ada Gaya kepemimpinan otoriter yakni gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh(Paramita, 2011)

Gaya kepemimpinan otoriter segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dalam gaya kepemimpinan otoriter, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya.

Gaya kepemimpinan ini menganggap bahwa semua orang adalah musuh, entah itu bawahannya atau rekan kerjanya. Gaya kepemimpinan otoriter ini kadang kala menekankan kepada bawahannya supaya tidak menjadi ancaman, dengan kedisiplinan yang tidak masuk akal atau dengan target yang tak mungkin dicapai. (Paramita, 2011)

Baca juga: Implementasi Kepemimpinan Berlandaskan Nilai-Nilai Bela Negara dalam Sektor Pelayanan Publik

Pemimpin yang memakai gaya pendekatan kepemimpinan otoriter lebih dikenal dengan kepemimpinan yang keputusan di tangan peguasa tertinggi, bawahan sering merasa tidak di hargai, kurangnya ruang gerak yang dirasakan oleh anggota tim, dapat menciptakan lingkungan kerja yang tidak nyaman tidak koperatif, kurang memotivasi anggota tim, komunikasi yang terbatas, seorang pemimpin yang tidak mempercayai anggotanya.

Dapat terjadi penyalah gunaan wewenang seperti kolusi, korupsi, nepotisme. Hingga sering membuat bawahan perlahan mengundurkan diri karena tidak nyaman serta sifat pemimpin otoriter yang tidak memandang kebebasan individu (Zabidi et al., 2017)

Kepemimpinan dalam Islam sebenarnya memiliki dasar-dasar yang sangat kuat dan kokoh. Ia dibangun tidak saja oleh nilai-nilai transendental, namun telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu oleh nabi Muhammad SAW, para Shahabat dan Al-Khulafa’ Al-Rasyidin.

Pijakan kuat yang bersumber dari Al- qur’an dan Assunnah serta dengan bukti empiriknya telah menempatkan konsep kepemimpinan Islam sebagai salah satu model kepemimpinan yang diakui dan dikagumi Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya. am

Kriteria Pemimpin Ideal Dalam Islam Dalam konsep Syari’at Islam, kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin telah dirumuskan dalam suatu cakupan  antara nya,  Pemimpin haruslah orang-orang yang amanah, amanah dimaksud berkaitan dengan banyak hal, salah satu di antaranya berlaku adil, selanjutnya seorang pemimpin  haruslah orang-orang yang berilmu, berakal sehat, memiliki kecerdasan, kearifan, kemampuan fisik dan mental untuk dapat mengendalikan roda kepemimpinan dan memikul tanggungjawab.

Baca juga: Kontekstualisasi Hadis Nabi ﷺ tentang Kepemimpinan Perempuan

Pemimpin harus orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal shaleh, tidak boleh orang dhalim, fasiq, berbut keji, lalai akan perintah Allah Swt dan melanggar batas-batasnya. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tatanan kepemimpinan sesuai dengan yang dimandatkan kepadanya dan sesuai keahliannya.

Senantiasa menggunakan hukum yang telah ditetapkan Allah. Tidak meminta jabatan, atau menginginkan jabatan tertentu, sabda Rasulullah Saw “ Sesungguhnya kami tidak akan memberikan jabatan ini kepada seseorang yang memintanya, tidak pula kepada orang yang berambisi untuk mendapatkannya.” (H.R . Muslim). (Maemonah, 2015)

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam antaranya Prinsip Tauhid merupakan salah satu prinsip dasar dalam kepemimpinan Islam.Sebab perbedaan akidah yang fundamental dapat menjadi pemicu dan pemacu kekacauan suatu umat,  Prinsip Musyawarah (Syuro) Musyawarah berarti mempunyai makna mengeluarkan atau mengajukan pendapat.

Dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat musyawarah dalam konteks membicarakan persoalan-persoalan tertentu dengan anggota masyarakat, termasuk didalamnya dalam hal berorganisasi, Prinsip Keadilan (Al-‘adalah) Dalam memanage pemerintahan, keadilan menjadi suatau keniscayaan,sebab pemerintah dibentuk antara lain agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur.

Prinsip Kebebasan (al-Hurriyah) Kebebasan dalam pandangan al-Qur’an sangat dijunjung tinggi termasuk dalam menentukan pilihan agama sekaligus.Namun demikian, kebebasan yang dituntut oleh Islam adalah kebebasan yang bertanggungjawab selanjutnya Kepemimpinan Rasulullah SAw Kepemimpinan Rasulullah SAW tidak bisa terlepas dari kehadiran beliau yaitu sebagai pemimpin spiritual dan pemimpin rakyat. (Maemonah, 2015)

Gaya kepemimpinan Rasulullah SAW yang dapat kita teladani. Firman Nya QS Al-Ahzab:21:  ا ﻛَ َﮫَّﻠﻟا َﺮَﻛَذَو َﺮِﺧﻵا َمْﻮَﯿْﻟاَو َﮫَّﻠﻟا ﻮُﺟْﺮَﯾ َنﺎَﻛ ْﻦَﻤِﻟ ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮْﺳُأ ِﮫَّﻠﻟا ِلﻮُﺳَر ﻲِﻓ ْﻢُﻜَﻟ َنﺎَﻛ ْﺪَﻘ.َﻟ ﺮً ﯿِﺜ

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

Seorang pemimpin dalam islam di harapkan meneladani sikap dan karater Rasulullah SAW menjadi tolak ukur seorang muslim. Jika pada masanya seseorang mendapat amanat mengomandoi tatanan sebuah organisasi baiknya mengunakan kiat gaya kepemimpinan Rasulullah yang bisa kita teladani yakni mengunakan sistem musyawarah, dimana Rasullulah walau dia seorang pemimpin tidak pernah mengambil keputusan secara sepihak melainkan selalu memecahkan masalah secara bersama-sama.

Selain itu mencontohkan seorang pemimpin yang memiliki akhlakul karimah, dimana akhlak yang baik dan terpuji menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam memimpin. Di samping itu Rasullulah memiliki sifat yang sangat bijak sana selalu melibatkan para sahabat untuk mengambil keputusan menerima ide dari para sahabatnya, Rasulullah sangat jauh dari sikap egois selalu mendahulukan kepentingan sahabat serta orang lain sebelum dirinya sendiri. Rasullulah memiliki kerendahan hati, sang nabi tidak pernah memandang kedudukan lebih tinggi dari orang lain selalu memandang manusia sama.

Kesimpulan yang dapat di tarik dari uraian di atas yakni gaya kepemimpinan otoriter memiliki banyak dampak negative sehingga tidak relevan lagi digunakan pada masa sekarang, selain itu gaya kepemimpinan otoriter tidak sesui dengan gaya kepemimpinan Rasulullah yang mana  beliau memiliki gaya kepemimpinan yang lebih memberikan dampak positif selalu melakukan musyawarah dengan anggota, memiliki ahlak yang baik dan terpuji sebagai seorang pemimpin, terbuka dengan ide dan saran anggota, mementingkan anggota tim dari pada diri sendiri, gaya kepemimpinan ini mampu membuat anggota berkerja dengan baik, ihklas, memberikan yang terbaik, hingga akan betah di bawah pimimpin.

 

Penulis:

1. Dr. Lisa Musharyanti, S.Kep., Ns., M.Med.Ed

2. Vovi Meidas Setia, NS. S.Kep
Mahasiswa Magister Keperawatan Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Editor: Anita Said

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Ikuti berita terbaru di Google News

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI