Problem Pendidikan Islam di Indonesia

Problem Pendidikan Islam di Indonesia
Gambar dibuat dengan AI.

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat (At-toumy, 1979).

Pendidikan Islam merupakan kegiatan yang dilaksanakan dengan terencana dan sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada kaidah-kaidah agama Islam.

Pendidikan Islam bertujuan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan serta panca indera yang dimilikinya.

Dan adapun tujuan akhir pendidikan adalah pembentukkan tingkah laku Islami (akhlak mulia) dan kepasrahan (keimanan) kepada Allah berdasarkan pada petunjuk ajaran Islam (Al-Qur’an dan Hadis) (Jannah, 2013).

Bacaan Lainnya

Pendidikan Islam adalah suatu proses mempersiapkan generasi penerus untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.

Pendidikan Islam dalam pengertian di atas merupakan suatu proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam yang diwahyukan Allah kepada Muhammad melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai derajat yang tinggi, sehingga mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah di bumi yang dalam kerangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat (Langgulung, 1980).

Hakikat tujuan pendidikan Islam adalah untuk menjadikan manusia sebagai ‘abdi Allah atau hamba Allah. Pendidikan seharusnya bertujuan menciptakan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia yakni dengan berbagai latihan spiritual, intelektual, rasional, perasan bahkan kepekaan tubuh manusia.

Oleh karena itu, pendidikan semacam ini memerlukan suatu usaha dan pemikiran yang keras dan serius dalam upaya mewujudkan cita citanya (Baharun, 2016).

Karenanya, pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan potensi manusia dalam segala aspek; spiritual, intelektual, imajinatif, fisikal, ilmiah, linguistik, dan lain-lain.) baik secara individual, masyarakat dan manusia pada umumnya (Ashrof, 1993).

Pendidikan Islam diakui keberadaannya dalam sistem pendidikan yang terbagi menjadi tiga hal. Pertama, Pendidikan Islam sebagai lembaga yang diakui keberadaannya secara Eksplisit.

Kedua, Pendidikan Islam sebagai Mata Pelajaran diakuinya pendidikan agama sebagai salah satu pelajaran yang itu wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Ketiga, pendidikan Islam sebagai nilai yakni ketika ditemukannya nilai-nilai Islami dalam sistem pendidikan.

Walaupun demikian, pendidikan Islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Damopolii, 2015).

Baca Juga: Modernisasi Sistem Pendidikan Islam di Indonesia

Adapun faktor internal ialah:

1. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam

Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat Indonesia.

Pendidikan lebih cenderung berpijak pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan Islam digunakan sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial) menjadi hilang.

2. Masalah Kurikulum

Perubahan dari tekanan pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama Islam, serta disiplin mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan makna dan motivasi beragama Islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan Islam.

3. Pendekatan/ Metode Pembelajaran

Hingga saat ini siswa masih banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte, karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.

4. Profesionalitas dan Kualitas SDM

Merupakan salah satu masalah besar yang tengah dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih saja belum memadai.

Secara kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai, tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan.

5. Biaya Pendidikan

Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi (Damopolii, 2015).

Baca Juga: Pemikiran Pendidikan Islam Fazlur Rahman dan Kaitannya dengan Pendidikan Modern di Indonesia

Faktor Eksternal:

1. Dichotomic

Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan Islam adalah dichotomy dalam beberapa aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara antara Wahyu dengan Alam.

Watak dari sebuah ilmu pengetahuan Islam zaman pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti antara hukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu.

2. To General Knowledge

Kelemahan dunia pendidikan Islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian masalah (problem solving).

3. Lack of Spirit of Inquiry

Persoalan besar lainnya yang tengah menjadi sebuah penghambat kemajuan dalam dunia pendidikan Islam ialah rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan.

4. Memorisasi

Kemerosotan secara gradual dari standar-standar akademis yang berlangsung selama berabad-abad tentu terletak pada kenyataan bahwa, karena jumlah bukubuku yang tertera dalam kurikulum sedikit sekali, maka waktu yang diperlukan untuk menempuh proses belajar juga terlalu singkat bagi pelajar untuk dapat menguasai materi-materi yang seringkali sulit untuk dimengerti, tentang aspek-aspek tinggi ilmu keagamaan pada usia yang relatif muda dan belum matang.

Hal ini pada gilirannya menjadikan belajar lebih banyak bersifat studi tekstual daripada pemahaman pelajaran yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan dorongan untuk belajar dengan sistem hafalan (memorizing) daripada pemahaman yang sebenarnya.

5. Certificate Oriented

Pola yang ada pada masa sekarang dalam mencari ilmu telah menunjukkan sebuah kecenderungan tentang adanya pergeseran dari knowledge oriented menuju certificate oriented semata.

Mencari ilmu hanya merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya (Rembangy, 2010).

Untuk menanggulangi problematika tersebut berikut akan dikemukakan beberapa solusi yaitu:

Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa yang memungkinkan para peserta didik mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasan, kebersamaan, dan tanggung jawab.

Di samping itu, pendidikan harus menghasilkan lulusan yang dapat memahami masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan dalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu cara yakni alternatif yang dapat dilakukan adalah mengembangkan pendidikan yang berwawasan global (Zamroni, 2000).

Program pendidikan harus diperbaharui, dibangun kembali atau dimoderenisasi sehingga dapat memenuhi harapan dan fungsi yang dipikulkan kepadanya.

Pengembangan wawasan intelektual yang kreatif dan dinamis dalam sinaran dan terintegrasi dengan Islam harus segera dipercepat prosesnyasolusi pokoknya adalah secularization, yaitu industrialisasi sebuah masyarakat yang berarti diferensiasi fungsional dari struktur sosial dan sistem keagamaannya (Wahid, 2008).

Melakukan sebuah nazhar dapat berarti ber-at-taammul wa al’fahsh, yakni melakukan perenungan atau tengah menguji dan memeriksa secara cermat dan mendalam, dan bisa berarti taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak al-syai’ wa ru’yatihi, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu, termasuk di dalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik (Muhaimin, 2006).

Baca Juga: Relevansi Pemikiran Islam Harun Nasution dalam Pendidikan Era Modern di Indonesia

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan Islam di Indonesia meskipun dari tahun ke tahun sudah diupayakan untuk mencapai yang terbaik akan tetapi dalam perkembangannya masih mengalami berbagai macam kendala, hambatan dan persoalan baik yang bersumber dari interen maupun dari eksteren pendidikan Islam.

Dan di atas telah dijelaskan dengan panjang lebar tentang permasalahan yang telah dihadapi oleh pendidikan Islam di Indonesia yang dapat digarisbawahi bahwa permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan Islam sekarang adalah terletak pada mutu dan kualitas pendidikan Islam yang kurang sinkron dengan kebutuhan masyarakat dan kurang tanggap dengan tuntutan dunia kerja.

Penulis: Mirza Ali Kharissudin (243111212)
Mahasiswa Pendidikan Agama Islam UIN Raden Mas Said Surakarta
Aktif juga di organisasi UKM JQH AL WUSTHO

Editor: Ika Ayuni Lestari

Bahasa: Rahmat Al Kafi

Daftar Pustaka

At-toumy, Omar Mohammad. Falsafah pendidikan Islam. Jakarta : Bulan bintang, 1979.

Jannah, Fathul. “Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional” Jurnal Dinamika Ilmu Vol. 13. No. 2, Desember 2013.

Langgulung, Hasan. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif, 1980.

Baharun, Hasan. “Pendidikan Anak Dalam Keluarga; Telaah Epistemologis.” Pedagogik, vol. 3, no. 2, 2016, pp. 96–107.

Ashrof, Ali. Horison Baru Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Damopolii, Mujahid. “Problematika Pendidikan Islam Dan Upaya-Upaya Pemecahannya” TADBIR Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 3 Nomor 1 Februari 2015.

Rembangy, Musthofa. Pendidikan Transformatif : Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras, 2010.

Zamroni. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Jogjakarta : Gigraf Publishing, 2000.

Wahid,  Abdul. Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam. Semarang : Need’s Press, 2008.

Muhaimin. Nuansa Baru Pendidikan Islam : mengurai benang kusut dunia pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006.

 

 

Ikuti berita terbaru di Google News

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses