Rasisme di Amerika Serikat

rasisme di amerika
Foto: Pixabay.com

Rasisme menjadi salah satu masalah di dunia ini yang belum terselesaikan, banyak upaya yang telah dilakukan tapi hasilnya tetap sama. Setelah kematian Goerge Floyd yang dilakukan oleh pihak kepolisian Amerika. Terjadi protes besar-besaran menuntut keadilan bagi Goerge serta seluruh masyarakat kulit hitam di dunia.

Protes semacam ini juga pernah dilakukan di Amerika pada tahun 1955-1968 menuntut hak-hak sipil masyarakat kulit hitam. Rasisme yang terjadi di Amerika telah berlangsung lama. Bahkan perang saudara pada tahun 1861 disebabkan oleh pihak Union yang ingin memerdekakan masyarakat kulit hitam yang menjadi budak. Namun, pihak Konfederasi ingin mempertahankannya karena manfaat ekonomi yang didapatkan.

Banyak sekali pertanyaan yang muncul di benak saya apa yang menyebabkan hal ini terjadi. Mulai dari apakah Partai Republik yang berideologi konservatif atau yang mempertahankan nilai-nilai lama, serta Trump yang sangat populis pada saat ini semakin mendorong rasisme yang terjadi di Amerika.

Bacaan Lainnya
DONASI

Apakah Rasisme terhadap warga kulit hitam dipelihara di Amerika? Karena masalah ini terus bertahan sejak 2 abad yang lalu sampai saat ini? Apakah masyarakat Amerika pada dasarnya masih primitif dengan tidak bisa saling menghargai sesama khususnya yang berbeda warna kulit? Apakah kapitalisme di era modern ini semakin menguatkan sentimen saat ini? Karena kebanyakan para pekerja kasar di Amerika didominasi oleh warga kulit hitam. Pertanyaan-pertanyaan ini terus muncul di pikiran saya.

HAM Kulit Hitam

Hak Asasi Manusia warga kulit hitam selama ini terus berusaha dihilangkan dalam lingkungan sosial Amerika. Terjadi perbedaan perlakuan bagi mereka seperti yang berkulit hitam, ini dibuktikan dengan Goerge Floyd yang hanya diduga menggunakan uang palsu, namun diperlakukan sangat brutal.

Dari data yang ada Amerika menjadi salah satu negara paling berbahaya bagi masyarakat kulit hitam. Masyarakat kulit hitam hampir tiga kali lipat bisa meninggal atas tindakan yang dilakukan oleh polisi daripada masyarakat kulit putih. Kebrutalan polisi di Amerika menjadi sebuah tamparan bagi institusi ini, mereka yang harusnya memberikan perlindungan kepada masyarakat malah menjadi aktor yang ikut serta melakukan kekerasan.

Amerika selama ini terus menjadi sorotan, masih banyaknya rasisme di Amerika membuktikan bahwa masih sedikitnya kesadaran masyarakat tentang Hak Asasi Manusia. Jika mereka benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia harusnya tidak ada lagi rasisme yang diterima masyarakat kulit hitam.

Dalam hal ini, bahkan dua calon presiden Amerika berikutnya yakni Donald Trump dan Joe Biden ternyata secara tidak langsung mendukung rasisme dengan cara mengutuk tindakan para demonstran yang mendukung keadilan bagi Goerge Floyd, serta masyarakat kulit hitam lainnya. Padahal sebagai calon kepala negara mereka memberikan teladan yang baik dan mendukung aksi ini dalam rangka melindungi masyarakat kulit hitam. Ini membuktikan bahwa pemerintah pun selama ini ikut serta dalam melakukan rasisme.

Masih adanya tindakan rasisme membuktikan bahwa kita gagal menjadi manusia sesungguhnya. Tuhan telah menciptakan kita beragam bentuk dan berbangsa-bangsa yang bertujuan agar kita bisa mengenal satu sama lain, namun esensi atau makna ini saja tidak bisa kita lakukan. Kita selalu fokus pada setiap perbedaan yang ada sampai lupa bahwa kita memiliki banyak persamaan.

Amerika Serikat Harus Mendukung Nilai-Nilai HAM

Amerika sebagai negara yang secara khusus mendukung nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM) di seluruh dunia pada pelaksanaannya berbanding terbalik. HAM selama ini digunakan oleh pemerintah Amerika hanya untuk kepentingan negaranya saja, seperti mendukung penggulingan Saddam Hussein, Muhammad Khadafi, serta pemimpin lainnya yang diduga tidak menjunjung HAM. Ini menunjukkan bahwa HAM pada dasarnya tidak pernah dilakukan secara murni oleh pemerintah untuk mengubah keadaan yang ada di masyarakat.

Edukasi yang selama ini diagung-agungkan dapat memperbaiki kelakuan manusia ternyata tidak berlaku dalam kasus rasisme. Budaya yang sudah lama dipupuk bahwa warga kulit hitam itu tidak setara dengan kulit putih memberikan gambaran bahwa sistem pendidikan yang ada telah gagal mengedukasi masyarakat.

Perlu adanya reformasi sosial di semua sisi kehidupan Amerika, mulai dari keluarga, buruh, guru, kepolisian, bahkan sampai pemerintah. Institusi yang ada saat ini diisi oleh orang-orang yang Rasis dan berakibat pada semakin kuatnya sentimen anti kulit hitam. Dengan adanya institusi yang bagus saya yakin bahwa rasisme terhadap masyarakat kulit hitam akan berkurang bahkan hilang

Mendorong Dialog

Adanya dialog antar masyarakat kulit putih dan kulit hitam harus dilakukan agar kedua belah pihak bisa saling mengetahui satu sama lain. Dengan adanya dialog ini maka kita dapat mengetahui keinginan dari kedua masyarakat, menghilangkan pandangan negatif, terbentuknya kesetaraan dan peluang terjadinya rasisme akan menurun.

Selanjutnya dihilangkannya kehidupan yang selama ini menyekat mereka, ternyata selama ini di beberapa tempat masyarakat Amerika hidup dalam suatu kawasan yang didasarkan pada kesamaan daerah seperti masyarakat Italia Amerika akan hidup di kawasan yang sama begitu pun dengan masyarakat China, Latin, Afrika Amerika dan lain sebagainya. Penyekatan ini membuat interaksi antar masyarakat menjadi berkurang bahkan hilang dan ini membuat rasisme tetap terjaga.

Dukungan dari segala pihak sangat dibutuhkan dalam upaya penyelesaian masalah ini, dalam protes Black Lives Matters banyak sekali dukungan yang diberikan mulai dari pemimpin negara, artis, bahkan sampai klub olahraga.

Dengan banyaknya dukungan ini, maka pemerintah Amerika akan merasa terdesak karena menunjukkan bahwa publik dunia benar-benar benci akan rasisme dan akan mendorong kebijakan pemerintah Amerika selanjutnya yang akan lebih melindungi masyarakat kulit hitam. Dukungan seperti ini harus terus ditingkatkan dan dijaga agar pemerintah semakin fokus akan permasalahan tersebut.

Gufron Gozali
Mahasiswa Universitas Islam Indonesia

Editor: Diana Intan Pratiwi

Baca juga:
Rasisme di Amerika, Tantangan dan Harapan
China-Amerika Serikat: Kawan atau Lawan?
Dampak Kebijakan “America First” Trump di Tengah Pusaran Ekonomi Global

Kirim Artikel

Pos terkait

Kirim Artikel Opini, Karya Ilmiah, Karya Sastra atau Rilis Berita ke Media Mahasiswa Indonesia
melalui WhatsApp (WA): 0822-1088-8201
Ketentuan dan Kriteria Artikel, baca di SINI